10. Alternasi Lencana

13 7 3
                                    

“Aku sama sekali tidak menyerang bagian kepala sebagaimana kesepakatan bersama yang menyatakan tegas larangan jangan sampai melukai titik vital secara fatal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku sama sekali tidak menyerang bagian kepala sebagaimana kesepakatan bersama yang menyatakan tegas larangan jangan sampai melukai titik vital secara fatal. Tapi kenapa—dia seperti sedang kesakitan? Pandangannya—kosong,” gadis itu menggigit bibir bagian bawahnya, risau. “Apa dia semacam—memiliki trauma benturan di kepala pasca cedera perang, mungkin?”

“Eirene!” panggil Darka lagi, kedua tangannya terarah menangkup wajah pemuda itu ketika darah mengucur lolos dari lubang hidungnya. “K-kau mimisan,” lirih sang master, menyadarkan kebungkamannya. Kini rasa nyeri itu telah menghilang sirna, setelah sempat melemparnya ke kilas balik kisah rumpang yang tidak dia tahu asal-usul dan kelanjutannya.

“A-apa kau—bisa sihir?!”

Siapa yang tidak mengernyit ditanya seperti itu? “Bicara apa kau? Otakmu bermasalah?” Sarkas sang master, menoyor kening Eirene hingga si empunya melongo. Bukan hanya Eirene, para audiensi jauh lebih syok; Bagaimana tidak, untuk pertama kali ada seseorang yang berani menoyor kening sang pangeran, ah ralat, calon raja?!

Eirene menyeka darah di hidungnya. “Aku kan—hanya bertanya,” ia bergumam, lantas memanyunkan bibir layaknya anak kecil yang baru dimarahi. Pemuda itu merogoh sakunya, lalu dengan genggaman terbuka—ia menyodorkan Gold Badge Red Onyx Stone milik Darka yang ada padanya. “Kukembalikan lencanamu.”

“Ternyata pertarungan kedua—masih berakhir sama ya,” Eirene memandang Darka dengan tatapan meneduhkan, tanpa tersirat kemurkaan sedikit pun. Sepertinya—dia sudah lebih menerima kekalahan keduanya sekarang.

Virgo yang sudah bisa ikut campur setelah api yang mengitari ring sebagai barier pembatas telah padam, sontak naik ke podium untuk memisahkan master dan pangeran itu. “Sudah selesai, kan?” lugasnya setengah menghardik.

“Belum,” sahut Darka menyilangkan lengan, membuat master werewolf itu memicing tajam. Namun seringaian bibir Darka justru semakin terkesan menantang. “Tentu masih ada satu hal lagi yang perlu dituntaskan,”

“Astaga, kau ingin ronde dua?! Yang benar saja?!” cecar Virgo terang-terangan menentang.

“Tch,” decak Darka menyanggah, gadis itu mengambil kembali lencana miliknya dari genggaman tangan Eirene, lalu memberinya lencana perunggu red onyx stone berukiran rasi bintang Sagitarius milik sang pangeran seperti saling bertukar.

“T-tunggu, alternasi lencana?” Sepasang alis Eirene terangkat bersamaan, masih belum percaya Darka benar-benar memberikan lencana itu padanya. “Kau serius master? T-tapi ini di luar taruhan kita, maksudku—sudah sepatutnya aku mengembalikan lencanamu dan kehilangan lencanaku ketika kalah kan? Tapi kenapa kau...”

“Oh, kau menolak menerimanya?” Darka menyahut kembali lencana Eirene dan kedua pundak pemuda itu sontak turun bersamaan dengan kepala tertunduk.
Ia lebih dibuat tidak percaya ketika master angkuh itu justru menyematkan langsung lencana miliknya dan meresmikannya. “Dengan disaksikan seantero akademi, aku nyatakan engkau sebagai siswa Charfork Academy yang sah dan menempati tahun keempat. Selamat bergabung,”

Heir Of FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang