Prolog

2.6K 193 22
                                    

Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula, dan Sadewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula, dan Sadewa. Yaps, Pandawa lima, Anak-anak atau keturunan dari Pandu, seorang Raja dari Hastinapura, dalam kisah Mahabarata. Tetapi di sini, bukan kisah tersebut yang akan disajikan.

Melainkan kisah remaja yang tanpa sengaja mengalami kecelakaan di depan gerbang SMA Negeri 10 Oktober saat hari pertama masuk sekolah dulu. Klasik, mereka sama-sama terlambat, Sama-sama terburu-buru, sama-sama kurang hati-hati, sama-sama ceroboh. Sehingga tanpa sengaja bertabrakan tepat saat pintu gerbang tertutup sempurna. Naas, padahal baru hari pertama, sudah harus berciuman dengan pagar besi tersebut.

Arjuna, biasanya dipanggil Juna, Cita-citanya menjadi seorang chef, namun tidak direstui oleh Sena, takut-takut kalau tiba-tiba gasnya habis, Juna akan melahapnya bulat-bulat.

Yudhistira, biasa dipanggil Yudhis, memiliki paras yang banyak diidam-idamkan orang di luaran sana. Memiliki motto hidup yang sederhana, tersenyumlah dalam keadaan apapun, kecuali jika ada yang mengganggu teman-temannya, itu beda cerita.

Arsena, biasa dipanggil Sena. Hobinya merecoki apapun yang masih ada di jarak pandangnya. Bagi Sena, "Seru itu ketika lo tahu temen lo lagi kebelet terus lo gelitikin."

Dan yang terakhir, Nakula, tetapi biasanya dipanggil Naka. Memiliki cita-cita menjadi sopir kapal selam, supaya bisa menenggelamkan Sena.

Kejadian di hari pertama sekolah dan berakhir dihukum oleh kakak-kakak OSIS kala itu ternyata membuat mereka dekat sepanjang kegiatan orientasi siswa, pun tanpa mereka duga, mereka berada di kelas yang sama. Pada saat kelas sebelas, mereka berpisah, hanya Sena dan Naka saja yang tinggal. Namun saat kenaikan kelas dua belas, mereka kembali bersatu, membuat Sena bersorak gembira, tetapi membuat Naka mengerling malas.

"kalian pikir aja, kita sekelas lagi karena Tuhan dan guru merestui kita buat mabal berempat." Ujar Sena dengan bangga. Karena memang betul, selama satu tahun terakhir, mereka sangat sulit untuk bisa kabur bersama dari kelas.

"Tapi gue ogah sebangku sama lo lagi!"

"Kita berempat rolling aja apa susahnya. Orang cerdas nan tampan ini selalu punya jalan tikus." Sena menaik-turunkan alisnya.

"Jalan tengah bego!" Juna dengan santainya menoyor kepala Sena.

Diam-diam, Yudhis menarik Naka supaya duduk bersamanya, "Biarin, kalo sangkakala belum bunyi, mereka belum berhenti."

"Iya itu, bodoamat lah, yang penting sekarang kita bisa puas-puasin maen!!" Sena kembali bersorak gembira.

"Eits ,,, tidak bisa, karena wali kelas kalian adalah saya." Suara tersebut terdengar dari arah jendela tepat di samping mereka, terlihat seorang guru yang kepalanya menyembul di jendela tersebut seraya tersenyum manis.

Keempatnya, terutama Sena nyengir kuda, beberapa siswi di kelas sana tersenyum bahagia. Wali mereka kali ini sangat diluar dugaan. Kapan lagi dapat wali kelas setampan itu.

Mr. Physics & SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang