reality

697 56 8
                                    

Ruangan bernuansa putih nan dingin dengan bau obat obatan nampak enam anggota dengan posisi masing masing sedang melamun, kondisi ruanganpun sekarang terasa sunyi.

"Baiklah karena semua sudah berkumpul, ly ada yang eonni dan appa katakan" Lisa tentu penasaran dengan yang di katakan sang Kaka nanti

"Katakanlah eonni" ucap Lisa dibalik masker oksigen.

"Tapi janji untuk mengontrol dirimu nanti" lisa tidak tau apapun tapi agar sang Kaka dengan cepat mengatakannya Lisapun hanya mengangguk mengiyakan.

"Huh....., Ly sebenarnya Lisa mengidap penyakit jantung koroner" setelah mengatakan itu Jennie tertunduk dan memejamkan matanya tidak berani menatap wajah sang adik

Tentu saja Lisa syok, siapa juga orang yang tidak akan terkejut saat tau kondisi dirinya yang tidak baik baik saja.

"Eonni tidak bercanda kan?" Tanya Lisa masih enggan untuk percaya, tapi setelah melihat Jennie dan sang ayah mengangguk Lisa percaya itu.

"Awshhh" dengan refleks Lisa meremas baju bagian dadanya yang masih tertancap beberapa selang di sana, tentu saja Jennie panik dengan segera dia menghampiri sang adik. Ketika tangannya ingin meraih tangan Lisa dengan cepat Lisa menepis

"Keluarlah, tinggalkan aku sendiri" Lisa berucap dengan nada dingin

"Aniya, Lisa sedang tidak baik baik saja mana mungkin eonni meninggalkan Lisa sendirian" Jennie membantah perintah sang adik.

"Keluar" Lisa berteriak, dengan cepat Minho menarik Jennie dan menyuruh semuanya untuk menunggu di luar.

Lisa tidak tahu harus berbuat apa, dia kecewa dia marah tapi harus pada siapa? Pada tuhan? Tidak mungkin, pada takdir? Maybe.

"Arghhhhh" dengan nafas memburu menahan amarah Lisa berteriak di sertai tangan yang sibuk melepaskan segala macam alat yang menempel pada tubuhnya setelahnya dia bangkit kemudian membanting vas bunga di atas nakas kamarnya.

Mereka mendengar itu teriak Lisa, suara ribut dari dalam dan mereka meyakini jika itu perbuatan sang bungsu, mereka ingin masuk tapi tidak bisa, mereka harus membiarkan Lisa dengan waktunya.

"Appa ayolah, chaeng takut terjadi sesuatu padanya, bagaimana jika jantungnya kembali berulah?" Rose terus memohon pada sang ayah agar mengizinkannya masuk dan melihat sang adik

"Tunggu sebentar lagi, ketika Lisa tenang kita masuk, bersabarlah nak" pinta Minho mengusap lembut pipi sang anak.

Teriakan itu sudah tidak terdengar lagi, dengan cepat semuanya masuk ke dalam dan betapa terkejutnya saat melihat kamar ruangan Lisa berantakan di tambah Lisa yang terduduk lesu di bawah jendela kamarnya dengan semua alat yang sudah terlepas di tambah darah berceceran ulah Lisa melepas paksa infus.

"Lisa-ya" teriak sang ibu menghampiri lisa dan memeluk sang anak erat di sertai air mata yang sudah lolos

"Nak ada apa denganmu, bangunlah eoh, jangan seperti ini"

"Eomma" Hye Kyo semakin terisak ketika sang anak memanggil dirinya dengan suara yang tercekat.

"Kenapa tuhan begitu jahat padaku, ak-u harus melepaskan semua mimpiku eomma hiks, aku tidak bisa" Lisa terisak sekarang, dia tidak tahu harus bagaimana lagi

"Tenanglah eoh, Lisa pasti sembuh" mendengar sang ibu meyakinkan dirinya membuat Lisa ingin tertawa, sembuh? Lisa rasa tidak akan.

"Lihat eonni, eonni berjanji lisa tidak akan melepaskan semua mimpi Lisa, kita raih mimpi itu bersama" Jennie menimpali sang ibu dan ikut meyakinkan sang adik bahwa semuanya akan baik baik saja.

"Eonni jangan mengucapkan janji jika nantinya akan eonni ingkari" Lisa berdiri dan kembali berbaring di ranjang miliknya dengan tubuh yang dia tutupi dengan selimut

Jisoo merasakan sakit ketika harus melihat adiknya seperti ini dia tidak bisa melakukan hal apapun. Rose sudah menangis daritadi dia tidak akan sanggup jika harus melihat Lisa kesakitan setiap harinya

"Aniya, jangan di tutupi seperti itu nanti nafas Lily sesak, turunkan sedikit" setelah berhasil menurunkan selimut itu dari tubuh sang adik Jennie kembali memasangkan infus pda lengan Lisa, Jennie rasa Lisa sudah tidak membutuhkan masker oksigen itu lagi dan kabelpun Jennie lepaskan

Lisa hanya menatap langit langit ruangan itu dia melamun tapi entah apa yang dia lamunkan.

"Lisa ingin pulang" setelah cukup lama Lisa melamun dia bersuara dengan nada dinginnya

"Lisa kondisi mu belum pulih"

"Di rawat ataupun tidak kondisi ku akan memburuk kan?" Lisa berucap dengan menatap sang Kaka yang bersuara

Penuturan Lisa mampu membuat semuanya terkejut, baru satu hari di vonis tapi Lisa sudah menyerah

"Baiklah Lisa tidur dulu sekarang besok pagi baru kita pulang" sebelum mengatakan nya Jennie menghela nafas terlebih dahulu, seberapa keras pun dia menolak sang adik akan tetap dengan pendiriannya.

~~~~~~

Pagi haripun tiba d mana sang ibu sedang sibuk mengemasi barang Lisa yang akan di bawa pulang dan jisoo dengan telaten memasangkan sepasang kaos kaki pada adikny itu, Jennie sibuk melepas infus di lengan sang adik sedangkan rose hanya terduduk diam tanpa melakukan apapun.

"Lisa yakin?" Lisa hanya memberi anggukan atas pertanyaan yang Kaka sulungnya itu lontarkan, dia enggan untuk bersuara.

"Mobilnya sudah siap, kajja" Minho tiba tiba muncul di balik pintu

"Baiklah ayo nak" ajak sang ibu menggandeng lengan sang bungsu

Setelah semuanya aman di dalam mobil, Minho langsung menancapkan gas dengan kecepatan sedang. Selama di perjalanan tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut mereka, di dalam mobil itu hanya ada kesunyian.

"Nak kita langsung pulang atau mau mampir terlebih dahulu?" Minho memecah keheningan itu dengan bertanya pada sang bungsu

"Tidak appa, Lisa capek Lisa ingin tidur"

"Ada apa nak apa ada yang sakit?"

Ini yang di takutkan Lisa semuanya akan menganggap dia lemah, Lisa tidak suka itu

"Gwenchana eomma Lily hanya ingin tidur saja".

~~~~~~
Note: terimakasih

sister'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang