Jam satu dini hari Jennie terbangun saat mendengar suara tangisan anak nya yang rewel dan terus saja menangis, dia menyandarkan tubuh di headboard kasur sambil melihat Rose yang menangis kejer walau terlihat matanya mengantuk. Jennie mengambil anak nya dan meletakkan di pangkuan saat Rose mendusel di dadanya seketika mata nya membulat lebar merasakan hawa panas dari wajah anak nya. Jennie meraba wajah putri kecil nya yang menangis tidak berhenti, dia kaget karena si bayi demam.
"Sayang bangun," Jennie mengguncang lengan Hanbin dengan panik
"Eugh,, ada apa sayang?" tanya Hanbin dengan mata terpejam
"Ayo kerumah sakit, Rosie demam yank," jawab Jennie khawatir turun dari kasur menggendong anak nya
Mata Hanbin terbuka lebar mendengar perkataan istrinya bahwa bayi kecil nya sakit, dia segera berlari ke kamar mandi untuk mencuci wajah lalu keluar mengambil jaket tebal memasangkan ke tubuh nya dan tak lupa mengambil jaket untuk istri dan anak nya.
"Ayo kita kerumah sakit," ajak Hanbin bergegas keluar kamar
"Hiks Mom uh na Chie, Dad huh," ocehnya menangis di gendongan Jennie
"Iya sayang, kita kerumah sakit baby," Jennie memeluk tubuh anak nya yang sangat panas
Langkah kaki terdengar tergesa gesa menuju pintu utama, mereka keluar dari Mansion lalu Hanbin pergi mengambil mobil di dalam garasi, Jennie masuk ke dalam mobil sambil memasangkan jaket pada anak nya yang rewel dan terus saja menangis. Jennie mengusap punggung bayi kecil nya, hati nya terasa sakit mendengar tangisan anak nya yang seperti sekarang.
Jennie membuka kancing baju mengeluarkan aset kembar nya memberikan asi pada anak nya agar tenang namun Rose tidak mau bahkan bayi kecil itu muntah muntah dan batuk membuat Jennie semakin panik dan khawatir.
"Mom hiks ueek.. Uhuk uhuk hiks" Rose muntah di dalam mobil sambil terbatuk batuk
Hanbin semakin menambah laju mobil semakin kencang untuk saja jalanan sepi, dia sangat khawatir melihat wajah memerah anak nya, apa lagi bayi kecil itu muntah dan batuk bahkan terlihat lemas serta pucat. Jennie sudah menangis dan khawatir terhadap putri kecil nya,dia mendekap tubuh anak nya dan mencium pucuk kepala si kecil.
Kepala ku sakit banget hiks, Eomma sakit hiks, lirih Rose menangis merasakan panas tinggi
Sampai di rumah sakit langsung Hanbin membuka sealbeat lalu mengambil anak nya dari pangkuan Jennie, dia duluan keluar dari mobil berlari masuk ke dalam rumah sakit untung saja masih ada satpam serta beberapa suster juga dokter.
Suster yang melihat ada pasien segera mendorong brankar, Hanbin membaringkan anak nya di brankar dengan Jennie yang menggenggam tangan mungil anaknya sambil menangis. Mereka mengikuti suster setibanya di depan ruang UGD genggaman tangan Jennie lepas, dia menangis di pelukan suami yang menatap ke arah ruang pemeriksaan.
"Sstt,, tenang sayang, anak kita pasti baik baik saja," Hanbin mengelus rambut istrinya mencium pucuk kepala Jennie dengan lembut
"Sayang, aku khawatir Rosie kenapa kenapa hiks" Jennie membenamkan wajah nya di dada sang suami
"Kita berdoa semoga anak kita baik baik saja," Hanbin berusaha menenangkan istrinya dan dia juga harus tetap tenang
Sejenak keheningan terjadi hanya isak tangis Jennie yang terdengar, dia benar benar takut jika terjadi sesuatu pada anak kesayangan nya, walaupun anak nya selalu membuat dirinya jantungan atas kelakuan anak nakal nya itu tetap Jennie sangat menyayangi bayi kecil nya.
Hanbin terus mengusap lembut punggung istrinya agar tetap tenang tak lama pintu ruangan UGD terbuka, Hanbin dan Jennie berjalan mendekati dokter.
"Dokter, bagaimana kondisi putri saya?" tanya Hanbin cemas
"Untung anda secepat nya membawa putri anda kerumah sakit jika terlambat dua menit saja mungkin nyawa anak anda tidak bisa selamat karena panas tinggi mencapai 39°©," jawabnya
"Sekarang anak anda dalam keadaan kritis," lanjutnya
Deg
Jennie terkejut mendengar perkataan dokter, kaki nya terasa lemas dia hampir saja terjatuh untung Hanbin menahan tubuh istrinya yang menangis.
"Apa kami bisa masuk dokter?"
