“Adek mau ketemu sama Kakak, ‘kan?”
Malam itu, Taehyung tidak mengerti arti sebenarnya dari ucapan Mama. Yang Taehyung tahu, Mama akan membawa Taehyung untuk bertemu dengan Kak Jimin. Sang kakak yang beberapa hari terakhir memang tak pernah Taehyung jumpai keberadaannya.
“Mama mau bawa Adek ke rumah Nenek?” Taehyung bertanya seperti itu sebab Mama bilang Kak Jimin sedang menginap di rumah Nenek.
Kendati sebenarnya, Taehyung sendiri tak yakin lantaran jika apa yang dikatakan Mama memang benar; kenapa akhir-akhir ini Mama sering kali terlihat uring-uringan? Kenapa mata Mama selalu berkaca-kaca setiap Taehyung mengatakan ingin bertemu dengan Kakak? Kenapa, setiap malam, Taehyung selalu melihat Mama menangis di pelukan Papa seraya terus menyebut nama Kakaknya?
“Kenapa Adek harus bawa baju banyak sekali, Ma? Kita cuma mau jemput Kak Jimin, ‘kan?” Taehyung kembali bertanya sembari terus memerhatikan Mama yang kini tengah sibuk mengemas hampir semua bajunya, lalu memasukkannya ke dalam tas.
Jika boleh jujur, sebenarnya Taehyung merasa ada yang aneh dengan sikap Mama. Taehyung sendiri tidak tahu kenapa. Pagi ini Mama masih membangunkan Taehyung seperti biasa. Masih membuatkan Taehyung nasi goreng favoritnya, juga mencium kedua pipinya sebelum Taehyung berangkat ke sekolah dengan Papa.
Tidak ada yang berubah. Mama masih memperlakukan Taehyung dengan penuh kasih sayang layaknya orang tua pada anaknya. Namun, entah bagaimana semua hal-hal biasa yang selalu Mama lakukan seolah terasa berbeda.
“Mama, Adek tidak mau ke rumah Nenek. Mau tunggu Kak Jimin di sini aja.” Sebab entah kenapa, Taehyung merasa setelah hari ini, dia tidak akan bisa merasakan sentuhan-sentuhan penuh kasih sayang Mama lagi.
“Tidak bisa, sayang,” ujar Mama. Bergegas menghampiri Taehyung yang saat ini tengah duduk di ranjang, setelah selesai mengemas baju-bajunya.
“Kakak udah nunggu Adek. Kasian Kakak kalau Adek malah nggak mau ketemu sama Kakak.” Mama memberi pengertian pada Taehyung seraya mendudukkan diri di sampingnya.
“Tapi Ma—“
“Adek nurut aja sama Mama bisa nggak, sih?”
Tak hanya Taehyung, bahkan Sena sendiri terkejut menyadari jika dirinya baru saja meninggikan suara pada sang putra. Wanita itu lantas menghela napas, merutuk dalam hati menyesali dirinya yang seolah semakin sulit dalam mengendalikan emosi.
“Dengar, Adek percaya sama Mama ‘kan?” Sena kembali berujar seraya memegang kedua bahu Taehyung. Membuat anak itu menghadap dan menatap tepat ke arahnya.Tidak ada lagi emosi, Taehyung bisa mendengar suara Mama justru kian memelan seiring dengan rematan di bahunya yang terasa semakin kuat.
“Adek percaya ... sama Mama.”
Taehyung tidak mengerti, maksud dari percaya yang Mama tanyakan. Namun, jika itu tentang Mama, Taehyung tidak akan berpikir dua kali untuk berkata iya. Sebab sejak pertama kali Mama menepati janjinya; membawa Taehyung pulang dan memberikannya keluarga yang sempurna, sejak saat itu juga, Taehyung telah menaruh seluruh kepercayaannya pada sang Mama.
“Mama sayang banget sama Adek. Adek hanya harus selalu ingat hal itu, heum?” ucap Mama. Sebelah tangannya Mama gunakan untuk mengusap lembut belakang kepala Taehyung, sebelum akhirnya menariknya ke dalam pelukan.
“Adek jangan lupa sikat gigi sama cuci kaki sebelum tidur, ya? Biar bobonya gak diganggu sama peri tidur.”
“Adek kalau nangis jangan lama-lama. Nanti malah sesek nafasnya.”
“Kalau ada yang ganggu atau nakalin Adek, bilang. Jangan apa-apa biasa Adek pendem sendirian, sayang.”
Taehyung tidak paham dengan semua yang Mama katakan. Tidak paham, kenapa Mama menangis seraya memeluknya dengan begitu erat. Bocah tujuh tahun tersebut hanya mengangguk, menikmati setiap usapan yang Mama berikan seraya memeluknya tak kalah erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Brother (✔️)
FanfictionPerihal Jimin yang harus menerima orang baru, yang dipaksa menjadi sosok adik dalam hidupnya. Start ; 20 Desember 2022 End ; 28 September 2023