Boleh saja engkau berusaha menghilangkanku dengan cara membenci. Kudengar itu cara ampuh untuk kembali biasa-biasa saja pada keadaan semula.
Maaf, ya. Aku telah menjadi penduduk kota yang tak patuh pada kepemerintahan isi kepalamu.
Segala inginmu tak bisa menenangkan ricuh kecewaku yang sibuk ber-demontrasi—lantang menggugat namamu bahwa engkau yang Mulia—terlalu kerdil untuk merajai besar tempat cintaku tinggal.
Maka, di depan istana kuasamu, biar aku yang jelata ini tetap tak mau bungkuk.
Umpama mengabaikanmu ialah tindak pidana, aku sepenuhnya rela dituding kriminal segenap manusia;
Termasuk, engkau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan-Pesan Karam
PoesíaAda pesan untukmu; Sekantung terima kasih yang terbungkus dengan kain maaf paling tipis ‐---‐ Jurnal harian ini ditulis untuk mengeluarkan setidaknya sedikit dari banyaknya yang memenuhi isi kepala; yang tak pernah sempat mulut lontarkan. maka biar...