XX

118 31 3
                                    

Jimin

Pasar Kotagede jadi tempat Jimin berkunjung kalau bahan makanan di rumah sudah menipis. Berbekal satu tas belanja dan setelan santai celana pendek juga sandal jepit, ia bersiap-siap di atas motor bebek yang telah menemaninya sejak SMP.

"Kamu bisa pakai motor, tidak, Jeongguk?" Daripada meninggalkan anak ini selalu di rumah, ada baiknya kalau mengajaknya berkeliling. Jalan-jalan biar tidak berputar-putar di sekitaran kamar-ruangtengah-dapur saja. "Kalau bisa, ikut aku, yuk. Ke pasar."

Satu cangkir mengepul dibawanya dari dalam rumah. Jeongguk kelihatan lebih santai dengan surainya yang dikepang ala kadarnya. Hasil karya Jimin yang tidak tahu harus berbuat apa karena terlanjur menganggur dan minta cuti panjang. Melihat lelaki itu tidak keberatan diperlakukan ini dan itu jadi membuat Jimin terkadang merasa dibutuhkan. Kalau seluruh afeksi yang ia pendam dan tidak tersalurkan kini punya tempat berpulang. "Bisa," ujar Jeongguk singkat.

"Tapi kamu ganti baju dulu. Jangan pakai celana panjang."

"Kenapa ndak boleh?" Sisi mengototnya juga sedikit-banyak mulai kelihatan. Dari ia yang seperti iya-iya saja kalau ada di dekat Jimin, pemuda itu mulai berani menyuarakan apa yang ada di dalam otaknya tanpa beban. "Sekalian kotor bajunya."

"Ya, kalau kamu mau lebih kotor dari yang kelihatan sekarang, ya, tidak apa-apa juga." Jimin mengedikkan bahu. "Kamu yang bawa motornya, aku yang kamu bonceng."

"Niatnya juga begitu." Setelan kelabu mulai dari celana training panjang dan sweater berlengan jadi pelengkap sosok Jeongguk yang tinggi menjulang. Konyolnya, ia pakai helm tidak berkaca yang Jimin ingat, jadi peninggalan Chanyeol karena enggan dibawa balik ke Solo. Katanya, biarkan saja ada di Jogja karena siapa juga yang hendak mengenakan helm pembunuh ketampanan itu. Nyatanya, justru Jeongguk yang pakai. Dan sialnya, masih saja kelihatan tampan. "Pegangan," bisiknya yang untung saja Jimin dengar.

"Habis dari pasar, keliling saja, nanti." Jimin lakukan apa yang Jeongguk sarankan. "Kamu, kan, belum lama ada di Jogja."

Jeongguk yang membawa motor, tidak bisa menoleh langsung. Ia jadi berakhir menarik tubuhnya supaya bisa menyediakan ruang buat Jimin bicara di samping kuping kirinya. "Siapa yang bilang kalau aku sudah lama ndak di Jogja?" tanyanya.

"Jeongguk, sumpah, ya." Jimin mengeluh. "Kamu aslinya menyebalkan sekali, lho, betulan."

"Kasihan yang baru sadar." Jeongguk mendapat satu cubitan panas di atas kulit perutnya. "Aduh!" pekiknya. "Jangan begitu. Nanti kalau menabrak orang, gimana?"

"Makanya berhenti menyebalkan."

"Enak jadi menyebalkan kalau sama kamu."

"Diam!" Satu lagi cubitan ditanam Jimin. Kali ini di paha. Menyembunyikan rasa malu yang sudah lama sekali tidak ia rasakan. Sensasi ini baru. Seolah ia ditarik kembali ke zaman masih menetap di sekolah. Bahkan dalam benak, Jimin bisa visualisasikan. Mereka seakan jadi sepasang sejoli yang membolos sekolah dan jalan-jalan pakai motor berdua di jalanan Jogja. Pakai seragam putih-abu dan masih menenteng tas. Ah, andai saja masa sekolahnya seindah itu. "Nanti kamu tunggu di motor juga tidak apa-apa. Aku bisa beli sendiri ke dalam."

"Aku ikut masuk," kata Jeongguk.

Jimin menurut saja. Tidak punya tenaga mendebat terlalu lama. Alasan pemuda itu mengekor juga baru ia tahu setelah beberapa kali berputar di pedagang yang sama. Berbekal banyak sayuran dan beberapa bahan pokok lain, Jeongguk tidak memunculkan protes sama sekali. Ia dengan suka rela menjinjing tas belanjaan beserta beberapa kantong kresek yang berisikan jajanan pasar.

Satu yang membuat Jimin khawatir adalah sorot pandang lelaki itu yang tidak ramah. Beberapa kali memang Jimin mendapat pujian kalau kawannya ganteng keterlaluan. Tapi ibu-ibu pedagang tahu juga bilang kalau Jeongguk agaknya harus lebih ramah. Tidak ada salahnya tersenyum basa-basi kalau bertemu dengan orang. Alih-alih pakai raut wajah siaga seolah ia bisa bertemu dengan musuhnya kapan saja dan muncul dari kerumunan orang mengantre bayar beras.

Gardapati [kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang