HOME 7a

751 80 14
                                    

Apakah kabar teman-teman????
...🤗🤗🤗

Masih menunggu cerita ini kan?

Banyakin Komentar nya yaaa...
Jangan lupa Vote.😘✌️

.
.
.

SELAMAT MEMBACA
LUV💜OCTOIMMEE
.
.
.

SEBELUMNYA
============

FLASH BACK...

"Gue ngomong karena sesama laki-laki.  Kalau lo sesuka itu sama satu cewek kenapa nggak disampaikan saja, mas...?"

Tama menghembuskan nafasnya.

Lama ia pendam asa nya sendiri. Lama ia simpan dalam diam dan ia tutup dengan rapat kerinduan hatinya. Meski setiap hari ia berperang dengan dirinya.

Hingga ia tiba pada satu keyakinan yang ia peroleh dari kata-kata klise yang pernah ia baca.

Jodoh tak kan kemana.

Jika Alana jodoh nya, maka Alana akan menjadi miliknya.

Jika bukan, maka ia cukup menyimpan rasanya ini selamanya.

Dari pada ia memaksa Alana menjadi jodohnya, tapi suatu saat ia meninggalkan Alana dan melukai gadis pujaannya itu?

Hati sangat mudah berubah, ia ingin datang ketika dirinya yakin jika hatinya memang untuk Alana.

"Lo kelamaan mas, memendam rasa sendiri. Nggak takut Alana jadian sama yang lain?"

Bisa kah Gerald ia depak dari apartemennya?

 Gerald   tersenyum lebar,   Tama  hanya bisa menahan rasa kesal,   karena Gerlad   kini merasa di atas angin.

"Think about it mas.  Alana itu......"  Gerald menggantung kalimatnya,  membuat Tama penasaran

"What..?"  Tanya Tama

"Nothing...."  Jawab Gerald dengan senyum penuh arti

"Gosh,  Gerald lo jangan bikin penasaran.."  Geram Tama

"Oh, gue kira Lo nggak bisa penasaran, Mas..."

"Shut up!"   Seru Tama sambil berdiri dan bergegas masuk ke kamarnya meninggalkan Gerald yang terbahak-bahak.

FLASH BACK SELESAI

*****

PRESENT

"Alana...." Tama menyeru nama Alana dengan segenap hatinya, dan efeknya luar biasa.

Ia bisa melihat Alana tertegun dan dirinya semakin terpesona melihat siluet Alana dibawah langt malam.

Tama berhenti, dan Alana ikut berhenti dan seperti sudah bersepakat, mereka berdua kini saling berhadapan dan saling menatap satu sama lain.

Tama memuja wajah ayu yang kini menatapnya dengan tanya, mata itu indah, berpendar seperti bintang . Dan Tama tahu ia harus bicara sekarang

"Saya minta maaf..."

.
.

======

.
.
.

"Alana ,aku minta maaf..."

Alana mengangkat wajahnya.

Bagi Tama pemandangan ini sangat indah. Wajah yang selalu menghiasi malam-malam nya kini hanya berjarak tak kurang dari setengah meter darinya.

Segera ia genggam telapak tangannya sendiri agar tidak lancang menyentuh Alana.

PULANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang