PART 14

43 4 0
                                    

Happy reading 💕💕

•••

November, 2022.

Bulan kelahiran Langit telah tiba, umurnya sebentar lagi akan berganti dan dirinya akan bertambah semakin dewasa bukan kanak - kanak lagi. Harapan untuk bulan ini banyak sekali baginya, harapan terbesarnya tak ingin ada tangisan dan rasa sakit dalam dirinya pada bulan ini.

Namun kenyataan nya tak semudah itu. Baru memasuki awal bulan saja sudah disambut dengan air mata, ia tak tahu apakah hari selanjutkan akan seperti itu lagi atau jauh lebih baik? Ia tak ingin menaruh harapan lebih lagi kali ini.

"Belajar lebih giat jangan males - malesan, udah mau ulangan kan bentar lagi?" Ucapan mama nya masih terngiang - ngiang dalam benaknya, ia harus berjanji pada dirinya kali ini kalo ia akan bisa mendapat nilai yang lebih baik dari sebelumnya.

"Aku akan berusaha untuk ngambis mah. Semoga kali ini aku gak ngecewain mama lagi ya? Aamiin.."

Ujian semakin dekat, lebih tepatnya seminggu lagi hal tersebut maju dari jadwal awal yang direncanakan seharusnya awal desember menjadi akhir november, hal tersebut membuat Langit keteteran dan bingng harus memulai nya darimana. Ia ingin belajar yang A tetapi ia masih kurang dipelajaran yang C, hal itu membuatnya semakin bingung untuk memulai nya dari yang mudah terlebih dahulu atau yang sulit? Setelah kurang lebih 10 menit berpikir akhirnya ia memulai dari pelajaran yang sulit terlebih dahulu.

Saat dipertengahan belajar, tiba - tiba ada notif chat masuk di hp nya. Pesan tersebut dikirim kan oleh Gunung yang mengajak nya untuk belajar bersama. Langit ingin menolak tapi Gunung terus memaksanya, akhirnya ia meng-iyakan permintaan Gunung. Padahal tak ada satupun materi mereka yang sama, namun menurut Gunung tak apa yang penting iniatnya untuk mendekati Langit semakin nyata.

Obrolan mereka selama video call ;

"Assalamualaikum neng geulis." Sapa Gunung.

"Waalaikumsalam kak."

"Gak peka iih." Ketus Gunung.

"Gak peka kenapa? Mau dibilang kak gunung ganteng gitu?" Tanya Langit. Gunung yang mendengar hal tersebut langsung salting tak karuan, ia langsung mematikan mic dan camera nya.

"Kalo salting gak usah ditutup - tutupin kak." Ejek Langit.

"Gak ada yang salting, tadi gua sedikit kelilipan." Elak Gunung.

"Mau aku tiupin gak kak?" Tawar Langit.

"Boleh." Langitpun pura - pura meniup mata Gunung yang kelilipan. Meniup virtual ceritanya.

"Udah kak?" Tanya Langit memastikan.

"Udah, tapi masih ada yang kurang." Jawab Gunung.

"Apatuh?"

"Kamu belom ada disamping aku."

"Halah, lo nelpon gini mau modus doang kan kak?" Tanya Langit curiga.

"Enggak, emang lagi pengen lihat bidadari." Jawab Gunung asal.

"Bidadari pale lu, gua dah bagus - bagus jadi Langit kagak ada bidadari bidadara begituan lah."

"Iya Bumantara."

"Hah apaantuh?"

"Itu artinya Langit, nama kamu."

"Nah kan, nama gua diubah lagi."

"Susah ya gombalin cewe mahal." Sindir Gunung.

"Iya kak susah banget, buat deketinnya aja harus punya effort yang plus - plus." Ujar Langit dengan sedikit menyombongkan diri.

GUNUNG & LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang