Temanku,
Apa kamu sungguh tidak ingin keluar dari batas merah itu; tidakkah berjalan sembari menyeret bola rantai itu melelahkan?
Aku melihat langitmu senantiasa abu-abu, tidak kunjung biru atau jingga. Gerimis di matamu tidak mereda jua, apakah matahari yang telah siang kirim habis kabutmu telan?
Aku ingin mengajakmu sesekali; mendaki tebing egois paling terjal, berlari mengendarai keputusasaan yang menjelma angin, dan menyelami lautan yang penuh dengan ikan-ikan munafik.
Temanku,
Sebingkis damai yang kamu cari tidak ada di jalan berpagar batas merah itu, melainkan terpendam di sepetak tanah belukar yang berkali-kali kamu lewatkan lampau.
Lalu, batas merah yang kamu kira kiamat itu bukankah tipis sekali kiranya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan-Pesan Karam
PoesiaAda pesan untukmu; Sekantung terima kasih yang terbungkus dengan kain maaf paling tipis ‐---‐ Jurnal harian ini ditulis untuk mengeluarkan setidaknya sedikit dari banyaknya yang memenuhi isi kepala; yang tak pernah sempat mulut lontarkan. maka biar...