"Jadi keadaan mereka gimana?" tanya Mora.
Lianz, Ryula dan Erik menggedikan bahu, menggeleng pelan.
"Please tolongin mereka, kalian kan ngerti kayak beginian bukan? mereka temen baik gue soalnya .."
"Anak panahnya gak boleh dicabut, kalo semisalnya dicabut, itu bakal bikin kerusakan di organ dalam tubuhnya. Kita biarin aja tertancap gitu." ucap Lianz.
"Lo gila? mereka bakal ngerasain sakit terus-terusan dong? udah cabut aja." bantah Sonie.
Ryula menggeleng, "Dicabut atau enggaknya, mereka bakal tetep ngerasain sakit."
"Tapi kan, kalo-"
"Shutt, udah-udah jangan ribut." Deano menghentikan perdebatan yang sebentar lagi mungkin akan terjadi dan semakin memanas.
"Gue butuh kain, kita harus perban luka mereka." ucap Erik.
"Tunggu dulu," sergah Getzy. Ia mencabut anak panah yang menancap di ranselnya.
"Li, coba kamu perhatiin deh," Getzy memberikan anak panah itu pada Lianz.
"Di ujung sini, aku rasa ini ada unsur kimia yang berbahaya. Zat ini sama persis yang aku liat di lab Kimia, tapi aku lupa namanya." tambahnya.
"Itu Zat karat, kalau kena tubuh manusia bakal mengakibatkan pendarahan sampai yang paling parah tetanus." jelas Gavin.
"Wah, ini gak main-main, tetanus bisa bikin kejang dan karena kejang itulah nafas saluran tersumbat," timpal Lianz.
"Jadi, ujung-ujung nya mereka bakal mati?" tanya Teza.
"Ya menurut lo gimana? lo gak liat tuh muka mereka bertiga udah biru gitu?" jawab Gavin ketus.
Ya, Gavin selalu saja begitu. Bahkan ditengah situasi seperti ini, rasanya tak afdol kalo belum bikin orang emosi.
Pernah suatu ketika, saat dirinya dimintai tolong menjadi panitia kelas oleh ketua kelas, Gavin menolaknya dan mengancam akan melaporkan ke polisi karena perbuatan yang tidak mengenakan, padahal tak ada yang memaksanya. Aneh bukan?
Hampir setengah murid 10 IPA tak suka dengan Gavin.
"Ini apa-apaan sih? gue lagi gak mimpi kan?" Deano bersuara.
"Kira-kira ini ulahnya siapa?" tanya Galan.
"Apa mungkin ini pembunuhan berencana atau massal?" terka Syakara.
"Ka, lo tumben banget dari tadi diem?" tanya Prevan menyikut lengan Arka, saat menyadari teman baik nya itu tak lagi banyak berbicara. Berbeda sekali di hari-hari sebelumnya, Arka selalu tak bisa diam.
"Gue bingung, disatu sisi ini seru banget woi, tapi disisi lain gue juga takut mati." jawab Arka dengan mimik muka yang tidak dapat dimengerti.
"Geblek." Prevan menempeleng kepala Arka.
"Selamat datang di permainan Fern School!"
Lianz mengedarkan pandangannya ke langit-langit kelas, suara itu ternyata muncul dari speaker yang biasa digunakan saat sekolah ingin memberitahukan informasi.
Mereka semua tidak tahu siapa yang berbicara barusan, bahkan suaranya pun tidak bisa dikenali suara laki-laki atau perempuan.
"Survive .. hanya itu yang bisa kalian lakukan,"
"Disetiap permainan, tak semua pemain bisa menjadi pemenang nya."
Mereka saling berpandangan satu sama lain, sorot mata mereka tak dapat dijelaskan. Jelas, mereka pasti bingung, entah harus berbuat apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Elixir Class : Survive ❪ ✔️ ❫
Mystery / Thriller❝ Harusnya lo semua ikut saran gue tadi, kita cabut sekelas.❞ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ 26 Siswa yang berjuang untuk tetap hidup di lingkungan yang mereka tidak ketahui mengapa mereka bisa ada disana. Mereka disis...