Sepuluh hari sebelum PO selesai, dan ini spoiler terakhir yang bakal aku up di sini, ya. Sisanya bisa kalian baca dalam versi PDF-nya. Thank you!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jimin terbangun dalam ruangan asing yang tidak ia kenali sama sekali. Kepalanya berdenyut nyeri seiring dengan rasa sakit yang mulai menjalar pada seluruh bagian tubuhnya.
Di mana Adek?
Jimin membatin saat tak menemukan adanya presensi orang lain di sana. Seluruh badannya yang terasa sakit sudah cukup membuktikan jika apa yang terjadi bukanlah sebuah mimpi. Dan itu artinya, apa yang Jimin lihat sebelum kesadarannya menghilang benar-benar nyata, bukan?
Itu artinya, Adiknya memang berada di sana untuk menolongnya, 'kan?
"Abang udah sadar?" Suara lain terdengar, membuat Jimin menoleh untuk kemudian mendapati seorang pemuda melangkah masuk ke dalam kamar.
Senyum Jimin yang belum sepenuhnya mengembang pudar begitu saja ketika melihat wajah lain di sana.
Pemuda itu ... bukan Adiknya.
"Di mana Taehyung?"
Pemuda itu mengernyit mendengar ucapan Jimin yang lebih terdengar layaknya gumaman.
"Siapa Taehyung?" Alih-alih menjawab, pemuda yang tidak Jimin ketahui namanya justru balik bertanya. Dengan langkah lebar, pemuda itu semakin cepat berjalan. Buru-buru mendekati Jimin yang mulai tampak tak nyaman.
"Abang masih butuh istirahat," ujarnya, menahan Jimin yang hampir saja turun dari ranjang.
"Namaku Sungjae. Aku yang nolong Abang dari preman-preman tadi. Karena nggak tau rumah Abang di mana, makanya aku bawa Abang ke sini."
Tubuh Jimin lemas seketika mendengar kalimat dari pemuda yang baru saja memperkenalkan dirinya.
Bagaimana bisa? Jelas-jelas tadi Jimin melihat Adiknya.
"Abang istirahat lagi aja, ya. Kayanya Abang masih syok banget sama kejadian tadi. Aku di luar, kalau Abang butuh apa-apa tinggal panggil aku aja, ya, Bang?"
Tidak ada balasan apa pun yang keluar dari mulut Jimin. Pemuda itu hanya terdiam dan membiarkan Sungjae keluar.
Beberapa detik setelahnya, Jimin kembali membaringkan dirinya. Menatap langit-langit kamar dalam bungkam, hingga tanpa sadar cairan bening bernama air mata mulai keluar dari sudut matanya.
Barangkali, kerinduan Jimin pada sang Adik telah mencapai titik terbesarnya.
Titik, di mana kewarasan Jimin mulai hilang, sampai-sampai salah mengenali orang lain sebagai Taehyung.
