PART 9

62 7 0
                                    

Happy reading 💕💕

•••

Hari ini, hari terakhir latihan untuk yang akan tampil esok hari. Mereka semua termasuk yang tidak ikut tampil datang untuk menyaksikan latihan nya sudah (maksimal) sesempurna yang diinginkan atau belum.

"Nada nya Aira masih terlalu rendah seharusnya masih bisa lebih tinggi lagi." Saran dari Reta selaku yang mengajar vocal juga.

"Apalagi yang bagian ooo nya juga masih kurang jelas." Kritik Hana. Aira mendengarkan kedua masukan tersebut, lalu mencoba mengubah nada nya menjadi lebih tinggi dan bulat.

Disisi bass dan gitar ada Gunung dan Gamang yang sedang berdebat permasalahan gitar yang senar nya tiba - tiba putus, kayak hubungan nya sama Bunga dulu. Eeh.. kok jadi bahas mantan? Hahaha, sorry.

"Ya udah pinjem yang kelas 10 ajalah, ribet kalo harus benerin dulu lagian waktunya belom tentu cukup juga." Saran dari Gamang namun Gunung terus menolak.

"Apasih lo minjem - minjem, ini lagian masih siang masih banyak waktu buat benerin juga." Ujar Gunung menolak.

"Lo mah ya njing, susah banget diomongin." Ujar Gamang masih belom mau mengalah dan keadaan pun semakin panas.

Tiba - tiba, datanglah wanita cantik dengan pakaian hitam putih nya serta rambut diikat dengan kunciran pita menambah kesan lucu dan manis, datang ke arah mereka membawakan minuman yang dipesan oleh Reta untuk semuanya.

Gunung yang melihat itu sungguh sangat terpesona dengan kecantikan Langit, tak henti - henti nya Gunung memuji Langit dalam hati. Begitupun dengan Gamang, ia juga memuji Langit dengan parasnya yang sangat cantik itu.

"Cantik banget sih ngit, gua jadi makin bingung." Batin Gunung.

"Mashaallah, bidadari darimana ini?" Batin Gamang berbunga - bunga.

"Silahkan diminum kakak - kakak." Ucapan Langit membuat mereka tersadar dari lamunan nya. Gunung dan Gamang sama - sama mengucapkan 'terimakasih' kepada Langit secara bersamaan.

"Sibuk gak ngit?" Tanya Gunung, sambil membuka minuman yang sekarang sudah ada ditangannya. Sambil menunggu jawaban Langit, Gunung pun menyeruput minuman tersebut.

"Enggak kak, aku cuma lihat - lihat aja daritadi, terus tadi aku juga udah latihan drum 10 menit sesuai yang diperintahin." Jawab Langit.

"Ooh bagus, temenin gua yuk ke tempat gitar mau benerin senar." Ajak Gunung.

"Lo mah ya gun, kalo gua nolak malah ngajak orang lain." Ujar Gamang cemburu.

"Ya lo nya juga gak mau kan? Ya udah daripada ribut mulu mah gua mending jalan sama yang lain." Ujar Gunung tak berdosa, lalu ia segera menarik tangan Langit lembut keluar dari studio musik tersebut tak lupa membawa gitar yang akan ia benarkan juga. Langit hanya pasrah mengikuti Gunung, seperti sudah kejadian yang biasa baginya jika diajak dadakan begini dengan Gunung.

Selama perjalanan hanya ada keheningan diantara mereka. Langit terfokus pada jalanan siang itu yang sangat padat saja sambil membawakan gitar yang ditaruh diantara dia dan Gunung. Begitupun dengan Gunung ia terfokus pada jalanan didepannya saja.

Setelah memakan waktu kurang lebih 25 menit perjalanan, mereka pun tiba ditempat dimana akan membenarkan senar gitar tersebut. Langit mengikuti langkah Gunung yang sudah berjalan terlebih dahulu didepannya sambil membawakan gitar nya. Emang agak - agak ya ninggalin.

"Misi koh, mau benerin senar gitar berapa ya?" Tanya Gunung berbasa - basi terlebih dahulu.

"Tergantung jenis gitar nya dek." Gunung pun mengambil gitar yang ada ditangan Langit lalu memberikan gitar tersebut kepada koko tersebut.

GUNUNG & LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang