Propose

4.2K 252 3
                                    

Chapter 18

*********

Makan malam hari ini menjadi lebih ramai karena keberadaan Ariana. Ia sangat aktif dan kurasa akan sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersamanya.

Siang tadi, hampir keseluruhan kuhabiskan bersama Ariana. Ia bertanya segala hal tentangku dan tanpa kuminta ia menceritakan tentang dirinya sendiri.Aku mengetahui kedatangannya disini hanya 2 minggu.

"Jadi ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu Justin" ujar Ariana ketika ia baru saja menyelesaikan makan malamnya.

"Shoot." Jawab Justin lalu ia mengambil gelas minumnya.

"Bagaimana kau melamar Catania?"

Justin tersedak,ia segera meletakkan gelasnya. Aku tertawa kecil dan membantunya menyeka wajahnya yang agak basah.

Ariana memandang Justin dengan antusias menunggu jawabannya.

"Saat itu aku membawanya ke bioskop. Lalu .." Justin terdiam dan melemparkan pandangannya padaku.Ia memandangku dengan lembut.Aku menahan tawaku,kuyakin ia sedang berfikir.

"Lalu?" Ariana meminta kelanjutan.

"Lalu aku meninggalkannya ketika film dimulai.Dan .." Justin menggenggam tanganku yang berada diatas meja.Tatapannya terlihat seakan meminta bantuanku.

"Dan ternyata film dimulai,tapi aku terkejut karena film yang dimainkan adalah video dokumentasi kami. Ketika kami bersama dan foto-fotoku dengan tulisan manis  yang ....romantis" selaku,mengambil alih untuk membantu Justin.

"Sebelum  video yang kubuat itu habis. Aku datang menghampiri Catania dengan ia yang saat itu sudah menangis" Justin melanjutkan.

"Justin" sergahku.For god's sake? Kenapa ia menyispkan aku yang menangis?

"Tidak apa Catania.Aku juga akan menangis jika seseorang melakukan itu padaku.Lanjutkan Justin"  aku beralih menatap Ariana yang matanya berbinar menunggu kelanjutan cerita Justin. Oh,aku yakin ia seorang gadis yang percaya pada akhir bahagia cerita dongeng.

"Aku mendekatinya,dan ketika lampu kembali menyala aku berlutut dihadapannya. Dan berkata"

Aku sedikit terkejut ketika Justin berdiri dari kursinya dan berlutut didepanku.

" Catania you are the every reason smile on my face. You are the bright llight in my darkest day.And I want to smile everyday in the rest of my life." Pipiku merasakan hangat yang menjalar ketika Justin meraih tanganku ,dan mengucapkan kata-kata itu dengan lembut.

 "So,would you life with me to keep my smile for forever?Would you take a chance with  me to against my dark side of life. Catania Whiteford , would you marry me?"

"Yes,Justin" dan aku memeluk tubuh Justin.Justin membals pelukanku dengan erat. Tanganku melingkari lehernya dan Justin sedikit mengangkatku.

"OH Justin, you are so romantic." suara Ariana mengisi ruangan dan aku segera tersadar bahwa semuanya hanya acting kami. Pelukan kami mengendur dan aku kembali berpijak.Aku berusaha melepaskan tangan Justin,tapi ia mengeratkannya.

"Justin"bisikku mendongak kearahnya.Mataku terkunci pda matanya yang memandangku dengan intens.

Ariana berdehem dan aku segera melepaskan lengan Justin ditubuhku.

"Kurasa akan jauh lebih baik bagiku untuk kembali kemarku sekarang" Ariana mengerling ,berlari keatas dan menyisakan aku dan Justin dalam situasi canggung.

"Jadi kau akan membawa seorang gadis ke bioskop untuk melamarnya?" aku tertawa kecil dalam pertanyaanku.

"Tadinya aku berencana menggunakan  danau tapi aku tidak tahu danau mana yang akan gunakan dikota yang tidak memiliki danau ini" Justin tertawa.

"Setidaknya bioskop lebih baik dibandingkan kau menceritakan kontrak dan perjanjian kita" Justin tertawa lebih keras dan aku tidak bisa untuk tidak ikut tertawa. Sebenarnya sejak Justin memulai kebohongannya aku sudah ingin tertawa.Pada kenyataannya cerita Justin berbanding terbalik dengan realita yang terjadi. Tidak ada bioskop , tidak ada video,tidak ada ia yang berlutut dihadapanku. Bahkan tidak ada pertanyaan itu : would you marry me? , yang terjadi adalah : kau menikahiku ,untuk 3 bulan. Dan aku akan melunasi hutang keluargamu.

Justin Bieber

"Kau akan tidur disofa" ucap Catania,bertolak pinggang menatapku.

"Aku akan tidur disini" aku tetap bersikeras berbaring ditempat tidur.

"Tidak bisa"

"Kenapa tidak? Ini kamarku" aku menjulurkan lidah padanya lalu membalik tubuhku memunggungi Catania.

"Justin ,aku tidak ingin tidur bersamamu" ujarnya lagi.

Aku berbalik dan mengubah posisiku menjadi duduk.

"Kenapa? Aku suamimu" melihat reaksi Catania ketika aku menggodanya selalu menyenangkan bagiku.

Wajahnya menunduk menutupi wajahnya yang bersemu.

"Baiklah,aku yang akan tidur disofa.Tapi selimut ini untukku"Ia menarik selimut yang menutupiku.

"Ayolah Catania,kita bisa tidur bersama dan berbagi selimut itu. Bagaimana jika aku kedinginan"

"Itu urusanmu" Ariana sibuk menata letak bantal disofanya.

"Catania,my baby girl.Kenapa kau tidak bersamaku saja.Dan kau bisa tidur dengan memelukku seperti tadi ddepan Ariana"

"Dalam mimpimu" Ia menjulurkan lidahnya kearahku.Dan membaringkan tubuhnya disofa.

"Pervert" serunya.

Aku tertawa dan mematikan lampu tidur. Aku berbaring ,tidak membiarkan mataku terpejam.

Aku menunggu beberapa lama,memutuskan kemungkinan Catania sudah tertidur. Aku turun dari tempat tidur,mendekati Catania yang meringkuk disofa dengan wajahnya yang sudah terlihat rileks. Ia pasti sudah tertidur.

Aku menyingkap selimut dari tubuhnya dengan perlahan dan mengangkatnya. Lalu,membaringkannya diatas tempat tidurku. Bagaimanapun juga ,aku tidak mungkin tega membiarkan Catania tidur disofa.

Aku tahu Catania akan histeris –mungkin jika menemukanku tidur disampingnya ketika ia terbangun,jadi kuputuskan setelah menyelimuti tubuhnya aku meringkuk disofa dan mencoba memejamkan mataku.

My Precious LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang