Typo bertebaran
Klik ikon star 🌟.
.
.Aera memperhatikan sekali lagi penampilan nya dikaca, ia benar-benar takjub. Gaun ini sangat pas ia pakai. Jimin memang tidak pernah salah memilih.
"Kita keluar nona?" Tanya pegawai wanita yang sudah membantu Aera memasang Gaun super ribet itu. Aera mengangguk setuju, jantungnya tiba-tiba berdebar tak karuan. Ia penasaran bagaimana ya respon Jimin nanti. Akankah Aera bisa memikatnya dan berakhir membuat Jimin jatuh cinta? Ah...tidak, Aera berpikir terlalu jauh.
Degupan jantung Aera semakin tak karuan saat melihat punggung Jimin, sepertinya pria itu sedang menelpon seseorang. Semakin dekat langkah Aera semakin jelas juga apa yang sedang pria itu bicarakan dalam telepon.
"Kumohon mengertilah Yoora, beri aku waktu. Semuanya pasti ada jalan keluarnya." Aera menegang mendengar nama itu, ia seakan kembali tersadar dengan realita. Sesak, rasanya begitu menyesakkan.
"Eoh, aku janji padamu. Kumohon jangan gegabah untuk saat ini, aku akan kesana. Tunggu!" Jimin menutup telepon dengan kesal, ia segera berbalik dan tak menemukan siapapun dibelakangnya.
Aneh, padahal tadi ia jelas-jelas merasa ada seseorang dibelakangnya. Jimin kembali menatap ruang ganti yang letaknya tak terlalu jauh darinya, jujur Jimin tak sabar melihat Aera menggunakan gaun pengantin pilihannya.
Pasti gadis itu cantik akan sekali. Tapi sepertinya takdir tak berpihak padanya, ia sekarang harus segera pergi menemui sang kekasih. Saat ini juga.
Jimin mengusap wajahnya gusar, ia frustrasi bukan main. Dengan berat hati ia mengetikkan pesan kepada Aera, sungguh ia tak bermaksud meninggalkan gadis itu disini. Tapi keadaan saat ini sangat mendesak, Jimin pun yakin Aera akan mengerti dirinya.
.
.
.Aera hanya diam menatap kosong kedepan, pikiran gadis itu terlalu rumit dan memusingkan. Terlebih kondisi hatinya yang tak perlu ditanyakan lagi betapa sakitnya. Benar kata orang, satu orang gadis cukup merubah kehidupan seorang pria. Seperti yang dialaminya saat ini, bukan dia yang merubah melainkan gadis lain yang merubah prianya. Jiminnya.
Mungkin memang seharusnya sejak awal ini semua adalah kesalahan Aera, tak seharusnya ia menaruh hati pada seseorang yang bahkan tak pernah Menganggapnya sebagai seorang wanita. Wanita sungguhan untuk dijadikan seorang pasangan hidup.
Aera menghela nafas kembali, berusaha menegaskan kembali batinnya.
"Calon suami memang buruk sekali manis, ia tak seharusnya meninggalkanmu disini sendiri begitu saja. Hah... Face nya mungkin the Best, but sikapnya zonk! Very Very bad!" Aera hanya tersenyum tipis menanggapi celoteh Bubu. Sebenarnya merasa sedikit tak rela mendengar Jimin dihujat begini, tapi semua ini fakta. Ia tak bisa mengelak bukan?. Aera bangkit merapikan barang-barang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|What Is Love?|✅
FanfictionAera mencintai Jimin, teramat sangat hingga hampir membuat nya gila. Tapi sialnya Jimin tak pernah memandangnya sebagai seorang wanita. Dimata pria itu ia hanyalah adik kecil kesayangannya. Aera tak tahu harus berbuat bagaimana lagi, bahkan setelah...