"Padahal aku sudah berniat memesan hotel, Kak. Kenapa malah repot-repot membawaku ke sini." Pria berusia tiga puluhan itu berujar begitu memasuki rumah berlantai dua milik keluarga Park.
Min Yoongi—adik kandung dari mama Jimin dan Taehyung—merasa tak enak hati lantaran harus merepotkan keluarga dari kakaknya selama beberapa hari.
Kedatangan Yoongi ke Seoul sejujurnya hanya untuk urusan pekerjaan saja. Itu sebabnya, ia berniat menginap di hotel alih-alih merepotkan kakaknya selama berada di sana. Namun, begitu mengetahui rencana tersebut dari ibu mereka, kakaknya justru malah memboyong Yoongi ke rumahnya sendiri.
Tak tanggung-tanggung, Sena juga mengirim Ji Sung—kakak iparnya—untuk menjemputnya di bandara. Yoongi jadi semakin tak enak hati dibuatnya.
"Astaga, repot apa, sih? Gunanya keluarga kan emang buat saling direpotkan. Ya, kan, Pah?" ujar Sena seraya menyenggol lengan sang suami.
"Iya, Abang yang repot. Kakakmu mah enak, tinggal nyuruh-nyuruh doang," balas Ji Sung. Barangkali masih kesal dengan sang istri yang membangunkannya pagi-pagi buta, menyuruhnya ke bandara sebab tak mau adiknya menunggu terlalu lama.
"Ooh, gitu. Jadi gak ikhlas, nih, disuruh jemput Adik ipar sendiri?" balas Sena seraya mencubit pinggang suaminya.
Sementara di sisi lain, Yoongi hanya tersenyum menanggapi. Merasa sudah tidak asing lagi dengan kelakuan pasutri yang terkadang suka lupa usia ini.
"Di mana Jimin, Kak?"
Yoongi bertanya sebab sejak tadi tidak melihat presensi keponakannya. Ini weekend, tidak mungkin 'kan, anak itu berada di sekolahnya?
"Sstt, sebaiknya jangan ganggu ponakanmu dulu, deh. Lagi pundung anaknya." Sena berkata begitu sebab tahu betul jika Yoongi memang suka sekali mengusili putranya. Terakhir kali mereka bertemu, Jimin bahkan sampai menangis lantaran pamannya—yang tak lain adalah Yoongi sendiri—mengatakan kalau dirinya hanyalah anak yang papa dan mama temukan di kolong jembatan.
"Ada turnamen di sekolahnya, sayangnya teamnya kalah—gak kalah, sih, sebenernya. Jimin sama teamnya berhasil, kok, meskipun cuma jadi juara tiga. Tapi tau sendirilah, gimana sifat keponakanmu itu. Mana puas dia kalau bukan jadi juara satu."
Mengerti akan kebingungan Yoongi, Ji Sung menjelaskan perihal Jimin yang saat ini tengah dalam mode ngambek sebab kalah dalam turnamen di sekolahnya. Sejujurnya tidak bisa dibilang ngambek juga. Jimin hanya kecewa pada dirinya sendiri lantaran sebagai seorang kapten, dia tidak bisa membawa teamnya menjadi juara pertama. Jika Jimin tidak sakit dan melewatkan beberapakali latihan, mungkin saja ia bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dari sekarang.
Hal tersebut berakhir dengan Jimin yang selama beberapahari belakangan lebih suka mengurung dirinya di kamar.
"Kak Jimin tidak mau diajak main, Ma!"
Suara kecil namun terdengar cempreng itu berhasil mengambil alih seluruh atensi orang-orang dewasa. Sementara si biang keributan—Kim Taehyung—berlari kecil menuruni anak tangga untuk menghampiri mamanya.
"Hati-hati, sayang. Jangan lari-lari, Adek bisa jatuh nanti," peringat Sena, ngeri sendiri melihat kelakuan bungsunya.
"Ma, Kak Jimin kenapa, sih? Adek 'kan, cuma ngajakin main, eh kok malah diusir-usir. Terus-terus—" Ucapan Taehyung terhenti tatkala menyadari adanya orang asing tak ia kenali, yang entah sejak kapan sudah memerhatikan dirinya. "Halo," sapa orang asing tersebut.
Orang itu mendekat, sedikit membungkuk guna menyamakan tingginya dengan Taehyung. "Oh, ini yang namanya Taehyung, ya? Adek baru Jimin?"
