08||Superman!

1.2K 162 39
                                    

Taehyung duduk di atas teras sekolah seraya menggoyang-goyangkan kakinya selagi menunggu jemputan dari sang kakak. Setelah perbincangan mereka kemarin, keesokan harinya Taehyung bersedia masuk sekolah lagi dengan perjanjian bahwa sang kakak sendiri yang akan menjemputnya kali ini.

Satu per satu temannya sudah mulai beranjak pulang, tetapi sampai sekarang kakaknya belum juga datang. Taehyung jadi merasa bosan.

"Eh, lihat-lihat, ada si anak pungut belum pulang."

Taehyung refleks menoleh. Mendapati Suno bersama antek-anteknya-Soobin dan Niki-yang ternyata masih berada di sekolah. Anak itu turun dari teras, menatap ketiga teman kelasnya yang kerapkali mengganggunya seraya mengeratkan genggaman tangannya pada pegangan tas ransel yang ia kenakan.

"Gak ada yang jemput, ya?" ujar Niki.

"Iih, pasti Papa sama Mamanya udah bosen, tuh. Gak lama lagi pasti dibuang. Biasanya si gitu kalau aku liat di tv-tv." Tak hanya diam, anak lain bernama Soobin itu juga ikut-ikutan menimpali dengan ucapan tak kalah mengesalkan.

Sementara itu, Taehyung yang menjadi bahan pembicaraan hanya terdiam seraya mengencangkan geganggaman tangan. Hal seperti ini yang sebenarnya membuat Taehyung malas berangkat sekolah. Mereka memang tidak menyakiti Taehyung, memukul Taehyung ataupun meminta uangnya. Namun, ucapan—atau lebih tepatnya cemoohan—yang selalu mereka katakan pada Taehyung tentu saja berhasil membuat anak tujuh tahun tersebut merasa tidak nyaman.

Anak pungut.

Taehyung tidak terlalu paham akan makna dari kata tersebut. Namun, ia cukup mengerti jika hal itu adalah sesuatu yang buruk. Terus mendengar sapaan yang selalu Suno dan kawan-kawannya katakan dengan nada sarat akan ejekan saat memanggilnya, cukup membuat Taehyung merasa jika kehadirannya memanglah tidak pernah diinginkan.

Baik di rumah paman dan bibi, papa dan mama Sena, ataupun sekolahnya.

"Siapa yang ngajarin kalian buat ngomong kasar begitu sama temennya?"

Tak hanya Taehyung, Suno dan dua anak lainnya kompak menoleh saat mendengar sebuah suara menginstrupsi pembicaraan mereka. Jimin, berdiri di sana seraya menatap bergantian ketiga anak yang mengganggu adiknya.

Jimin sudah berada di sekolah Taehyung-tepatnya di area gerbang-saat anak-anak yang tidak ia ketahui namanya mulai mendekati sang adik. Jimin mendengar semua yang mereka katakan. Dan jujur saja, ia merasa tidak terima sekaligus sakit hati di saat yang bersamaan. Jimin memang suka mengejek Taehyung. Menyebutnya pemalas, nakal, dan masih banyak lagi hal-hal buruk yang ia katakan pada anak itu yang barangkali membuat Taehyung juga merasa tak nyaman.

Akan tetapi, seberapa besar pun keinginan Jimin untuk mengusir Taehyung, kata-kata seperti anak pungut tidak pernah sekalipun keluar dari mulutnya. Jimin masih tau batasan. Namun, barangkali hal tersebut tidak berlaku untuk anak-anak seumuran mereka. Itu sebabnya, alih-alih melampiaskan amarahnya dengan emosi, Jimin memilih untuk menjelaskan hal ini dengan sabar. Memberitahu anak-anak yang masih sama polosnya dengan sang adik jika apa yang mereka lakukan bukanlah hal yang benar.

"Kalian tau arti anak pungut?"

Jimin melangkah maju, mengambil posisi di samping Taehyung sebelum kembali mengalihkan atensinya pada ketiga anak di hadapannya.

"Anak yang gak diinginkan."

"Siapa bilang?"

Suno—anak yang baru saja menjawab pertanyaan Jimin—sedikit memundurkan badannya saat pria dewasa yang ia duga adalah kakak dari Taehyung semakin mendekatkan diri padanya.

"M-mama bilang Taehyung dibuang di panti asuhan sebelum tinggal sama orangtuanya yang baru. Itu kan artinya Taehyung gak disayang sama keluarganya, jadinya dipungut deh sama keluarga Kakak."

New Brother (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang