"Tidak! Aku tidak mau punya adik, Ma!"
Adalah kata pertama yang keluar dari belah bibir Park Jimin begitu Sena-sang mama-mengatakan keinginannya untuk menjadikan bocah yang entah orang tuanya ambil dari mana sebagai adiknya.
Tidak hanya melalui kata-kata, Jimin juga menunjukan penolakan serta ketidaksukaannya pada seorang bocah yang hingga kini masih bersembunyi di balik punggung orang tuanya dengan memberikan anak itu tatapan tajam.
"Hey bocah, dengar, ya?! Aku tidak mau jadi kakakmu! Pergi sana!" Jimin kembali berteriak, lantas mengalihkan tatapannya pada sang orang tua.
"Ma, Pa! Kembalikan anak ini ke asalnya sekarang juga!"
Jimin beranjak-pergi begitu saja meninggalkan ruangan-tanpa mau mendengar jawaban dari ayah maupun ibunya. Remaja tanggung yang baru saja genap berusia tujuh belas tahun itu benar-benar menentang keras keputusan sang orang tua. Tak heran, sebab sejak awal Jimin memang tidak pernah menginginkan hadirnya seorang adik dalam hidupnya. Baik ayah maupun ibunya pun setuju, selama ini, mereka tidak lagi menyinggung perihal anak kedua-yang otomatis akan menjadi adiknya-usai ia mengatakan tidak untuk itu belasan tahun yang lalu.
Lantas, bagaimana mungkin mereka berpikir jika ia akan menerima bocah yang bahkan tidak jelas asal-usulnya itu?!
Asal orang tuanya tau saja, ya, baik dulu maupun sekarang; keputusan Jimin tetap sama. Ia tetap tidak ingin mempunyai seorang adik.
Sebab bagi Jimin, semua sudah tertata dengan sempurna. Menjadi anak tunggal membuatnya mendapat limpahan kasih sayang dari ayah dan ibu tanpa terkecuali. Jimin sudah terlampau nyaman, ia sudah cukup bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Mempunyai seorang adik berarti ia harus berbagi segala yang dirinya miliki. Membayangkannya saja sudah membuat Jimin jengkel setengah mati. Tidak, Jimin tidak akan membiarkan itu terjadi. Dan ia harap, kedua orang tuanya mau mengerti.
Akan tetapi, harapannya seolah runtuh begitu saja ketika ia membuka mata esok hari. Sesuatu yang Jimin anggap sebagai mimpi buruk justru kini tengah berada di hadapannya sendiri.
Bocah itu-bocah dengan senyum aneh yang Jimin lihat malam tadi-entah sejak kapan bocah itu berdiri di sana, di dalam kamarnya dan berada tak jauh darinya dengan senyuman yang sama.
"Pagi, Kak Jimin!"
Jimin terlonjak, tentu saja. Pagi hari yang biasanya ia sambut dengan senyuman hangat sang ibu hancur sudah karena presensi anak itu.
"Kenapa kamu masih di sini?!"
Tentu saja itu menjadi pertanyaan pertama yang ia layangkan. Jimin pikir ia sudah mengusir bocah itu malam tadi, apa ucapannya kurang jelas atau bocah itu yang terlalu dungu hingga tak mengerti bahkan kini dengan lancang melangkah ke kamarnya tanpa permisi.
"Mama bilang suruh bangunin Kak Jimin."
"Berhenti memanggilku Kak Jimin, aku tidak suka!"
"Tapi kata Mama-"
"Jangan panggil Mamaku mama juga! Dia mamaku, cuma mamaku!"
Kelakuannya sama sekali tidak mencerminkan usianya. Lihat, tak hanya berteriak, Jimin juga tidak ragu untuk kembali memelototi anak itu.
Akan tetapi, harus Jimin akui, mental bocah itu cukup kuat juga ternyata. Diperlakukan seperti itu Jimin kira akan membuatnya takut, menangis lalu berakhir meminta dikembalikan ke tempat asalnya. Namun, tidak, bocah itu justru semakin melebarkan senyumnya. Membuat Jimin yang kini sudah beranjak dari ranjangnya dan berhadapan langsung dengan mahluk aneh di hadapannya hanya bisa mengernyit bingung dengan hati yang semakin dongkol mendengar jawaban tidak nyambung dari bocah itu.
"Halo, Kak Jimin. Namaku Kim Taehyung tapi Kak Jimin bisa panggil Taehyungie. Umurku tujuh tahun, Mama bilang Taehyungie sudah jadi anak Mama dan Pama sama Adek Kak Jimin mulai sekarang. Senang bisa berkenalan sama Kak Jimin."
Shinting!
Anak ini tidak mengerti bahasa manusia atau bagaimana?!
________________
Halo, aku kembali dengan membawa cerita baru. Belum jelas akan ke mana arahnya, intinya kalian bakal aku ajak buat baca kisah VMin di sini~
Semoga suka, ya!
___________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
New Brother (✔️)
FanfictionPerihal Jimin yang harus menerima orang baru, yang dipaksa menjadi sosok adik dalam hidupnya. Start ; 20 Desember 2022 End ; 28 September 2023