(HOME) 1.b

2.1K 249 10
                                    

HAIII

JADINYA AKU POSTING HARI KAMIS YAAAA...

Kemarin jadinya posting PROBABILITAS HATI.
🤭🤭

KITA LANJUTT YAAAA...





SELAMAT MEMBACA
LUV💜OCTOIMMEE







SEBELUMNYA
===============

Terima kasih Mas..." Bisik nya lirih, berharap suara nya kali ini terdengar merdu ditelinga Tama.

"Sama sama, keramik pecah bisa diganti, tapi kalau kamu kenapa-kenapa, saya khawatir. Hati-hati bawa mobilnya.."
Tama mengangguk lalu berbalik meninggalkan Alana yang termangu.

Kalau kamu kenapa kenapa saya khawatir....

Mamiiii.......

Mas Tama khawatir akan dirinya?

Alana mengulum bibirnya menahan senyumnya.

Oohhh.....Alana merasa dirinya seringan kapas dan seolah Ia bisa melayang.

Siapa yang tak bahagia dikhawatirkan oleh sang pujaan?

Malamnya Alana tidak bisa tidur memikirkan kata-kata Tama yang menurutnya sangat manis.

Itu perbincangan terakhir mereka.

Sayangnya Sejak saat itu, Alana tak lagi bersinggungan dengan Tama. Sejauh apa pun Alana berputar dikampus,  ia benar-benar tak bersua dengan pria yang khawatir jika kakinya tertimpa pot keramik.

AH sekali lagi,

Itu sangat manis

Dan Alana menyimpan kata-kata itu di tempat special di sudut hatinya.
.
.
.
.
.

"Gue traktir lo makan apa saja yang lo mau!!" Alana masuk ke kamar adiknya dan menghempaskan diri diatas tempat tidur milik remaja pria yang tak lama lagi akan berusia tujuh belas tahun itu.

"Yana, please,jakun gue udah nongol di leher ya, ketuk dulu kalau mau masuk! lo tahu kan?" Sungut Gerald yang sibuk dengan gamenya di laptop.

"Lo mau makan Pizza atau Jepang? Korea?"

Gerald mengela nafasnya, percuma tadi ia bicara. Alana masih saja menganggapnya anak SD padahal dirinya tahun depan sudah kuliah.

Pernah satu kali Gerald sedang memakai celana, Alana dengan santai masuk ke kamarnya, terpaksa ia yang lari terbirit- birit masuk ke kamar mandi, sementara Alana tertawa terbahak-bahak. Sejak saat itu Gerald selalu mengingat untuk mengunci kamarnya saat mengganti pakaiannya.

"Gue mau Pizza tapi lo yang nyetir..." Tukas Gerald, siapa yang nggak suka kalau ditraktir?

"Oke, gak masalah.." Sahut Alana

Gerald curiga, Alana setuju secepat ini?

Gerald meninggalkan gamenya, lalu ikut berbaring disamping kakaknya itu dengan posisi miring, sebelah tangannya menopang kepalanya, hingga ia bisa melihat wajah Alana dengan jelas.

"Lo bicara sama gebetan lo itu?". Tanya Gerald.

Hanya itu level tertinggi bahagia Alana.

Dan wajah Alana langsung secerah matahari dan mengangguk secepat kilat.

"Gila lo ya? segitu senengnya hanya gegara bisa ngomong...
Gue penasaran siapa sih cowok sial itu? Awww YANA! Sakit tauuu!" Pekik Gerald sambil memegang perutnya yang dicubit Alana.

PULANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang