Aku membuka kedua mataku perlahan. Menyesuaikan penglihatanku ketika kembali bertemu dengan cahaya.Wanita yang beberapa saat lalu sibuk merias wajahku,sekarang tersenyum kepadaku.
Seorang wanita yang dengan sigapnya meraih tanganku dan membantuku berdiri.Dia membalikkan tubuhku menghadap cermin besar. Aku menoleh kebawah dan memperhatikan gaun yang kini membalut tubuhku. Gaun berwarna putih susu yang memliki bentuk yang cocok untuk tubuhku dan entah bagaimana membuatku terlihat elegan.
Aku mengangkat wajahku , terdiam beberapa saat ketika melihat cermin dihadapanku merefleksikan gadis yang berdiri dengan gaun elegan ,matanya memancarkan ketidak siapan.Gadis itu aku.
Kau masih memiliki waktu untuk pergi Catania.
Fikiranku bergumam.Aku melirik pintu kayu yang terrefleksi dicermin.
Kau tidak harus melakukan ini. Kau bisa pergi sekarang. Sekarang.
Lagi fikiranku bersuara. Untuk beberapa detik aku bergantian melirik kearah pintu.
Aku terkesiap ketika pintu terbuka.Mom datang dengan senyum merekah diwajahnya.
Ia mendekatiku,perlahan menyentuh lenganku.
"Kau cantik Catania" bisik Mom. "Tidak perlu gugup"
Mom meletakkan tiara berlian kecil diatas kepalaku.Dengan hati-hati ia menutup wajahku dengan kelambu tipis.
Kau melakukan ini demi keluargamu Catania.
Kau melakukan ini demi melihat orang tuamu kembali bahagia.
Kau melakukan ini untuk Caren.
Alam bawah sadarku memperingati. Aku menelan kembali semua fikiranku untuk pergi. Benar,aku melakukan semua ini untuk keluargaku.
"Kau siap?" aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Tanpa kusadari aku sudah berada dibalik pintu yang akan membawaku menuju altar.Dad mengulurkan satu tangannya ,menungguku.
"Kau siap?"
Aku memejamkan mataku. Hanya 3 bulan.
Aku menganguk dan menempatkan satu tanaganku dilengan Dad. Dad mengamit lenganku dengan yakin.
Pintu terbuka,mars pernikahan terdengar ketika aku mulai melangkahkan kaki dikarpet merah dan aku melihat para tamu berdiri. Sepanjang kakiku melangkah ditengah-tengah lautan tamu yang datang aku melihat banyaknya selebritis ,pejabat dan pebisnis terkemuka Amerika hadir disini.
Segalanya yang disekitarku perlahan buyar ketika mataku menangkap sosok Justin berdiri dialtar,mengeluarkan senyum segaris miliknya memandangku. Cara ia menatapku seakan ia memujaku.Aktingnya bagus sekali.
Dad mengantarkanku menuju altar.Justin mengulurkan satu tangannya untukku dan Dad melepaskan kaitan lengannya,dan menyerahkanku padanya. Saat itu juga fikiranku kembali berteriak.
Lari ,Catania!
"Para hadirin terkasih" ucap pendeta. Dengan suaranya yang tenang dan bijaksana. Aku memejamkan mataku.
"Kita berkumpul bersama disini atas nama Tuhan,untuk menyatukan pria ini dan wanita ini dalam satu ikatan suci ..."
Suci? Ha? Lucu sekali.
Aku tidak bisa fokus dan tidak berhasil menangkap dengan baik ucapan pendeta.Ucapannya terdengar terlalu cepat bagiku. Secara tersembunyi aku melirik kesegela arah yang mampu kujangkau. Aku menjadi pusat perhatian diantara selebritis atau pebisnis terkemuka yang terbiasa menarik perhatian. Ditempat duduk paling depan ,aku melihat Mom dan Dad duduk dengan kedua tangan menggenggam ,tetapi satu tangan Mom memegang erat sapu tangan. Aku melirik kesisi lainnya dan tidak menemukan orang tua Justin menempati tempat yang seharusnya untuk mereka. Apa mereka tidak datang?
"... Jika ada yang keberetan jika keduanya bersatu,biarkan bicara saat ini atau simpan selamnya dalam damai"
Oh aku berharap saat ini ada seseorang yang mengangkat tangannya dan menyatakan keberatanannya. Beberapa detik berlalu dan tidak ada yang menunjukkan tanda akan itu.
Angkat tanganmu Catania
Fikiranku berkomentar.Aku merengkuh sisi gaunku ,berusaha menanhan tanganku tergerak keatas dan merusak semuanya.
Akhirnya pendeta melanjutkan.
"Justin Bieber, bersediakah kau menjadikan Catania Whiteford sebagai istrimu, untuk hidup bersama dalam ikatan pernikahan? Apa kau berjanji untuk mencintai , menghormati dan dan menjaganya saat terbaik atau terburuk, ketika kaya atau miskin , dalam sakit maupun sehat. Dan untuk meninggalkan yang lain, setia hanya kepadanya selama kalian hidup?"
Darah seakan memanas dalam tubuhku. Sat-saat ini membakarku perlahan.Dari balik kelambu aku menatapnya.Menggigit sedikit sisi bibirku.
Justin menatapku. Ia tersenyum dengan senyuman terlembut yang pernah kulihat darinya.Pipiku memanas dan aku terpaksa menunduk dan menstabilkan degup jantungku.
"Aku bersedia" suaranya tegas dalam kelembutan.
Pendeta itu beralih padaku,dan tibalah giliranku.
"Catania Whiteford, bersediakah kau menjadikan Justin Bieber sebagai suamimu, untuk hidup bersama dalam ikatan pernikahan? Apa kau berjanji untuk mencintai , menghormati dan dan menjaganya saat terbaik atau terburuk, ketika kaya atau miskin , dalam sakit maupun sehat. Dan untuk meninggalkan yang lain, setia hanya kepadanya selama kalian hidup?"
Aku menatap Justin. Dia menatapku dalam senyum lembut tapi aku tahu disudut bibirnya yang tertarik lebih tinggi senyum itu adalah senyum kemenangan.
Aku mengulum bibirku.Tidak ada suara yang keluar dariku. Mengapa membuka mulutku terasa begitu sulit saat ini?
Aku menelan ludah,tetapi tenggrokanku terasa kering saat ini. Kenapa aku tidak mengatakan apapun?
Aku sedikit mengintip keantara keramaian yang menyaksikan kami saat ini. Pandangan para tamu bertanya-tanya dan keheranan.Aku bisa mendengar bisikan-bisakan yang menanyakan kenapa aku tidak berbicara ?atau apa yang terjadi?
Justin mendekat.
"Apa yang kau lakukan ?"bisiknya.
"Aku.." suaraku mnggantung dan menghilang begitu saja. Ini terlalu sulit. Aku terlalu muda untuk terikat dalam pernikahan.
"Miss Whiteford,kau sudah menandatangani kontrak yang berisikan namamu. Tidak ada pembatalan sepihak terkecuali kau ingin mengembalikan one billion-mu itu" Justin membisikannya begitu dekat ditelingaku.Aku menatapnya dan melihat alisnya samar-samar teragkat satu kepadaku.
"Sorry .. Aku ..gugup" ucapku pada pendeta. Aku mendengar para tamu yang tertawa kecil.
Pendeta itu mengerti dan mengulang kalimat perjanjian dari awal.
"... selama kalian hidup?"
"Aku bersedia"
Justin meraih tanganku dan memakiankan cincin pada jari manisku,dan setelahnya aku memakaikan cincin padanya.Tanpa kuduga ia menarik lembut tanganku mendekati wajahnya. Dengan sepasang matanya yang tetap memandangku ia mengecup jari manisku.
"Saat ini kuumumkan kalian sebagai sepasang suami istri. Kau bisa mencium pengantinmu"
Ucapan pendeta membuat kepalaku berdenyut. Tidak,ciuman pertamaku.Justin menyeringai dan mengangkat kelambuku.
Sedikit menunduk,perlahan ia mendaratkan bibirnya pada bibirku.Dapat kurasakan bibirnya bergerak lembut dan hati-hati.Aku memejamkan mataku dan tanpa kusadari aku membalasnya.
Kau tidak boleh menikmati ini Catania.Tidak.Perlahan aku mendorong tubuh Justin,tetapi tangannya yang berada dipinggulku menahanku dengan kuat.
Ketika para tamu bertepuk tangan dan Justin melepaskan bibirnya dari aku,aku segera memberikan pandangan menyipit secara sekilas padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Lady
FanfictionSetiap gadis mungkin bermimpi untuk menjadi Cinderella. Menjadi gadis upik abu yang berubah menjadi putri cantik yang ditemukan oleh pangeran. Dengan sedikit bantuan peri dan keajaiban satu malam yang membuatnya bertemu dengan pangeran tampan pewari...