Beralih dari kelanjutan perjalanan Darka dan Eirene yang tetap meneruskan ekspedisi menuju ibu kota usai mengalami kecelakaan..
Di sisi lain, usai petang berlalu..
Sembari menunggu jam makan malam tiba, baik para senior maupun master muda akademi seperti biasa tengah berkumpul di paviliun; sekadar bersantai selepas mengajar sepanjang hari.
Mylko terduduk anteng di pangkuan Senior Mylo di sofa tunggal, sembari meregangkan jari jemarinya yang mungil untuk dibantu oleh sang kakak yang sedang memotong kuku panjangnya di mana ujung-ujung kelima jari bocah lelaki itu menghitam lantaran gemar bermain lumpur. "Tch, kau lihat ini? Menjijikkan, kotor sekali. Kan aku sudah bilang jangan bermain lumpur di genangan air, tanganmu jadi penuh kuman; kau mau cacingan ya?!" cerocos Mylo mengomeli.
"Kak Theresa tolong aku.." Mylko memelas melayangkan tatapan pada senior elf bersurai pirang itu, untuk membelanya sedikit.
"M-Mylo.." Theresa sudah akan bersuara sepatah kata, namun Senior Dawn yang jahil paling tidak bisa menahan gemas kalau tidak mengganggu anak kecil sampai menangis.
"Eits, jangan coba-coba Theresa.. Biarkan bocah nakal itu dihukum, harusnya kau pukul saja tangannya dengan rotan, Mylo. Dengan begitu, adikmu baru akan jera." Provokasinya mengompori.
Tidak digubris oleh Mylo yang serius fokus bukan main agar tidak melukai jemari mungil dalam genggaman tangannya yang jauh lebih besar itu. Perbedaan proporsi yang sedikit membuatnya kesulitan.
Air mata anak sepolos Mylko sudah berjatuhan membasahi kedua pipinya yang menggembung, ia merasa ketar-ketir. Akan tetapi, dirinya tidak bisa merengek lantaran tubuhnya membeku kaku di pangkuan sang kakak, nyaris tak bergerak sedikit pun saking takutnya gunting kuku itu tidak sengaja salah memotong daging jarinya.
"Tch," decak Master Clyde melempar bundelan handuk basahnya tepat ke arah kepala Dawn. Wajahnya segar sekali selepas mandi, kedua langkah kakinya yang kokoh itu berjalan menuruni anak tangga lalu mendudukkan dirinya di sudut sofa panjang.
Dawn mendengus, dipungutnya handuk biru gelap itu dari lantai untuk dia lipat dan kembalikan pada master muda si empunya. Bersamaan ketika Mylko langsung lari usai kuku-kuku panjangnya telah dipotong bersih sang kakak.
Clyde menyahut kembali handuk basah yang disodorkan padanya, lalu sembari meregangkan kedua lengan-dia berceletuk menyinggung seseorang. "Wah, dia benar-benar menghilang seharian tak kunjung pulang."
Searle menyibakkan rambut panjang Stacie untuk dia gelung rapi agar tidak terjambak tanpa sengaja tatkala dirinya memijat bahu master muda yang berstatus kekasih rahasianya itu. "Oh ya, sudah kau tanyakan pada beliau tentangnya?"
"Ah, ayah bilang Darka memang sedang keluar bersama seseorang." Terang Stacie, membenarkan. Gadis itu memejamkan mata menikmati pijatan yang merelakskan rasa pegalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heir Of Fire
FantasySaat keterpaksaan dinobatkan sebagai putra mahkota karena menjadi satu-satunya keturunan terakhir yang masih hidup selepas perang---Eirene muak atas takdirnya, dia jadi tidak bisa hidup bebas, malah harus menggantikan kewajiban besar yang diemban me...