Alih-alih menjawab, Taehyung justru menoleh ke arah sang mama dengan tatapan yang seolah bertanya;
Siapa paman ini, Ma?
"Namanya Paman Yoongi. Paman Yoongi akan tinggal di rumah kita selama beberapa hari, sayang," jelas Sena. "Ayo beri salam," lanjutnya kemudian.
Taehyung mengangguk, mengalihkan atensinya pada Paman Yoongi yang masih memandanginya sampai saat ini. Bocah itu tersenyum, mengulurkan tangan kanannya pada Paman Yoongi. "Halo, Paman! Nama aku Taehyung! Umur tujuh tahun! Paman Yoongi bisa panggil Taehyungie atau Adek! Aku udah sekolah SD kelas satu, loh, Paman!"
Rasanya Sena hanya menyuruh Taehyung untuk memberi salam. Tetapi bocah itu malah berkata seolah tengah mengajukan sebuah lamaran pekerjaan.
***
Jimin menuruni anak tangga sembari mengedarkan pandangannya ke segala sisi rumah. Pagi tadi Taehyung datang ke kamarnya, terus merengek sebab dia menolak ajakannya untuk menyusun lego. Jujur saja, Jimin agak menyesal sebenarnya. Itu sebabnya meski masih dalam suasana hati yang kurang baik, Jimin memutuskan keluar dari kamar guna menyanggupi permintaan adiknya barang sebentar. Akan tetapi;Di mana anak itu sekarang?
"Cari Adeknya, Kak?"
Sena—sang mama—yang tengah berkutat dengan berbagai peralatan dapur untuk menyiapkan makan siang, berujar saat melihat sulungnya sedari tadi celingak-celinguk seperti orang linglung.
"Adek lagi main, tuh, di halaman belakang."
"Sama Papa?" jawab sekaligus tanya Jimin.
Mama menggeleng, memasukkan wortel yang sudah mama potong-potong sebelum kembali menjawab pertanyaan dari Jimin. "Papa mah Mama suruh beli daging. Adek kamu lagi main sama Paman Yoongi."
Paman Yoongi? Sejak kapan Paman menyebalkannya itu ada di sini?
Tanpa bertanya apapun lagi, Jimin segera berlalu meninggalkan mama untuk kemudian menuju halaman belakang. Benar saja, Taehyung—adiknya itu—tengah asik bermain bola dengan orang menyebalkan yang tidak lain adalah Min Yoongi, pamannya sendiri.
"Taehyung!!" Jimin memanggil dengan nada tidak santai sama sekali. Hal tersebut sontak saja membuat Taehyung dan Paman Yoongi yang sebelumnya tengah asik berebut bola menghentikan kegiatannya, untuk sejenak menoleh pada Jimin yang tengah berdiri tak jauh dari mereka dengan bersidekap dada.
"Kenapa, Kak Jimin?!" Taehyung berteriak tak kalah nyaring.
"Eh, ada ponakanan Paman yang manja. Sini-sini, gabung bareng kita."
Mengabaikan ajakan sang Paman yang lebih terdengar seperti tengah mengajak perang, Jimin mengalihkan sepenuhnya atensinya pada Taehyung sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
"Ayo main lego. Aku sudah siapkan lego dan cemilan yang banyak!"
Jimin kira, Taehyung akan langsung mengiyakan sebab sebelumnya anak itu terlihat begitu antusias saat mengajaknya. Akan tetapi, yang terjadi justru malah sebaliknya.
"Kak Jimin main sendiri aja! Adek mau main bola aja sama Paman Yoongi!"
Kim Taehyung, bocah itu menolak mentah-mentah ajakannya dan justru sibuk bermain bola lagi dengan Paman Yoongi. Total mengabaikan Jimin yang kini kembali memasuki rumah seraya menghentakkan kaki dan mulut yang berkomat-kamit sendiri.
Lihat, apa Jimin bilang? Pamannya itu memang sangat menyebalkan!
Belum sehari ada di sini, tapi Paman Yoongi sudah berhasil mencuri perhatian dari adiknya sendiri.
Menyebalkan sekali!
***
Hayo, kalian lebih suka kakak adek yang rukun atau perang?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
New Brother (✔️)
FanfictionPerihal Jimin yang harus menerima orang baru, yang dipaksa menjadi sosok adik dalam hidupnya. Start ; 20 Desember 2022 End ; 28 September 2023