Bagian 15

280 39 20
                                    

Don't forget to vote and follow me!
Typo bertebaran

   Jimin kembali menatap penampilanya didepan kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin kembali menatap penampilanya didepan kaca. Masih merasa tak yakin ini semua akan terjadi. Pikirannya kalut.

Jantungnya berdebar bukan main. Rasa takut itu semakin menghantamnya dengan keras. Membuatnya bahkan sangat sulit hanya untuk sekedar bernafas. Ditatapnya kembali jam didinding, dan bulir bulir keringat itu kembali bermunculan.

Tatapannya kembali jatuh didepan pintu. Berharap bahwa anak buah suruhannya masuk dan membawa kabar yang dapat mengurangi kekalutannya. Tapi nihil. Bahkan sampai jarum panjang itu hampir menunjukkan angka 9, pertanda bahwa sebentar lagi upacara suci itu harus dilakukan.

Semuanya masih sama berantakan nya.

Jimin menggusar rambut gusar, meski pernikahan ini dilakukan secara privat dan hanya beberapa tamu saja datang. Tetap saja mereka semua telah datang dan berkumpul.

Menunggu kehadirannya bersama Aera untuk melakukan janji suci.
Jimin menarik nafas panjang. Ia terus mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Hyungnya. Sejak kemarin ia sudah ingin mencoba tapu dalam hati Jimin tersirat datangnya keberuntungan. Betapa munafiknya dirinya ini. Ia terus saja mengelak dan menghindar.

Ya...mau tak mau Jimin memang harus berkata jujur. Bagaimanapun Jimin sadar betul apa alasan ketidak munculan Aera sampai saat ini. Tentunya saja Gadis itu lebih baik kabur daripada menikahi pria seperti nya.

"Jim ayo" suara Seokjin berhasil mengejutkan Jimin. Sedangkan Seokjin tersenyum lebar saat melihat penampilan Jimin.

"Woah...lihat ketampanan adikku ini. Meski masih kalah tampan denganku tentunya..." humor Seokjin tak dapat membantu apa-apa. Jimin tetap bisu, ketakutan setengah mati.

"Yak...tenang saja Jim, tidak usah tegang begitu Eoh" Seokjin berusaha mencairkan suasana. Jimin begitu tampak sangat gugup menurut nya.

"Hyung...seben-sebenarnya ak"

"Sudah Jim tidak ada waktu untuk berbicara, kita harus keaula sekarang"

"Tap-"

"Ststs..." Seokjin menarik tangan Jim tak membiarkan pria itu berbicara sedikit saja. Jimin semakin kalut. Ya Tuhan bagaimana reaksi Seokjin saat tahu anaknya tidak akan pernah muncul.

.
.
.

Akhirnya Jimin berdiri kaku didepan altar, menanti penuh harap kerah pintu disebrang sana. Jantungnya menggila bukan main. Para tamu menanti dengan kegembiraan diwajah mereka. Dan itu semakin membuat Jimin merasa sangat berdosa, karena akan mengacaukan semuanya.

Sungguh andai saja Seokjin mau mendengarnya tadi pastilah kekacauan tidak akan lebih besar dari ini. Sekarang semua orang juga akan melihat bagaimana ia menghancurkan kepercayaan kakaknya.

|What Is Love?|✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang