LIMA BELAS

212 23 6
                                    

Lia berdiri di depan seorang pemuda yang malam itu membuatnya berpikir keras. Bagaimana dia bisa tau semuanya. Pemuda itu tersenyum ke arahnya dan melangkah mendekat perlahan.

"Akhirnya lo dateng juga!"

"Dari mana lo tau?!"

"Itu gak penting!"

"Bagi gue itu penting!"

"Wow... wow, santai. Gue baru tau kemarin kok!" Lia menatap ke arah pemuda itu tajam. Dia sedikit tak percaya.

"Gue....."

"Lia!" gadis itu menoleh dan mendapati James datang menghampirinya.

Entah sejak kapan James berada di sekitarnya. Ia benar-benar tak sadar. Selain itu, pertemuan mereka termasuk rahasia. Bagaimana pemuda itu bisa tahu kalau dirinya ada di tempat itu.

"James!"

"Stop ganggu dia!" James menarik Lia ke arah belakang tubuhnya.

Lelaki yang tadi berdiri di dekat Lia itu menegakkan badannya. "Gue ada urusan sama dia!"

James menoleh ke arah Lia. Lia mengangguk kecil. "Lo tau kan aturannya?"

Lia menatap ke arah James bingung. "Hah?"

"Lo sendiri yang bilang lo terikat sama gue, sampai semuanya selesai dan gue gak suka ada cowok lain yang lo temuin di belakang gue!" Lia mengerutkan keningnya. Tatapan tajam James membuatnya semakin bingung, kenapa James begitu terusik setiap kali Lia berurusan dengan lelaki di depannya itu. Bahkan sikap James menunjukkan bahwa mereka saling mengenal.

"Santai dong, lagian gue..."

"Inget aturan yang lo buat sendiri dulu. Lo gak bisa ganggu dia karena dia milik gue!"

Pemuda itu tersenyum remeh. "Lo bales dendam ke gue? Lagian tumben lo peduli sama orang lain selain cewek kesayangan lo itu."

Lia terdiam. Ia paham betul yang dia maksud siapa. "Itu bukan urusan lo, yang harus lo tau, jauhi dia. Dia milik gue sekarang!"

"Bener itu Lia?" Lia terdiam, membuat James menatap ke arahnya.

"Dia aja tidak mengakui hal itu!"

"Shit!" umpat James kesal. Ia menarik tangan Lia paksa, namun di tahan oleh pemuda itu.

"Urusan gue sama dia belum kelar!"

"Gue gak bisa biarin dia di sini."

"Oh come on James, lo berlebihan!" pemuda itu mulai tampak kesal.

James mengeraskan rahangnya. Ia menarik kerah pemuda di hadapannya. "Markas lo bakal di serang!"

"Apa maksud lo?"

"Yoel!" teriak seseorang dari luar.

"Gawat, markas kita di serang!!"

"Shit!" James menarik Lia, ia membawa gadis itu masuk lebih dalam.

"Lo sembunyi di sini, dan jangan pernah keluar!" James menunjuk salah satu lemari yang ada di ruangan itu. Ia yakin tubuh mungil Lia dapat dengan mudah masuk ke dalamnya.

"Tapi James....."

"Apapun yang terjadi, lo gak boleh keluar!" James mendorong tubuh Lia masuk dan menutup lemari itu, tidak sepenuhnya karena ia paham gadis itu masih butuh asupan oksigen.

Lia dapat melihat kacaunya suasana di tempat itu. James berusaha melawan beberapa orang. Gadis itu paham, bukan James yang mereka incar. Namun pemuda itu akhirnya juga harus turun tangan. Lia dapat melihat James dan pemuda itu mulai kewalahan. Meski di sebut markas, kondisi tempat itu tampak lengah, sepertinya tak semua anggota datang. Tak heran jika terjadi penyerangan, karena sepertinya mereka sudah di intai.

RED FLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang