05

21 17 1
                                    

"kalo rara bukan anak pembawa sial dan bukan pembunuh lalu kenapa orang tua rara bilang begitu bi" tanyanya kepada sang pembantu di rumahnya

"itu mereka kecapean terus rara pulang malem takutnya terjadi apa apa jadinya mereka gitu, emangnya nak rara kemana dulu abis pulang sekolah kok pulangnya sering malam akhir akhir ini" tanya bi hanan penasaran

"rara main ke rumah temen rara dulu" jawabnya asal "nak kamu boleh main tapi ingat waktu mungkin itu yang di maksud orang tua rara, rara tau? di luar banyak orang jahat" jawab bi hanan

sekarang youra sendirian di balkon kamarnya menatap langit yang gelap dan penuh dengan bintang ada bulan juga "nek kek rara jahat ya udah bunuh kakek sama nenek harusnya rara yang mati rara hidup ga ada yang peduli" ia menangis sambil menatap langit

tutttttt tuttttt
hpnya berbunyi membuat lamunannya memudar ia melihat hpnya di situ tertulis nama abangnya yaitu devino lalu ia menekan tombol hijau "hallo rara kangen ga sama kita berdua ra lanjut di sini aja ya sekolahnya, ra rara" youra yang tidak membuka mulutnya itu membuat kedua abangnya khawatir

"ra rara dek kamu kenapa kok jawab" namun masih tak ada jawaban dari youra ia masih terdiam entah memikirkan apa

"ra sayang rara" kedua abangnya memanggilnya lagi "a i-iya kenapa bang" jawabnya

"rara lagi banyak pikiran ya mamah sama papah ngapain kamu ra rara pulang malem lagi ya" tanya sang kakak "ga kok mamah sama papah ga marahin rara" jawabnya berbohong

"bang ayok nyanyiin lagu buat rara biar rara bisa tidur" ia berjalan dan berbaring di kasurnya "mau lagu apa ra" tanya sang kakak

"lagu you make me strong aja bang" jawabnya sangkakak pun mulai memainkan gitarnya dan bernyy

beberapa menit kemudian mereka berdua mendengar lenguhan sang adik mereka tau adiknya itu sudah tertidur "sweet dreams dek, good night" ucap kedua sang kakak bergantian

🍃🍃🍃

"rara" teriak seseorang yang tak lain adalah elena ia sedang bersama geovano, youra yang merasa dirinya di panggil pun mengalihkan pandangannya "bisik na" jawab youra

"ra tau ga sih sepupunya vanvan bakalan pindah sekolahnya ke sini kita bakalan jadi berempat deh tar rara jadian sama dia" ujar elena gembira "ngaur lo na rara ga bakalan pacaran" jawab youra lalu pergi meninggalkan teman beserta pacar temannya

"ish tu anak gitu mulu tau ah nana bete awas awas" ia mendorong pacarnya lalu pergi "na tunggu" teriak sang pacar

"kita akan melanjutkan materi yang kemarin coba di buka halaman yang kemarin youra coba bacakan nak" youra membacanya dari awal sampai akhir

"silahkan tulis ini jika ingin bertanya silahkan" ucap sang guru "ra orientasi itu apa" tanya teman sekelasnya

"tanya guru biar detail" jawabnya singkat "tinyi giri biir ditil ck males gw nanya sama lo cuek kutub lo" ujar sang teman sekelasnya kesal

"kata ibu juga jika ada yang di tanyakan silahkan jangan menanyakan kepada temannya kalo tanya sama ibu, ibu jelaskan dengan detail denger ga lo tadi kata ibu gitu" ujar elena kesal "dasar tuli lo" sambungnya lagi

"oke anak anak kita sudah selesai dan jam pulang pun sudah tiba silahkan pulang ke rumah masing masing jangan ada yang langsung main" ujar bu sisi dan di angguki oleh semua murid

sekarang youra berada di tempat kerjanya "ini silahkan mau pesan apa kak" tanyanya kepada sang pelanggan "saya mau ini sama ini saja" jawabnya "baik di tunggu kak"

beberapa menit kemudian ia pun langsung mengantarkan pesanan orang yang tadi saat sedang duduk ia merasa tubuhnya bergetar hebat dan kepalanya pusing pandangannya gelap keringat dingin hidungnya pun mengeluarkan darah paman elena yang merupakan pemilik toko itupun panik melihatnya dan langsung membawanya ke rumah sakit

"paman gimana keadaan rara" tanya elena khawatir "tenang na tenang dia pasti baik baik saja" ujar sang ayah menenangkan sang anak, sedangkan haikal paman elena hanya diam ia juga khawatir dengan youra

sang dokter pun keluar dari ruangannya "ia tidak kenapa kenapa hanya kecapean saja" ujar sang dokter berbohong karena youra pernah bilang waktu ia di cek ke sini ia bilang jangan kasih tau siapapun jika yang dokter katakan terjadi cukup saya dokter dan tuhan yang tau saya tidak mau mereka tau dan khawatir sama saya

"rara besok jangan sekolah and kerja dulu ya" ujar elena khawatir "loh kenapa rara gapapa" jawabnya

"terus saja pulang malam sampai kau puas YOURA SYENZA" sang ibu berteriak saat menyebut namanya


jgn lpa vote

Youra Dan Lukanya  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang