Part 25

38 6 0
                                    

Happy Reading 💕💕

•••

Keesokan harinya, Langit segera bergegas turun ke bawah untuk sarapan. Pagi ini Langit tampak sedikit pucat dan lemas, makannya bangun pun sedikit terlambat. Entah hal apa lagi yang membuat Langit seperti ini, namun ia merasa masuk angin biasa saja.

"Pagi, Kak." Sapa Langit dengan muka bantal yang sedikit pucat.

"Kamu sakit!?" Tanya Gunung khawatir lalu mengecek tubuh Langit, dan ia merasakan bahwa tubuh Langit tak panas. Aneh... Pikirnya.

"Enggak kok, aku gapapa. Udah makan aja, aku mau ngambil makan dulu." Ujar Langit dan langsung dihalangi oleh Gunung.

"Gak, kamu duduk aja biar aku yang ambil makanannya!" Perintah Gunung yang tak dibantah oleh Langit. Langit selalu merasa senang ketika berada disamping Gunung, selalu saja ia dijadikan bak ratu kerajaan. Tapi jangan salah, Langit pun menjadikan Gunung seperti raja juga. Jadi, hubungan mereka ini saling timbal balik dan melengkapi. Tidak ada berat sebelah. Iriii....

"Kamu makan dulu nih." Ujar Gunung menyodorkan nasi berserta lauk dan segelas air. Langit menerimanya dengan hangat dan tak lupa "Terima kasih."

"Kamu mau makan apa lagi?" Tanya Gunung yang melihat Langit sudah selesai memakan makanan utama.

"Puding, buah sama sereal sih."

"Yakin makan sebanyak itu? Jangan terlalu maruk, apalagi habis ini minum obat lambung itu agak eneg loh." Tanya Gunung memastikan agar tidak terlalu banyak makanan masuk ke perut Langit secara tiba - tiba. Apalagi dengan penyakitnya.

"Ya udah deh, puding flanya jangan lupa dibanyakin sama buah bebas aja." Jawab Langit menurut.

"Sereal?" Goda Gunung membuat Langit sebal bukan main.

"Kak, plis deh."

"Hahaha, bercanda cantik." Ujar Gunung lalu berjalan menuju tempat makan yang Langit inginkan.

"Pagi - pagi udah bikin anak orang salting aja." Gumam Langit dalam hati.

Tak lama, Gunung membawakan puding fla yang Langit inginkan dan tak lupa dengan buahnya juga. Langit melahapnya hingga habis tak bersisa, Gunung merasa senang kalo Langit bisa makan selahap ini.

"Udah?" Tanya Gunung.

"Kamu udah?" Tanya Langit balik.

"Aku udah kenyang, tadi juga udah minum jus buah sama tambah bubur kajo." Jawab Gunung.

"Oke deh, kalo kamu udah, aku juga udah. Yuk balik kamar." Ajak Langit menggandeng tangan Gunung. Banyak pasang mata melihat mereka sebagai pasangan yang sangat serasi.

"Udah nikah belum ya? Kalo udah cakep - cakep banget asli."

"Yakin gak bakal hamidun duluan tuh?"

"Lagi honeymoon sih mereka."

Dan masih banyak ocehan - ocehan yang terdengar maupun tidak terdengar di telinga mereka. Mereka tampak acuh tak mempedulikannya.

Sesampainya di kamar Langit, Gunung menyelonong masuk tanpa permisi. Langit ingin mengusir pun tak tega, jadi ia membiarkan saja asal tidak akan terjadi hal yang tak diingkan olehnya.

"Aaarghhhh.... Enak banget tidur di kasur calon istri." Ujar Gunung asal.

"Apasih kak." Sewot Langit.

"Kamu kan calon istri aku."

"Masih lama dan belum tentu juga aku jadi istri kamu nanti."

"Plis yang, kenapa sih kamu gak mau ngasih aku kesempatan buat bahagia dikit dengan dapet pujian balik dari kamu 'calon suami' gitu. Sekali aja, Ngit."

GUNUNG & LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang