Taehyung bukannya tidak menyadari perihal Jimin—sang kakak—yang tidak menyukainya. Sambutan berupa makian beserta tatapan tak suka yang terang-terangan Jimin berikan cukup untuk membuatnya mengerti; bahwasannya putra dari orang tua barunya telah menolak mentah-mentah kehadiranya dalam keluarga.
Jika saja sang ibu tak lebih dulu mewanti-wanti, mungkin sudah sejak awal ia meminta untuk dikembalikan ke panti. Jauh sebelum ayah dan ibu memutuskan membawanya pulang, mereka sudah mengatakan jika hal-hal seperti ini bisa saja terjadi.
Jimin—putra pertama mereka yang nantinya akan menjadi kakaknya—memang sedikit manja. Mengambil hatinya mungkin akan membutuhkan kesabaran extra mengingat anak itu sudah terlalu lama menyandang title sebagai putra tunggal keluarga.
Oleh sebab itu, Taehyung tak terlalu menanggapi segala tingkah laku sang kakak. Seperti kata sang mama; ia hanya perlu bersabar kendati Jimin—kakaknya itu—benar-benar telah menguji kesabarannya.
"Woy, bocah. Lepasin sepatuku, dong."
Lihat?
Baru saja dibicarakan, kakak laknatnya tiba-tiba saja datang seperti setan.
"Apa?! Tidak terima?! Tau diri, dong. Papa dan Mama memang baik hati, jadi kamu yang harusnya sadar diri. Enak saja mau tinggal gratis di sini."
Jimin kembali mengomel. Barangkali ia masih dendam perihal sang mama yang pagi tadi berakhir mengantar Taehyung ke sekolah. Karenanya, seolah tak melihat Taehyung yang tengah sibuk membaca buku, ia yang baru saja pulang sekolah langsung memerintah anak itu untuk sesuatu yang sebenarnya tidak sulit untuk ia lakukan sendiri.
Sementara itu, Taehyung yang masih dalam misi memenangkan hati kak Jimin, hanya tersenyum menanggapi. Anak itu meletakkan bukunya di meja depan tv, beranjak menghampiri sang kakak yang tengah leha-leha di sofa, lantas berjongkok di bawah kakaknya untuk kemudian melepas kedua sepatunya.
"Kak Jimin ini pemalas sekali, ya," gumam Taehyung, yang masih bisa didengar oleh si empunya sendiri.
"Ngomong apa kamu?"
"Sepatu Kak Jimin bau sekali. Pasti sudah tiga bulan tidak dicuci."
Usai mengatakan itu, buru-buru Taehyung melenggang pergi dengan menenteng kedua sepatu sang kakak sebelum gendang telinganya pecah lantaran kakaknya pasti akan kembali berteriak tidak terima.
***
Sudah Taehyung bilang, kakaknya memang seperti setan. Bedanya, setan itu tidak terlihat, sementara sang kakak selalu terlihat di mana-mana dengan bola mata yang seolah hendak keluar dari tempatnya ketika beradu pandang dengannya.Layaknya sebuah drama, Taehyung pikir kakaknya hanya akan berlaku semena-mena ketika orang tua mereka tidak ada. Ia pikir, kakaknya masih menjaga image dengan menjadi anak manis di depan papa dan mama. Akan tetapi, sepertinya ia salah. Sebab nyatanya; ada atau tidak ada orang tua mereka, Jimin—kakaknya itu—tetap saja memperlakukan Taehyung sebagai budaknya.
"Ambilin remot, dong."
Semua anggota keluarga Park saat ini tengah berkumpul di ruang keluarga. Jimin berbaring di sofa depan televisi—tepat di samping Taehyung yang tengah belajar bersama Ji Sung karpet bawah.
"Jimin. Adekmu sedang belajar, sayang."
Sementara itu, Sena, bersuara dari dapur yang berseberangan dengan ruangan.
"Tidak apa-apa, Ma," balas Taehyung.
Anak itu menyudahi kegiatan belajar-
—yang sebenarnya tidak bisa dibilang belajar—lantaran sejak tadi ia hanya sibuk bercerita tentang bagaimana hari pertamanya di sekolah pada sang ayah. Barangkali hal tersebut membuat hati sang kakak panas karena ayah hanya berkata; apanya yang mau ditanya? Kamu kan bukan anak TK baru masuk sekolah, Jimin. Ketika sang kakak protes sebab ayah hanya menanyakan tentang bagaimana kegiatan Taehyung saja."Eh, tunggu-tunggu. Sekalian ambilin minum, dong. Haus, nih."
Baru saja Taehyung hendak kembali mendudukkan pantatnya, suara cempreng sang kakak lagi-lagi terdengar.
Hal itu tak ayal membuat Taehyung menggeram kesal. Namun, kendati demikian, ia tetap melakukan perintah kakaknya. Anak itu melangkah menuju dapur di mana sang mama berada, lantas kembali dengan membawa segelas air.
"Minum yang banyak, ya, Kak Jimin. Kata bu guru air putih bagus buat kesehatan, loh," ujar Taehyung seraya menyodorkan gelas di tangannya.
Jimin si bodo amat. Pemuda itu hanya memutar bola mata malas dengan mulut yang komat-kamit menirukan ucapan sang adik.
"Minim ying binyik yi Kik Jimin. Kiti bi giri iir pitih bigis biit kisihitin, lih. Cih, anak itu pikir aku peduli? Berusahalah sesukamu, sampai kapanpun aku tetap tidak akan menerimamu sebagai adikku!"
Jimin jadi kesal sendiri. Pemuda itu mengoceh tidak jelas, meneguk segelas air yang sudah berpindah tangan padanya. Namun, baru saja air itu sampai ke tenggorokan, ia sudah kembali menyemburkan airnya seraya berteriak nyaring sekali;
"Yaak, bocah tengik! Kamu masukkan apa ke dalam minumamku, ha?! Kenapa airnya asin sekali?!"
Tbc.
-------------------
"Rasain tuh air asin! Siapa suruh jail banget sama Taehyungie!"
__________________
KAMU SEDANG MEMBACA
New Brother (✔️)
ФанфикPerihal Jimin yang harus menerima orang baru, yang dipaksa menjadi sosok adik dalam hidupnya. Start ; 20 Desember 2022 End ; 28 September 2023