3. Nestapa Mawar Biru

9 6 5
                                    

Bayangan pertarungan sengit yang berakhir memalukan atas kekalahannya terus terbayang, menaikkan adrenalin bercampur emosi yang membumbung hingga ubun-ubun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangan pertarungan sengit yang berakhir memalukan atas kekalahannya terus terbayang, menaikkan adrenalin bercampur emosi yang membumbung hingga ubun-ubun. Terhitung empat jam lebih medan pelatihan dikuasai oleh seorang pangeran yang menggila seorang diri, ia menyabetkan pedangnya ke sembarang arah secara brutal, melancarkan tebasan tajam. Sesekali mengingat pola-pola serangan tak terduga yang berusaha ia pelajari. Nafasnya terengah-engah dengan keringat mengucur deras dari tubuhnya yang shirtless—menampilkan postur atletis otot-otot dihiasi biseps.

“Mengerikan, orang pun tidak akan berani mendekat jika dihadapkan dengan sisi dari sosoknya yang ini. Siapa yang menyangka seseorang yang biasa terlihat tenang bak permukaan air danau—bisa menjadi beringas kalau sudah terlampau marah.” Celetuk Jov bergidik.

Diangguki oleh sang kakak yang membenarkan, “ini kali pertama seumur hidup dia dikalahkan oleh seorang—perempuan misterius. Tentu itu melukai egonya sebagai seorang laki-laki.”

“Lantas, apa kau—akan mengerahkan orang kepercayaanmu untuk mencari orang tersebut?”

Jorz menghela nafas panjang diikuti gelengan pelan. “Pangeran belum memerintahkan apa pun, dia sudah terlanjur memutuskan untuk mencarinya sendiri. Mengingat bahwasanya pemilik lencana itu bukan murid biasa, melainkan seorang master.”

“Tapi katakan padaku, Jov.” Lanjutnya menggantung, “kau bisa—jujur pada kakakmu?”

Gadis itu mengernyit, “apa?”

“Kau sungguh—tidak memiliki gambaran mengenai siapa—master pemilik lencana itu?” selidik Jorz bertanya penasaran. “Maksudku, barangkali kau bisa menebaknya,”

Tercipta keraguan dalam sorot mata sang adik yang bergeming, menggigit bibir bagian bawahnya. Menimang-nimang haruskah berterus terang atau tetap diam meski telah memprediksi siapa sosok master yang sekarang diincar oleh putra mahkota. “Hanya ada seorang master yang...”

Blaammm...

Timbul dentuman secara tiba-tiba, memotong kesaksian Jov, begitu pula Jorz yang dibuat ternganga mendapati Eirene—membumihanguskan samsak yang dia tinju hingga terlepas dari tiang gantung dalam kondisi terbakar. Dengan dibantu sang adik, Jorz kelimpungan menyalakan selang air yang ia guyurkan tepat membasahi kobaran api, agar tidak merambat menghanguskan objek lain.

Siapa sangka, tindakan sigapnya mencegah kebakaran hebat justru dianggap menantang Eirene yang murka. Pemuda itu melemparkan pedang pada Jorz, ia memasang kuda-kuda siaga. “Lawan aku,”

“Jov, mundur.” Pinta Jorz, memosisikan adiknya menjauh dari arena ring. Gadis itu tercekat dengan rasa takut melingkupi, khawatir terjadi sesuatu pada sang kakak.

“Kau masih berdiri di situ?” Eirene bertanya angkuh, caranya menatap Jov dengan sorot membunuh—membuat gadis itu kesulitan meneguk salivanya. “Menyingkir atau...”

Heir Of FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang