Elixir Class, Survive : Tidak menghilang

166 19 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Arka sengaja meninggalkan Lianz dilorong itu ketika ia tak sengaja melihat dua sosok berjubah hitam berjalan entah ingin kemana.

Sepertinya saat itu Lianz tak menyadari,

Arka pun mengikuti sosok itu tanpa mengajak Lianz bersamanya, karena takut menyeret Lianz ke dalam bahaya.

Rupanya kedua sosok itu menghampiri Revano dan Altharel yang sudah sekarat, Arka mendengar semua percakapan kedua sosok itu dengan kedua temannya.

Awalnya Arka ingin segera menyusul Lianz, namun ia urungkan niatnya ketika mendengar rencana Fajash dan Karvino.

"Gue udah taruh bom itu di dua titik lantai tiga, dan di satu tempat yang bakal bikin gedung ini rubuh."

"Total ada tiga bom?"

"Iya, gue pastiin gak ada yang selamat di dalam gedung ini."

"Bagus, bom itu udah aktif?"

"Udah, 20 menit lagi lantai tiga bakal meledak."

Arka terbelalak kaget, bukannya pemenang nya cuman ada satu? lantas, mengapa mereka mau membom gedung sekolah ini hingga tak ada yang tersisa dan selamat?

Karena digedung sekolah ini hanya tersisa dirinya dan Lianz saja.

Mendengar rencana kedua kakak kelasnya itu, Arka lantas mencari bom yang dimaksud, berharap agar bom itu bisa dimatikan.

Namun lagi-lagi ia berubah pikiran, bom itu akan meledak dalam waktu 20 menit, jika ia mencari dimana bom itu berada, maka itu akan membuang-buang waktu.

Apalagi lorong lantai tiga ini seperti labirin.

Arka pun berlari mencari Lianz, dan betapa terkejutnya ketika Lianz sedang disiksa oleh Fajash.

Arka tak mungkin maju melawan Fajash yang sedang kesetanan itu dengan tangan kosong, ia mencari sesuatu yang bisa melumpuhkan Fajash dengan sekali pukulan.

Disini tak ada apa-apa selain kerikil batu dan beberapa pot tanaman.

PRANGGG

Ya, jelas Arka memilih Pot tanaman itu, ia memukul kepala Fajash dengan pot bunga yang terbuat dari tanah liat itu hingga pecah.

Benar saja, itu berhasil membuat Fajash pingsan seketika.

"Arka?"

Arka memeluk tubuh Lianz erat, prihatin melihat kondisi Lianz yang sudah penuh lebaman, darah akibat goresan pisau dimana-mana.

"Maaf, maafin gue udah ninggalin lo sendiri."

Lianz membalas pelukan Arka, ia terisak dibahu lelaki itu, "Lo kemana? kenapa ninggalin gue sendiri?"

"Gue kira .. lo udah mati, Ka." timpal Lianz, masih menangis.

"Siapa bilang? gue kan janji akan selalu jagain lo." kata Arka mengusap pucuk rambut Lianz yang sedikit basah karena keringat.

"Tadi lo kemana, Ka?"

"Kita gak punya banyak waktu Li, nanti gue ceritain semuanya, oke?"

"Lantai tiga ini bakal meledak, cepat atau lambat gedung ini bakal hancur juga." jelas Arka.

Lianz mengangguk.

"Lo tunggu disini dulu, gue mau iket mereka berdua biar gak bisa berkeliaran lagi." kata Arka, ia beranjak berdiri.

"Kak Karvin udah meninggal .." ucap Lianz pelan.

"Lo yang bunuh?" Arka balik bertanya.

Lianz tak menjawab, ia memilih menunduk.

"Hebat! lo hebat banget berani ngelawan dia!" seru Arka mengacak-acak rambut Lianz.

"Cewe gue emang hebat ya!"

Lianz langsung menatap Arka, 'Cewe gue?'
pipinya memerah sekarang, seperti kepiting rebus.

Lianz langsung menatap Arka, 'Cewe gue?'pipinya memerah sekarang, seperti kepiting rebus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TO BE CONTINUED . .

Dua bab lagi tamat, kira-kira endingnya gimana yaa?

[1]  Elixir Class : Survive  ❪ ✔️ ❫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang