Guest

4.3K 250 1
                                    

Chapter 17

*********

Aku mengerjapkan mataku,memandangi papan catur dihadapanku. Bidak-bidaknya telah tersusun rapi diatas papan catur.Aku meniup poniku karena jengkel. Aku duduk didepan papan catur tanpa seorangpun yang bisa menjadi lawanku.

Hari ini hari Minggu dan aku tidak tahu harus melakukan apa. Sejujurnya ini kali pertamaku mendekam dirumah besar

Justin ini –maksudku , biasanya aku tidak pernah menikmati hari liburku berada dirmah karena Justin memaksaku untuk hadir bersamanya dalam acara-acara perusahaannya.

Dari balik bidak-bidak catur aku bisa melihat sosok Julia yang tengah sibuk menyirami tanaman yang ada dihalaman belakang.

"Julia" panggilku,ketika ia melintas didepanku.Julia berhenti dan tersenyum padaku.

"Ya,Catania"

"Bisakah kau menemaniku bermain catur.Aku bosan" akuku jujur.

Julia tertawa kecil. " Maaf Catania,tapi aku tidak bisa bermain catur"

"Aku akan mengajarimu" aku menawarkan diri dengan senang hati.

"Maaf,tapi masih banyak tugas yang harus kuselsaikan"

"Uh okay" aku tersenyum kecil padanya. Dan Julia segera berlalu.

Aku berpangku tangan dan akhirnya menjalankan bidak caturku sendiri. Aku melawan aku. Konyol.

"Kau bermain catur sendiri? Astaga,kau aneh sekali.

Aku segera mendongak kearah tangga. Justin yang masih mengenakan pijama melangkah turun.

"Oh,diamlah Bieber. Aku tahu kau tidak bisa bermain catur" aku beralih pada papan catur.

Justin tertawa,dan tiba-tiba ia sudah duduk disebrangku.

"Siapa bilang aku tidak bisa bermain catur?" tanyanya menantang.

"Aku" jawabku lebih menantang.

"Aku hanya malas bermain." Balasnya lagi.

"Akui saja kau tidak bisa mengalahkanku" aku menjulurkan lidahku padanya.

"Oh yeah?" tanyanya meragukan.

Aku mengangguk yakin.

"Memang apa yang aku dapatkan jika aku mengalahkanmu?"

"Kau akan melihatku membantu Julia menyelesaikan tugas rumah" jawabku.

"Uh huh, boleh juga.let's see" Justin merapikan bidak catur hitam yang sudah kugerakkan. Ia menyusunnya kembali dengan cepat.

"Tapi kau harus melakukannya juga,jika kau kalah"

"Aku tidak akan kalah" ujarnya sombong.

Aku mengerucutkan bibirku padanya,diam-diam aku merasa senang karena akhirnya memiliki lawan nyata,meskipun itu Justin.

Aku menggerakan pionku lebih dulu. Dan Justin membalasnya dengan menggerakan pionnya. Selanjutnya kami bermain dengan menggunakan bidak catur yang berada dibarisan belakang.

Aku tersenyum bangga ketika mendapatakan ratu milik Justin.

"Your turn" ujarku senang. Justin menatap papan catur dengan serius.Dahinya sedikit berkerut,dan matanya sangat terfokus.Aku tidak pernah melihat wajah Justin seserius ini.

"You lose" tiba-tiba Justin tersenyum dan mengejutkanku. Aku yang tersadar segera menunduk menatap papan catur.

Rajaku terkepung dengan kuda dan benteng miliknya.

My Precious LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang