Bagian 16

254 38 35
                                    

Typo bertebaran
Don't forget to vote and follow me

Typo bertebaranDon't forget to vote and follow me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin merasa gagal kembali. Ia benar-benar telah gagal menjadi sosok kakak yang kuat bagi adiknya. Bukannya membantu gadis itu untuk tetap tegar, Jimin justru menangis lemah dipundak Aera.

Menunjukkan lagi sisi lemahnya pada sang adik. Entahlah, sejak dulu sebenarnya Jimin selalu ingin menjadi sosok kakak yang sempurna bagi Aera. Ia ingin menjadi orang kuat yang siap melindungi gadis itu kapan saja.

Tapi ketika melihat kedua mata lentik gadis ini, semuanya berubah. Kelembutan yang Aera miliki, membuat Jimin sulit menahan diri. Gadis itu selalu menjadi sosok yang berhasil menghasut hatinya untuk mengeluarkan semua kesedihan yang ia miliki. Aera selalu menjadi tempat pria itu menumpahkan segala perasaan dan topeng yang Jimin miliki selama ini.

"Mian Aera..hiks"Jimin sungguh ingin berhenti menangis, tapi rasanya sangat sulit. Akhir-akhir ini begitu banyak hal rumit yang sudah terjadi. Dan Jimin sudah tidak bisa menahannya lagi. Bimbang. Takut. Sedih. Kecewa. Semuanya bersatu menyerang Jimin.

Sedangkan Aera langsung menggeleng menolak saat mendengar kalimat maaf dari mulut Jimin. Tentu ia sangat sadar  bahwa tidak ada yang bisa disalahkan disini. Ayahnya, Jimin dan dirinya hanya ingin saling memberi kebahagiaan. Meski nyatanya tidaklah begitu. Aera tak bisa bayangkan bagaimana raut kecewa Ayahnya saat melihat keadaan mereka berdua saat ini.

Pernikahan mereka baru saja dimulai, tapi sudah berapa banyak air mata yang tumpah?.

Aera menangkup wajah Jimin, dan menghapus jejak air mata dipipi pria itu. Jimin sudah mulai tenang. Meski ini bukan pertama kalinya pria itu menangis dihadapan nya, tapi entah kenapa hati Aera selalu merasa sesak tidak terima. Jimin pasti sudah menahan kekalutan yang luar biasa akhir-akhir ini.

"Oppa...berhenti merasa bersalah, bukan aku saja yang berkorban, tapi dirimu sendiri juga. Jadi mari kita hadapi ini semua berdua" Ya...itu juga tidak bisa disangkal. Disisi lain juga ada hubungan asmara Jimin yang sudah dikorbankan. Dan...bayi mereka.

Mengingat itu dada Aera semakin terasa sesak. Tidak, kau sudah buat keputusan Aera. Kau harus kuat!.

Jimin sadar Aera sedang mencoba menghibur nya, tapi melihat tatapan khawatir gadis itu justru membuat Jimin semakin merasa bersalah.

Kenapa Aera, kenapa kau masih peduli dengan diriku? Padahal kau sudah mengorbankan segalanya untuk menikahi pria seperti ku?.

"Aera...gomawo. Terima kasih untuk pengorbananmu" Aera kembali menggeleng, kenapa pria ini masih tidak mengerti juga.

"Oppa... hentikan, jika kau masih bersikap begini. Maka aku akan benar-benar tidak mau bicara denganmu lagi eoh!" Gerutu Aera mulai kesal. Ekspresi cemberut gadis itu nyatanya berhasil membuat bibir Jimin tersenyum kecil.

Semua ternyata masih sama. Jimin rasa adiknya ini memang rumah baginya. Selain bisa membuat pria ini membuka topengnya, Aera juga dengan mudah menyembuhkan luka dihatinya. Itu sebabnya, Aera adalah sosok yang paling berharga dalam hidupnya selain Seokjin. Tanpa keduanya, hidup Jimin sungguh tidak akan ada artinya.

|What Is Love?|✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang