Akhir

575 78 8
                                    

"Kalau dia tidak mau pulang maka biarkan saja, jangan ada yang membawanya kembali. Aku tidak sudi memiliki putra seorang penyuka pria. Mau ku taro dimana wajahku ini? Akan jadi apa harkat martabatku setelah semua orang tau jika putra semata wayang ku seorang gay" jelas Vedro panjang lebar dengan emosi yang sudah memuncak.

"Pa dengar dulu, tidak salah jika Bible bahagia. Kebahagiaan putra kita nomor satu Pa" ucap Alexcha mengejar langkah Vedro.

Prank

Vedro lempar vas bunga yang ada rak hias samping pintu kamarnya. "Aku menikah mu untuk memiliki anak yang bermoral bukan seperti ini, dan kau membelanya. Maka keluar dari rumah ini" teriak Vedro dengan lantang tanpa ia tau kata-katanya itu menusuk hati wanita yang nemenin nya hampir 25 tahun ini.

Langkah Alexcha cukup lemas mendekati Vedro yang wajahnya sudah ikut memerah.
"Aku seorang ibu. Aku akui aku gagal tapi bisakah tolong biarkan putra kita tetap dengan kebahagiaan nya" ucap Alexcha dengan suara terisak bahkan air matanya cukup deras mengalir.

"Jangan membela diri, jika kamu mengikuti kata-kata ku dan tidak memanjakan putramu itu pasti dia tidak akan seperti ini. Kamu yang dirumah kamu lebih banyak bertemu dengannya. Mengurus satu anak saja sulit" lagi-lagi Vedro menyangkal semua perkataan Alexcha.

Cek-cok hebat terjadi malam itu, keduanya sama-sama pada pendiriannya masing-masing.

"Baiklah mari kita menghitung dan mengingat kembali kesalahan yang pernah kita berdua lakuka" lantang dan tegas Alexcha mendekati Vedro.

Ia seka air matanya dengan kasar, raut wajah tegas dan emosi terlintas dikedua bola matanya.

"Bisa kah kamu mengembalikan kebahagiaan yang sebelumnya?" Tanya Alexcha mencengkram pergelangan tangan Vedro.

"Kamu merenggut kedua orang tua anak itu aku tau. Kamu dalang dari kecelakaan mobil orang tuanya aku tau. Bahkan semua kejahatan lainnya yang kamu tutupi aku tau" Alexcha cengkram leher baju suaminya itu, matanya cukup merah. "Jadi katakan apa dia bersalah? Atau kau yang tak ingin terbayang-bayang rasa bersalah atas dosa mu itu?"  Lanjut Alexcha berbisik cukup dekat di telinga Vedro.

Plak.

"Aku bisa mengirim mu kembali pada hidup kotor mu dulu, jika selama ini aku memperlakukan mu dengan baik itu hanya demi citraku. Jangan lupa selain anak mu Bible juga anakku, aku menikah dengan mu atas dasar perjodohan bukan. Jadi jangan coba-coba bernegosiasi dengan ku lagi" ucap Vedro meletakkan jari telunjuk di bibir Alexcha setelah satu tamparan ia layangkan.

Dua pasang mata itu bertemu, tatapan hangat dan cinta yang biasanya beradu setiap hari ternyata hanya ilusi. Ilusi yang dibangun dirumah yang harusnya jadi tempat nyaman.

"Jika tau aku akan hidup dengan mu lebih baik saat itu aku meninggalkan dunia ini, aku tau bagaimana kamu di belakang sana, tunjukkan sisi baik mana dari Stela yang kamu dambakan. Dia mengetahui perselingkuhan mu lagi kan hah?" Alexcha tak kalah kesal dan marahnya.

Malam ini semua saling membongkar aib mereka satu persatu, tidak jauh dari tempat pertengkaran keduanya ada dua orang yang tubuhnya sama-sama gemetar sedari tadi berdiri mematung.

"Jangan mencari-cari kesalahan ku, akui kamu gagal jadi Ibu"

"Dan katakan apa kamu berhasil jadi seorang ayah?"

Keduanya saling melempar pertanyaan meskipun semua tau keduanya memiliki peran penting dalam hal ini.

"AKU YANG GAGAL JADI ANAK" ucap Pria yang muncul dari balik pintu.

Bible dengan langkah gontainya menyeret tangan Biu disisi kirinya.

"Aku fikir Papa ku seorang hebat aku fikir dia superhero. Tapi nyatanya uang menghancurkan semuanya, Papa lihat anak laki-laki di samping ku ini dia kehilangan kedua orang tuanya karena Papa. Iba dimana rasa iba itu? Papa larang aku dan Biu bersama tapi Papa sendiri. Dan Ma jika dia meminta mu keluar maka ayo kita keluar dari rumah ini, jika rumah sudah penuh kebohongan tak akan ada kebahagiaan disana Ma ikut Bible kita hidup bertiga"

Play Date Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang