“Master Darka,” Eirene memanggil, sebelah alis si empunya nama terangkat; menunggu kelanjutan kalimatnya yang terdengar tergantung. “Em.. Sebelumnya maaf jika saya lancang menanyakan hal ini. Seperti yang Anda tahu, seorang ksatria haruslah mampu menganalisis batas ability tubuhnya untuk mencegah agar lawan tidak memanfaatkan kelengahannya sebagai celah untuk menimbulkan serangan fatal. Lantas, apakah sebuah kesalahan jika seorang siswa—menentukan sendiri ujian seperti apa yang akan dia hadapi untuk membuktikan sampai mana kemampuannya?”
Tadinya pertanyaan Eirene memang terkesan berbelit, namun siapa yang menyangka inti dari itu justru mampu membuat Regan, Aries, dan Zishan terbelalak melongo. Sama halnya seperti Senior Mylo yang tercengang mendengar pernyataannya. Dalam sejarah, baru dia murid pertama yang punya nyali setinggi itu.
Darka yang sudah bisa membaca ke mana arah permintaan sang pangeran, hanya berdecak meladeninya. “Tch, menarik. Lantas, ujian seperti apa yang kau inginkan, siswa baru?”
“Aku ingin bertarung denganmu.” Jawab Eirene lantang.
“Ouh, apa ini semacam tantangan terbuka?”
“Anda takut?”
“Astaga pangeran, s-saya tidak pernah menjelaskan bahwasanya Anda boleh seenaknya menantang seorang master, terlebih tantangan Anda mempertaruhkan...”
Darka mengangkat sebelah tangannya, menyela desakan Mylo yang berusaha memberi peringatan pada Eirene. Sang senior terpaksa diam, tak berani menentang.
Kini giliran master pemegang dua kuasa elemental itu yang menaiki anak tangga selangkah dengan kedua tangan disilangkan, posisinya tepat berada di atas ring. Ia memiringkan kepala, dengan pandangan mengejek disertai ulasan senyum remeh. Dugaannya benar, Eirene telah sadar jika dirinyalah yang dia lawan di hutan malam itu. ‘Baguslah, penalaranmu tidak terlalu buruk rupanya. Kau mudah mengenali lawan,’ pikirnya.
“Kau siap untuk kalah, lagi?”
“Lagi?” Regan mengernyit, ia dengan kedua rekan cecunguknya saling berbisik agar tidak terdengar dan mencampuri urusan antara sang master dan sang pangeran angkuh itu.
“Memangnya mereka berdua—sudah pernah bertarung?” heran Aries.
Eirene mengulas senyum percaya diri, ia meletakkan busur dan anak panahnya ke tanah lalu menarik pedang dari sarungnya. “Seorang ksatria selalu belajar dari kesalahan sekecil apa pun itu, master.”
“Kau berani taruhan?” tantang Darka balik. Ia merogoh sakunya lalu menunjukkan lencana perunggu berhias red onyx stone dengan ukiran rasi bintang Sagitarius milik Eirene. “Tidak ada ketentuan keuntungan khusus bagi siapa pun yang menang, melainkan hukuman untuk siapa pun yang kalah, setuju?”
“Sepakat!”
“Bagaimana jika kau gagal dalam ujian mengalahkanku? Kau siap melepas lencanamu dan kehilangan tanda pengenal sebagai murid akademi yang sah?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Heir Of Fire
FantasySaat keterpaksaan dinobatkan sebagai putra mahkota karena menjadi satu-satunya keturunan terakhir yang masih hidup selepas perang---Eirene muak atas takdirnya, dia jadi tidak bisa hidup bebas, malah harus menggantikan kewajiban besar yang diemban me...