"Anak anda kami pindahkan keruang rawat dulu,"
"Ruang VIP saja dokter," kata Hanbin
"Baik tuan, kalo begitu saya permisi dulu," pamit dokter pergi meninggalkan mereka
Hanbin memegang tangan Jennie merangkul istrinya menuju ruang VIP dimana anak mereka di rawat, mereka berjalan masuk ke dalam menghampiri brankar anak kesayangan yang terpasang infus di tangan mungil nya.
Jennie menangis terisak menggenggam tangan mungil anaknya, rasanya sangat menyakitkan melihat anak sendiri terbaring dengan mata terpejam dan lemah seperti ini.
"Sayang bangun Nak, hiks" Jennie mencium punggung tangan putri nya
Hanbin hanya mengusap punggung istrinya dengan lembut, dia menahan air mata melihat anak kesayangan terbaring lemah, perasaan nya begitu hancur dan sakit.
Jam menunjukkan pukul dua dini hari, Hanbin menyuruh Jennie untuk istirahat namun istrinya tidak mau dan ingin berada disamping anak nya, tatapan kosong menggenggam tangan mungil itu air mata terus mengalir. Hanbin menghela nafas samar kemudian duduk di sofa memandang istrinya yang diam menatap wajah anaknya.
Waktu terus berlalu hingga Jennie tertidur dengan posisi duduk dengan kepala berada di tepi ranjang anak nya, Hanbin berjalan mendekat kemudian dengan hati hati dia menggendong tubuh istrinya berjalan menuju kasur khusus keluarga pasien, dia membaringkan Jennie lalu mencium kening istri nya lembut.
Dia melihat jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari namun mata nya tidak bisa tertidur lagi, dia hanya duduk di samping brankar putri kecil nya menggenggam tangan mungil itu, mencium kening sang anak hingga kantuk pun menghampiri dia menopang kepala dengan tangan nya sebagai bantalan lalu tidur nyenyak dengan posisi duduk.
Pagi mulai datang membuat Jennie terbangun, dia mengerjapkan mata berkali kali mengumpulkan nyawa nya yang baru bangun, setelah itu dia duduk melihat kearah brankar anak nya terlihat sang suami yang tidur dengan posisi duduk. Dia turun dari kasur melangkah mendekati sang suami, dia mengelus lembut pundak Hanbin untuk membangunkan agar pindah ke kasur saja.
"Eungh.." lenguhnya terusik
"Sayang, pindah kekasur saja tidur nya biar tubuh mu nggak sakit," suruh nya lembut
Hanbin menegakkan kepala lalu mengangguk pelan berdiri setelah itu dia berjalan menuju kasur sedangkan Jennie masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajah nya. Tak lama Jennie keluar dari kamar mandi berjalan menuju kursi yang berada di samping ranjang baby Rosie.
"Sayang, ayo buka matamu sayang, Mommy kangen denger ocehan mu," gumam Jennie mengusap usap pipi Rose
Jennie mengambil ponsel lalu menghubungi orang tua nya memberitahu bahwa Rose di rawat membuat Shin Hye terkejut dan segera kerumah sakit, setelah menghubungi orang tua nya dia menghubungi Alice memberitahu Rose yang di rawat, reaksi nya sama dengan Eomma Shin Hye, mereka segera kerumah sakit.
Jennie meletakkan ponsel di nakas meja kemudian dia mencium cium tangan mungil sang anak hingga pintu terbuka menampakkan dokter berjalan masuk untuk memeriksa keadaan Rose. Jennie membiarkan dokter memeriksa kondisi putri kecil nya.
"Kondisi anak anda belum ada perkembangan, anak anda sakit karena terlalu lelah bermain dan biasanya karena sangat aktif dalam melakukan sesuatu yang baru, jadi anak anda mengalami lelah saja, jangan khawatir nyonya, putri anda baik baik saja," kata dokter
"Iya dok, putri saya sangat aktif dan tidak mau diam selalu ada saja tingkah nya terkadang membuat saya jantungan dengan kelakuan nakal anak saya," jujur Jennie
"Anak usia segini memang begitu nyonya sangat aktif bergerak, selalu ingin mencoba hal baru yang membuat dia penasaran, kita sebagai orang tua harus lebih waspada dan menjaga si kecil," ujar dokter
Jennie mengangguk membenarkan perkataan dokter, setelah itu dokter pamit pergi untuk memeriksa pasien lain nya. Jennie kembali duduk sambil menggengam tangan anaknya, menatap wajah polos si kecil.
Votement
See you 👋🌹
95⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SOUL MOVES (End)
FanfictionJiwa seorang gadis remaja yang mengalami kecelakaan berpindah ke dalam tubuh seorang bayi kecil yang berusia satu tahun.. #Blackpink #Jennie Kim #Kim Jisoo #Park Roseanne #Lalisa Manoban