"Pagi James!" sapa Karen sumringah kala ia melihat James dan teman temannya di parkiran.
"Pagi Karen!" sahut James lengkap dengan senyumannya. Sebuah senyuman yang sangat jarang James berikan pada wanita lain. Hal yang sangat langka sekali.
Tak lama dari itu, Lia berjalan memasuki area sekolah. Gadis itu tak di antar menggunakan mobil pribadi lagi. Ia bahkan menoleh sekilas ke arah James dan kawan-kawan sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke kelasnya. Untungnya James tak menghentikan langkahnya seperti biasa, hanya untuk menyuruhnya membawakan tas miliknya ke kelas James.
Sejujurnya, Lia masih berstatus sebagai tahanan James. Mengingat keduanya melakukan perjanjian yang lainnya di rooftop. Namun tak ada yang tau akan hal itu. Karen yang melihat Lia hanya tersenyum kecil. Terlebih bisikan dari Gisel membuatnya bersemangat.
"James aku masuk dulu ya, bye!" ujar Karen melambaikan tangan pada James.
"Yuk Sel!"
Keduanya buru-buru berlari mengejar Lia. Hingga saat jaraknya sudah dekat, Karen sengaja menubruk Lia dari arah belakang hingga anak itu tersungkur di lantai. Lia mengadu kesakitan sedangkan Karen dan Gisel tertawa melihat hal itu. Tak ada niatan membantu, keduanya meninggalkan Lia begitu saja yang kini menjadi pusat perhatian beberapa orang. Lia sadar ia sedang ditertawakan.
Lia mengepalkan tangannya. Ia bertekad membalas perbuatan Karen nanti. Tunggu saja tanggal mainnya—batin Lia. Gadis itu buru-buru berdiri, melanjutkan langkah kaki ke kelasnya. Ia tak ingin membuang energi. Hari ini ia akan sangat sibuk dengan banyak soal untuk olimpiade yang lusa ia akan ikuti.
Hari itu Lia tidak pergi ke kantin, ia lebih memilih ke perpustakaan. Bahkan saat ini, di hadapan gadis itu penuh dengan tumpukan buku yang siap ia baca satu persatu. Wajahnya nampak serius. Namun konsentrasinya terpecah saat sebuah pesan terus menerus masuk. Ia menghela napas pelan, sebelum akhirnya beranjak ke luar perpustakaan.
Di luar ruangan penuh buku itu, berdiri seorang pemuda yang kini menatap ke arahnya kesal. Entah karena apa. Kehadirannya di area itu pun sangat langka. Entah apa yang keduanya bicarakan. Mereka nampak bersitegang sambil menyebut nama orang lain yang tampaknya sebagai dalang. Lia mengepalkan tangannya, tampak kesal dengan pemuda itu. Ia ingin segera menyudahi perdebatan itu. Namun belum sempat ia berbalik, tangannya kembali tercekal.
"Gue biarin lo deket sama gue, bukan berarti gue biarin lo sakiti Karen!" ucapnya. Lia tertawa hambar.
"Gue aja sibuk buat olimpiade, boro-boro nyelakai dia!" Lia menghempaskan cengkraman tangan pemuda itu.
"Oh ya satu lagi James, maybe i like you. Tapi gue gak sebodoh itu sampai gak bisa bedain mana yang bener dan mana yang salah!"
Setelah mengatakan hal itu, Lia buru-buru pergi meninggalkan James kembali ke dalam perpustakaan. Lia tak habis pikir, bagaimana bisa Karen bilang ia di celakai oleh Lia, sedangkan faktanya Lia hanya berkutat dengan buku sedari tadi. Gadis itu berani bertaruh, meski Karen termasuk populer di sekolahnya. Namun bukan berarti gadis itu tak memiliki musuh.
Mengingat ia selalu mem-bully orang-orang yang berani mengganggu ketenangannya. Contoh saja jika ada beberapa orang yang mulai populer di banding Karen, maka gadis itu akan membuatnya meredup, kecuali siswa siswi pintar atau berprestasi. Mungkin karena bukan ranah Karen, makanya ia tak terlalu ambil pusing akan hal itu.
"Apa tadi katanya, gue bikin Karen kepeleset di toilet ampe keseleo? omong kosong!" dumel Lia sambil berusaha mencari jawaban atas soal yang ia kerjakan.
"Pergi ke toilet aja gak. Ngadi-ngadi tu orang!" lanjutnya yang tampa sadar malah ribut sendiri sampai-sampai ia mendapat teguran.
"Lia, jika kamu masih ingin berisik, silahkan keluar!" Lia menoleh dan mendapati beberapa orang sudah melihat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED FLAG
Non-FictionBerbicara soal red flag, kebanyakan orang pasti akan menghindarinya. Apalagi soal "red flag in relationship". Sudah bisa dipastikan banyak orang lebih memilih menghindari hal itu. Namun siapa sangka Julianne Coralline Oswold malah hobi banget deket...