HOME 8 (b)

382 63 10
                                    

SEBELUMNYA

==============

Tama jadi merindukan Lian. Adiknya itu pasti akan menjerit-jerit jika tahu jika ia kini menjadi kekasih Alana.

Tak jarang dulu Lian menuduhnya menyukai Alana. Tama tahu Lian hanya menebak-nebak tanpa tahu bahwa tebakan Lian memang benar adanya.

Gerald melanjutkan sarapannya.

"Perdana rapat dengan pacar dong mas?" Goda Gerald.

Gerald kira Tama akan bereaksi seperti Alana yang langsung tersipu.

Tama hanya mengangguk,tanpa menunjukkan reaksi berlebihan. Hanya saja bola mata Tama selalu mengikuti pergerakan Alana.

Gerald mendengkus geli.

Gerald berharap Alana akan tahan dengan kurangnya beragamnya ekspresi Tama.

..

.

..

"Menurut kamu ada yang berbeda dengan Tama, Er?    Tanya Papi pada Gerald saat mereka tinggal berdua di ruang kerja Aldogera.

Pertanyaan apa itu? Mana sempat Gerald memperhatikan perubahan Tama, ia sangat sibuk.

"Erald nggak memperhatikan pi..."

"Masa sih? Papi rasa ada yang beda. Apa karena baru pertama kali rapat dengan Alana ya?. Tama Lebih bersemangat, Mungkin karena satu almamater ya?"

Kini Gerald waspada, ia pura-pura tak acuh dengan prediksi papi.

"Apa nya yang beda Pi, biasa saja.." Sahutnya santai, toh sebaiknya Alana atau Tama yang menjelaskan pada Papi kan?

"Tapi anehnya Tama biasanya tenang, sekarang kok sama papi kayak tegang gitu ya?"

Gerald menggerutu, bagaimana sih Tama?. Ia berjanji nanti akan menegur Tama.

"Perasaan papi aja..." Seru Gerald masih dengan gaya acuh yang sedari tadi sibuk membalas email.

"Kamu juga terlihat aneh.."

Gerald mengangkat wajahnya. Kini ia mendapati wajah papi yang menatapnya tajam.

"Aneh gimana pi?". Gini nih yang bikin kesal, yang pacaran siapa yang panik siapa.

"Biasanya kalau papi ngomong begini, kamu banyak informasi..". Aduh Papi memang ahlinya mengenali lawan dan kawan.

"Ya nggak semua kali Erald tahu.." Gerald kembali mencoba sibuk dengan kegiatannya tadi.

Gerald tahu jika papi masih menatapnya. Ia juga bertahan untuk tidak kalah. Ia serba salah.

Gerald segera menarik nafas lega ketika mendengar suara kertas-kertas yang bergesek, artinya papi kembali sibuk menekuri berkas-berkasnya.

"Papi besok sepertinya sudah bisa pulang Er..."

"Bareng kakak?"

"Kakak masih ada yang harus dia kerjakan sama Tama..."

"Seneng dong Tama!"

"Seneng?"

Sadar jika Kelepasan bicara, segera Gerald meralat kata-katanya
"Eh, maksudnya Tama seneng dong bisa di pandu langsung sama kakak.."

"Nah itu Er, Tama juga punya banyak pengalaman dengan resort di luar negeri, bagus banget menurut papa kalau mereka akan banyak diskusi biar ada hal-hal baru yang mereka bisa kerjakan di sini.."

"Pasti pa, Gerald tahu Mas Tama itu memang cerdas.." Puji Gerald, dulu ia sering mendengar prestasi Tama dari teman-teman organisasi Mahasiswa Indonesia.

PULANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang