DELAPAN BELAS

82 13 0
                                    

Lia menutup saluran pernapasannya saat debu menyapa kala pintu paviliun itu telah terbuka. Sudah sangat lama sejak terakhir ia menginjakkan kaki ke area paviliun itu. Jelas saja jika berdebu. Jika tidak ada keributan seperti waktu itu, mungkin Lia tak akan pernah masuk ke gedung ini. Bukan apa-apa, di sini banyak sekali kenangan tentang ibunya.

Tangannya merasa udara mencoba mencari saklar yang bisa menerangi ruangan itu. Hingga bunyi 'klik' terdengar, Lia baru bisa melihat sekitar. Wujudnya masih sama, tak banyak perubahan di dalamnya. Sebenarnya ini adalah ruangan pribadi ibunya. Bahkan semasa beliau hidup, Lia juga tak diperbolehkan untuk sering memasuki paviliun itu.

Namun suatu hari saat kondisi Jessi sang ibu memburuk, wanita itu memberikan kunci paviliun padanya. Katanya ada sesuatu yang harus Lia temukan di sana. Lia tak pernah mencari tahu apa yang ibunya maksud. Kepergian ibunya itu merupakan pukulan terbesar bagi Lia. Namun kali ini, Lia harus benar benar tau apa yang sebenarnya ibunya sembunyikan darinya.

Lia menutup pintu paviliun itu. Ia mulai melihat ke arah benda-benda di dalamnya. mulai dari lemari kabinet, hingga meja kerja ibunya. Namun di dalam ruangan itu masih ada satu ruangan lagi. Biasanya di sana ibunya beristirahat. Iya, paviliun itu memiliki ruangan tamu, ruang kerja dan juga satu ruangan kamar.

Tak ada yang berarti di ruang tamu. Lia segera pergi ke ruangan yang biasa ibunya pakai untuk bekerja. tak ada yang aneh hingga Lia melihat laci, banyak sekali surat dan juga ada beberapa buku catatan yang sama persis sampulnya. Mungkin dari sana Lia bisa menemukan jawabannya.

'Joshua?'

Lia bergumam kecil, ini adalah surat surat yang di tulis tangan oleh ibunya dulu. Sepertinya ia mencoba memberi kabar pada lelaki bernama Joshua yang baru saja Lia dengar namanya. Namun surat surat itu tak pernah sampai di tangannya.

Lia ternganga, tangannya bergetar setelah membaca isi surat itu. Ia buru-buru membaca semua isi surat yang ibunya tulis. Lia menggeleng pelan. Bulir air matanya menetes setelahnya. Kepalanya terasa pening setelahnya.

Dengan cepat gadis itu membuka semua buku harian ibunya yang hampir seluruhnya berisi satu fakta yang sama. Fakta yang tak pernah Lia duga sebelumnya. Lia pergi ke kamar ibunya. Mencari hal lain yang mungkin bisa Lia temukan. Tak ada yg aneh sampai Lia tak sengaja menginjak bagian lantai yang terasa berbeda. Lia membuka karpet alas yang sengaja di letakkan di sana. Benar saja, lantai itu tidak di keramik, melainkan menggunakan penutup kayu.

Lia mencari sesuatu agar ia bisa membobol lantai itu. Setelah berhasil Lia menemukan sebuah brankas di dalamnya. Namun Lia bingung cara membukanya. Gadis itu berpikir sangat keras.

"Ulang tahun mami?" gumam Lia, sebelum menekan beberapa angka yang ternyata salah.

"Ulang tahun ku?"

"Ah salah juga, mami pake password apa sih?!" gerutu Lia setelahnya.

"Ah ulang tahun papi? Gak mungkin?! Tunggu... aku tau!" Lia kembali menekan tombol tombol itu hingga bunyi klik terdengar setelahnya.

Lia buru-buru mengambil seluruh isi brankas itu lalu menutupnya kembali. Setelah semuanya selesai, Lia buru-buru pergi. Gadis itu tak lupa juga buat membawa semua barang bukti yang bisa ia simpan sekarang. Untuk saat ini tempat teraman untuk barang barang ibunya adalah kamarnya sendiri.

Sesampainya di kamar, Lia menatap map coklat yang baru saja dia bawa dari paviliun. Di dalamnya ada foto lelaki bernama Joshua itu. Selain itu ada kontrak pranikah yang ibunya dan ayahnya lakukan. Sayangnya perjanjian ini juga tidak hanya melibatkan keduanya melainkan seluruh keluarga termasuk dirinya.

"Pantas papi masih mempertahankan aku, ternyata karena ini?" gumam Lia.

Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil koper, lalu memasukkan barang barang itu semua ke dalam koper sebelum akhirnya menimpanya dengan beberapa pasang baju yang juga akan dia bawa nantinya. Dia tidak bisa menunda lagi, dia harus bertemu kakek dan neneknya.

RED FLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang