Prolog

73 6 4
                                    

Deru ombak lautan kala badai menerjang—pecah menabrak bebatuan pesisir, gejolaknya yang deras di bawah guyuran air hujan disertai petir—tak menyurutkan pertarungan sengit antara seorang manusia setengah dewa melawan siluman berambut ular. Gadis demigod itu bergerak gesit menghindari serangan brutal membabi buta dalam kondisi kedua mata yang tertutup oleh seutas kain yang sengaja dia ikatkan. Sehingga, lengah sedikit saja—sengatan ular beberapa kali mampu menggores kulitnya.

Tubuhnya mulai letih dengan stamina yang terkuras, sontak ditertawai sinis oleh seorang wanita yang membelai rambut ularnya. “Kau kelelahan dengan tubuh fanamu itu, hmm? Tidakkah kau menyerah saja agar aku dapat mengakhirinya lebih cepat, Darchelle?”

Dalam posisi berlutut, gadis itu mengatur nafas yang terengah-engah dengan peluh bercampur terpaan hujan membasahi tubuhnya. Tersungging senyum miring sekilas, “sungguh? Aku bahkan belum mengeluarkan senjataku dan bertarung dengan serius, Medusa. Kau saja yang terlalu bersemangat mengajakku pemanasan agar aku letih lebih dulu,”

Kedua tangan Medusa meremas gaun hitam kehijauannya dengan kuku-kuku panjang—tumbuh mencuat; tersulut emosi karena penuturan gadis muda yang terdengar meremehkan. Mulutnya merapalkan mantra dengan mata terpejam, mengubah wujud kedua kakinya menjadi—berekor ular. Seketika melesat dengan kedua tangan terarah ke depan—menerjang leher seorang gadis yang dia cekik hingga tubuhnya melayang beberapa senti tak lagi berpijak di tanah. “Matilah, Putri Athena!” serunya dipenuhi hasrat menggebu.

“Errgh,” gadis demigod yang notabene merupakan Putri Dewi Athena itu—menggertakkan giginya merasakan sesak yang teramat ketika oksigen diraup dari cekikan kedua tangan berkuku panjang yang perlahan menyayat leher seolah ingin mematahkannya sekaligus. Ia berusaha meronta seraya memulihkan tenaga, goresan huruf kuno mantra reject yang masih basah di pergelangan tangannya—sobek meninggalkan luka menganga—melemahkan kemampuan beregenerasi cepat sehingga pemulihannya terhambat.

Karena terdesak atau dia akan benar-benar mati dalam cekikan Medusa—Darchelle mengeluarkan pedang pusakanya agar dapat ia jadikan senjata untuk menghalau para ular yang tidak hanya menyengat namun juga memuntahkan racun berbisa berlabel paling fatal.

Medusa mengencangkan cengkeramannya, namun kedua tangannya semakin terasa terbakar setiap kali berusaha mencekik leher musuhnya yang tak kunjung mati. Dia seperti merasakan gejolak energi sangat kuat hingga sebuah cahaya tiba-tiba muncul disertai gelombang menyerupai ledakan yang mampu menghempaskan dirinya—sejauh lima meter.

Blaammm...

“Sshh...” Medusa mendesah, berselang bangkit. Begitu pula dengan seseorang di kubu seberang yang sesekali terbatuk sembari menghirup oksigen dan menyelaraskan nafas. Sepasang matanya terbelalak menyadari gadis itu—memunculkan pedang terkutuk dari udara kosong—yang otomatis tergenggam di tangannya dengan nyala kobar api yang tak padam oleh hujan deras. Pedang terkutuk yang konon telah ratusan kali membunuh banyak siluman seperti dirinya, dan mendapat julukan—Sword Of Hell Judgement karena terbentuk dari api neraka.

Wanita itu tahu dia tidak hanya akan mati dalam sekali tebasan, tapi juga akan terbakar hingga hangus menjadi abu sebelum menuntaskan balas dendamnya. Dia bisa melihat seringaian percaya diri putri Dewi Kebijaksanaan yang menjadi semakin kuat dengan pedang itu, nyatanya bertarung dengan kedua mata tertutup sama sekali tidak menyulitkan fokusnya yang tak terkecoh.

“Giliranku!” seru Darchelle, tangan kanannya menggenggam erat pedang yang dia tancapkan hingga menciptakan retakan permukaan tanah dan getaran gempa ringan.

Medusa berusaha menyeimbangkan tubuh setengah ularnya, kesusahan menghindari percikan lahar yang bergejolak muncul pada bekas retakan tanah pesisir; seolah gadis itu mampu membukakan pintu neraka jika memaksimalkan serangannya. Kelengahan sang siluman ular dimanfaatkan oleh Darchelle yang berlari melesat, melayangkan tendangan keras dari belakang hingga Medusa terjerembap; tak menyadari kapan gadis itu berpindah.

Heir Of FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang