DUA BELAS

240 39 2
                                    

Lia sedang berada di sebuah mall saat ini. Sebenarnya sepulang sekolah dia pergi ke tempat bimbel. Namun karena tangan kanannya cidera Lia akhirnya ijin tak masuk. toh dia tak bisa nulis sekarang. Tadi Haris memaksa untuk mengantar Lia pulang, namun Lia enggan. Ia hanya mengatakan dirinya baik baik saja. Toh supirnya akan menjemputnya.

Akibat ulah Karen yang berlebihan, Lia terpaksa meminta supirnya datang. Padahal selama ini Lia selalu enggan di atar jemput. Dia lebih memilih memakai taksi online atau gojek saja. Alasannya hanya karena supaya lebih cepat saja. Padahal agar identitasnya tidak terbongkar.

"Duh susah banget sih!" keluh Lia yang sedari tadi susah buat memasukkan uang ke dalam mesin minuman.

Memang definisi mempersulit hidup. Sebenarnya Lia bisa saja beli minuman dimana dia tak perlu bersusah payah seperti ini. Namun sepertinya Lia memang hanya ingin menghilangkan suntuk dengan cara mempersulit diri sendiri. Bukan karena dirinya sedang haus.

"Ish... apa sih ngeselin banget!" dumelnya tanpa sadar. Bahkan gadis itu tak sadar seseorang yang berada di sampingnya kini tengah tertawa melihat tingkah menggemaskannya.

"Mau gue bantu!"

"Astaga!" Pekik Lia tertahan. Ia menoleh ke arah sumber suara. Ada pemuda yang asing namun terlihat familiar baginya.

Hanya saja kemunculannya secara tiba-tiba hampir saja membuat Lia jantungan. Lebai memang, tapi memang begitu adanya. Lia bener bener tak melihat pergerakan orang datang. Tau-tau pemuda tinggi nan menjulang ini berbisik di samping Lia bak setan. Siapa juga yang gak kaget kalo kaya gitu.

Lia menatap kaki pemuda itu. Helaan napas terdengar setelahnya. Bersyukur kakinya masih napak ke lantai. Lagian hantu elite mana yang nongol di siang bolong begini dengan style yang bisa di bilang cukup trendy. Jika hantu di drakor yang tampan dan modis itu beneran ada di dunia nyata seperti sekarang, Lia tak keberatan di ganggu oleh pemuda ini.

"Ngagetin aja, kek setan!" celetuk Lia asal nyeplos yang berhasil membuat pemuda itu tertawa renyah.

"Emang ada hantu seganteng gue!"

"Dih pede banget lo!" sanggah Lia cepat. "Ada cuma di drakor aja!"

"Kebanyakan nonton film jadi ngaco nih bocah SMA!" Lia melotot tak terima, meski itu adalah sebuah fakta.

"Lagian jam segini harusnya lo gak ke mal sih?" Lia menoleh sambil menatap seragam sekolahnya.

"Gue gak bolos, lo gak liat tangan gue sakit?" ucap Lia tak terima.

"Sakit pergi ke mal?!"

"Jadi lo mau bantuin gue, atau gak?" sewot Lia. Dia malas berdebat. Meski nyatanya tak ada yang ingin berdebat. Hanya saja meladeni pemuda ini sepertinya akan semakin panjang ke depannya.

"Siniin!"

Lia memberikan uang pas yang sesuai dengan harga minuman tersebut. Gadis itu juga memberitahu minuman apa yang ingin ia beli agar pemuda itu tak banyak bertanya. Permasalahannya Lia haus sekarang, itu sebabnya Lia tak ingin pemuda ini nyerocos lebih lama lagi di hadapannya.

Tak lama setelah uang itu berhasil masuk dan pemuda itu memilih apa yang Lia inginkan, terdengar suara benda jatuh di dalam mesin itu. Pemuda itu sedikit membungkuk untuk meraih minuman Lia. Dia bahkan membukakan penutup botol sebelum Lia meneguk minuman yang dia beli.

"Thanks sebelumnya!" ucap Lia sebelum akhirnya berbalik dan hendak pergi.

Namun belum ada selangkah ia maju, pemuda itu kembali menahannya. "Eh mau kemana lo?"

"Pergi lah!"

"Tunggu dulu!" pemuda itu menatap Lia lalu mengulurkan tangannya. "Kenalin nama gue, Yoel."

RED FLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang