14

13 9 0
                                    

happy reading

youra menelpon dokter dion untuk menanyakan kabar sang kakak seperti yang dokter dion ucapan ia langsung pergi ke rumah sakit dan menemui dokter dion

"kak dion kak cahyo aku mau donorin darah aku buat kakak aku kebetulan darah kita sama, tapi kalian jangan kasih tau siapa siapa kalo aku yang donorin"

"ra sakit kamu udah parah tapi mau donorin darah buat kakak kamu ga, ga boleh" ujar dokter dion dan di angguki oleh cahyo

"plis kak ini demi keselamatan kakak aku, aku ga mau mamah sama papah sedih lagi plis ya kak" ia memohon kepada dua dokter muda di hadapannya karena kasihan jadi cahyo dan dion terpaksa mengiyakan keinginan youra

"yaudah nanti langsung ke ruang rawat aja, tapi ingat pesan kita kalo kakaknya udah sembuh rara harus bilang sama mereka kalo rara punya penyakit dan sekarang penyakitnya udah parah" ucap dokter cahyo panjang lebar dan di angguki oleh youra

selesai mendonorkan darahnya ia keluar rumah sakit youra pulang ke rumahnya di rumah itu begitu sepi orang orang lagi pada di rumah sakit di sini hanya ada bi hanan youra memasuki kamarnya ia merasa pusing anak itu tergeletak di samping ranjangnya pandangannya mulai kabur

"ga ga boleh, gw kuat ayok lawan sakitnya ra" batinnya ia terus menyemangati dirinya sendiri ia berdiri dan mencari obat setelah menemukannya ia langsung meminumnya namun obatnya tidak bereaksi ia langsung meminumnya lagi pada akhirnya ia pingsan

tokkk tokk
"nak rara" panggil bi hanan "rara" bi hanan terus terusan memanggil youra namun hasilnya sama tidak ada jawaban "nak rara bibi masuk ya maaf, bibi khawatir sama kamu"

"astagfirullah haladzim tolong aduh ini teh kumaha aduh nak rara bangun atuh duh gimana ini tolong giman atuh tolong duh nak rara tunggu sebentar ya bibi panggil pak mamat dulu" bi hanan langsung meninggalkan youra sendiri ia berlari ke tempat mamat bekerja

"mat aduh itu bantu nak rara" ujarnya panik pak mamat yang mendengar bi hanan bicara ikut khawatir "ada apa atuh han sok bicasa yang bener" jawabnya

"udah ayok ikut saya" bi hanan menarik paksa tangan pak mamat dan membawanya ke kamar youra mamat yang melihat youra tergeletak di lantai dan di depannya terdapat obat obatan pak mamat langsung membawanya pergi ke rumah sakit

***

"bi gimana keadaan rara" tanya seseorang yang baru saja datang bi hanan yang duduk sambil menangis itu langsung berdiri "ga tau dokternya belum keluar dari tadi" jawab bi hanan marc yang mendengar jawaban dari bi hanan mundar mandir khawatir

"udah hampir satu jam tapi kenapa dokter belum keluar juga ra lu gapapakan gw khawatir sama lu semoga lu gapapa" batin marc khawatir ia berdoa berharap pacarnya baik baik saja

"marc gimana keadaannya" ujar sang ibu yang baru saja datang ibu dan ayah marc datang karena cemas belum ada kabar dari marc tentang youra

tutttt tuttt
suara telpon bi hanan berbunyi ia langsung mengambil ponselnya dari saku bajunya di situ tertera nama elena bi hanan langsung menekan tombol hijau "bi ini kok rumah sepi pada dimana rara dimana bi" tanya elena khawatir "nak rara di rumah sakit, rumah sakit sinar kencana" jawabnya terbata bata karena menangis elena yang mendengar youra di rumah sakit langsung menyuruh pacarnya pergi ke rumah sakit

"vanvan cepetan dong ini nana khawatir sama rara" titahnya gelisah ia memberi tahu orang tua nya setelah orang tua nya di beri tahu mereka langsung berangkat

beberapa jam kemudian mereka semua berada di depan tempat youra di rawat "vanvan, rara gimana kok dokternya ga keluar keluar" lirihnya geovano menenangkan elena sebisa mungkin "rara pasti baik baik aja tenang ya" ujar geovano

marc frustasi ia meremas kuat rambutnya tubuhnya terduduk di lantai rumah sakit air matanya tak berhenti menetes sang ibu mendekati anaknya dan memeluknya "tenang ya sayang rara kuat rara ga bakalan kenapa kenapa" ujar sang ibu menenangkan anaknya

"dimana reno dan clara apakah mereka tidak akan datang" tanya ayah elena kesal dari tadi ia tidak melihat keberadaan orang tua youra semuanya diam tidak ada yang membuka mulut

dokter dion keluar dari ruang youra "kondisinya kritis, jika selama lima hari masih tidak sadar nyawanya sudah tidak bisa terselamatkan kangker hati stadium empat saya tidak yakin akan selamat" setelah menyampaikan hal itu dokter dion pergi meninggalkan mereka marc langsung masuk ke ruang sang kekasih ia memegang erat tangan sang kekasih

"ra ayok sadar ra jangan tinggalin gw ra" rilih marc samar samar masih terdengar, elena yang terus menerus menangis di pelukan sang kekasih

Youra Dan Lukanya  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang