Tuan, apa bedanya engkau dengan pelancong yang tak mengenal arti rumah?
Setiap jengkal kenyamanan yang bisa kuberi untuk kau mukimi, justru kau tinggalkan seusai kau merasa bosan.
Memang gelap di sudut mana yang tidak kuisi dengan lilin cinta——sehingga kau memutuskan enyah dari sana?
Sunyi di penjuru mana yang tidak kuisi riuh rindu——sehingga kau senantiasa merasa sepi?
Juga dingin di ruang mana yang tidak kunyalakan perapian peduli——sehingga kau menggigil pergi.
Tuan, kukira kau begitu kaya sehingga mampu membeli setia yang teramat mahal. Tapi, untuk perihal ini; kau tak lebih dari seorang tunawisma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan-Pesan Karam
PoetryAda pesan untukmu; Sekantung terima kasih yang terbungkus dengan kain maaf paling tipis ‐---‐ Jurnal harian ini ditulis untuk mengeluarkan setidaknya sedikit dari banyaknya yang memenuhi isi kepala; yang tak pernah sempat mulut lontarkan. maka biar...