13||Takut

1.1K 142 23
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi ketika lagi-lagi, Sena harus terbangun lantaran suara ringisan yang keluar dari mulut si kecil cukup untuk membuat tidurnya terusik. Wanita itu mengucek kedua matanya dengan sebelah tangan, sementara tangannya yang lain tetap ia gunakan untuk menyangga kepala si bungsu yang sepertinya sudah kembali terlelap.

Sena tersenyum, membubuhkan satu kecupan di kening Taehyung yang ternyata masih terasa cukup panas.

"Cepet sembuh, ya, Dek," ujarnya sebelum kembali menyamankan posisi, memeluk tubuh si kecil dan berusaha untuk memejamkan mata sebab selain masih mengantuk, nampaknya hari juga masih terlalu pagi untuk ibu dari dua anak itu memulai aktifitas lagi.

***
Taehyung sakit. Usai acara jalan-jalan dengan sang paman dan kakaknya, keesokan harinya seluruh anggota keluarga Park dibuat panik sebab mendapati bungsu mereka yang hari itu juga enggan keluar kamar untuk makan malam, tiba-tiba saja jatuh sakit. Tak hanya tubuhnya yang panas, Taehyung juga sempat mendapatkan dua kali serangan sesak napas. Asmanya kambuh. Hal tersebut sontak saja berhasil membuat kedua orangtuanya, pun dengan sang kakak, merasa panik.

Untungnya, keadaan anak itu berangsur-angsur membaik setelah ditangani oleh dokter keluarga. Jika tidak, Sena pasti akan tetap ngeyel membawa Taehyung ke rumah sakit kendati anak itu terus menangis, menolak ajakannya dengan alasan takut yang ia sendiri tak tahu apa maksudnya.

"Adek belum bangun, Mah?"

Sena yang tadinya tengah sibuk mengganti kompresan Taehyung, menoleh, mengalihkan atensinya pada sang suami yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu.

Ji Sung melangkah masuk, menghampiri Sena yang kini sudah beranjak berdiri.

"Udah tadi, Pah. Bangun sebentar, terus tidur lagi abis minum obat," jawab Sena seraya merapikan dasi di leher sang suami. Sedikit menyesal, sebab biasanya, Sena yang akan mengurus segala keperluan Ji Sung sebelum suaminya itu berangkat bekerja.

Akan tetapi, mau bagaimana lagi, jangankan menyiapkan baju atau sarapan sang suami, rasanya Sena bahkan enggan meninggalkan Taehyung untuk sekadar membersihkan diri. Sena hanya tak mau, bungsunya menangis lalu berakhir sesak napas lagi karena bangun dan tak mendapati dirinya ada di sana.

"Demamnya belum turun?"

Sena menggeleng. Sudah tidak sepanas sebelumnya, tetapi tetap saja, Sena belum benar-benar tenang sebelum suhu tubuh bungsunya kembali normal.

"Apa Papah absen aja hari ini, ya, Mah? Gantian jagain Adek. Mamah pasti capek udah jagain Adek semaleman."

"Nggak usah, Pah. Papah ke kantor aja."

"Beneran?" tanyanya memastikan.

Sena tersenyum, lantas mengangguk sebagai jawaban.

"Kakak udah berangkat, Pah?" Sena bertanya. Ia baru ingat belum melihat sulungnya sama-sekali pagi ini.

"Udah, Papah paksa tadi. Eh, ngambek anaknya kali." Ji Sung berujar demikian sebab tadinya Jimin memang memaksa tinggal, membolos sekolah dan berniat menjaga Taehyung saja seharian.

Ji Sung senang dengan kenyataan jika itu berarti Jimin sudah semakin menyayangi Taehyung dan menerima sepenuhnya anak itu sebagai adiknya. Namun, tetap saja, Ji Sung tidak bisa membiarkan sang putra mengabaikan pendidikannya. Toh ia juga masih mempunyai banyak waktu sepulang sekolah jika memang ingin menjaga sang adik yang kini tengah sakit.

"Ya udah, Papah berangkat dulu, ya, Mah? Kabari Papah kalau ada apa-apa."

Ji Sung kembali berucap sebelum beralih mencium kening sang istri. Tak lupa, pria itu juga mendekati bungsunya, mengusak hati-hati surai sang putra sembari berbisik pelan di telinganya. Cepet sembuh, sayangnya Papa.

New Brother (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang