Elixir Class, Survive : Siapa dia?

173 28 0
                                    

Dengan sedikit berat hati, Lianz memberikan kunci itu pada Revano.

Sejujurnya Lianz tak yakin sosok diluar sana adalah Reihan temannya, padahal Erik sudah bilang kalau Reihan telah tiada,

Ia takut kalo semisalnya ini adalah ronde baru untuk mencari tumbal lagi.

"Jangan dibuka!" teriak Haikal menahan Revano ketika ingin membuka kunci pintu, ia menggeleng kuat.

"Kenapa?" tanya Revano heran, dahi nya ikut mengerut.

"Kemarin malem gue mimpi .. kejadian nya sama persis kayak sekarang yang lagi kita alamin," Haikal menjeda kalimat nya ketika ketukan pintu itu terdengar kembali.

"Mulai dari gerbang dikunci, kematian Hensy, Rina, Arisa yang meninggal karena anak panah, tangan raksasa itu, dan .. kematian Reihan juga ada dimimpi gue." ucap Haikal pelan.

"Maksud lo?" Deano bertanya.

"Setiap sesuatu yang gue mimpiin bakal terjadi, ini bukan sekali atau dua kali aja. Setahun terakhir ini mimpi-mimpi gue selalu terwujud besoknya." jelas Haikal.

"Woaaah, hebat." Arka bertepuk tangan, masih tak menyangka bahwa teman dekatnya itu ternyata bisa meramal.

"Keren, berarti lo bisa jadi tukang ramal tuh, Kal." kata Prevan.

"Iya, buka jasa aja, lumayan dapet cuan." sahut Devano.

"Ck, serius anjir. Situasi kayak gini masih sempet-sempetnya mikir duit?" ucap Mia.

"Lo gak bohong kan? lo lagi gak halusinasi kan, Kal?" tanya Lianz.

"Bener, beberapa dari kita pasti pernah halusinasi ditempat ini." timpal Ryula.

"Jujur gue gak percaya." ucap Mora, Mia dan Wonia mengangguk setuju.

"Serius, gue gak bohong. Setahun ini, mimpi gue selalu jadi kenyataan." kukuh Haikal.

Aneh.

Itulah yang ada dipikiran mereka semua saat mendengar pernyataan Haikal. Bagaimana bisa manusia meramal sesuatu melalui suatu mimpi?

"Lo anak indihome ya, Kal?" celetuk Arka.

"Indigo anjir." sahut Prevan.

Haikal menggeleng, "Gue gak bisa liat hantu."

"Kal .." panggil Raka, dengan nada serius.

"Kalau lo tau Reihan bakal mati tadi pas ikut sama Erik, kenapa gak lo cegah?"

Mulut Haikal terkatup, ia terdiam, ucapan Raka barusan menohoknya.

"Kal ..?"

"Gue minta maaf," jawab Haikal. "Maka dari itu, gue gak mau bikin kesalahan yang kedua kalinya." tambahnya.

"Kesalahan yang kedua kalinya? maksud lo?" tanya Teza.

"Di dalam mimpi gue, saat Revano buka pintu itu, kita semua yang ada di perpustakaan ini terbunuh dibantai sama seseorang, satu pun gak ada yang selamat." ucap Haikal.

"Lo berdua, kepalanya diputusin." tunjuk Haikal pada Deano dan Arka.

"Tubuh lo bertiga, hancur dicincang." Haikal kembali menunjuk pada Shaza, Getsy dan Syakara.

"Kepala lo bakal pecah, Rik." Pandangan Haikal mengarah ke Erik.

"Tangan kalian berempat bakal dipatahin, terus dipotong jadi tujuh bagian pake gergaji." Haikal menunjuk Altharel, Prevan, Ryula dan Devano.

"Lianz, Sonie sama Wonia bakal mati kehabisan darah karena kaki nya disayat? atau lehernya ya? gue lupa." Mereka bertiga lantas saling berpandangan, merinding.

[1]  Elixir Class : Survive  ❪ ✔️ ❫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang