"Cioniel Artio Gorgio"-
-
-
-
-"eughh.." lenguhan kecil keluar dari bibir mungil Gio, kedua kelopak mata mulai terbuka perlahan.
Gio menggeliat kecil diatas brankar, mengerjap ngerjapkan kedua matanya pelan.
Ia melihat sekeliling, Terlihat ruangan yang begitu asing di matanya, cat dinding berwarna putih, brankar dengan seprai berwarna hijau dengan selimut putih, dan terakhir tercium bau obat-obatan disekitar ruangan.
Ah, ini rumah sakit. Tapi siapa yang membawanya kesini? Siapa nanti yang akan membayar semua biayanya? Tapi, bukannya ia habis tertabrak mobil dan tidak bernafas lagi? Lalu kenapa ia bisa berada disini?
"Ughh, ka--kak." gumam Gio pelan dengan menggerakan tangan kanan berusaha bisa menggapai pintu, berharap ada seseorang yang datang.
Gio berpikir pasti kakak cantik itu yang membawanya kesini, tapi dimana dia? Kenapa tidak ada diruangan ini. Gio sendirian disini tidak ada seorang pun menemaninya, tapi? Bukankah dia memang selalu sendiri.
Kepalanya seketika pusing memikirkan itu. Badannya masih lemas, Gio tidak bisa mendudukan tubuhnya apalagi berjalan menuruni brankar yang tinggi seperti ini.
Ia tetap memandang kearah pintu dengan mata berkaca-kaca, berharap seseorang segera datang menemuinya. Hingga 10 menit lamanya...
Ceklek..
Gio terisak saat melihat pintu akhirnya terbuka, menampakan sosok lelaki tinggi berparas rupawan berambut perak sama sepertinya mungkin? Mata tajam, bibir merah, dan rahang tegas tercetak jelas di wajahnya, ah jangan lupakan netranya berwarna silver.
Lelaki itu menghampirinya, Gio berhenti terisak saat tau siapa yang datang tidak sesuai harapannya.
"S-siapa?" tanya Gio dengan memiringkan sedikit kepalanya kekiri, pria itu sangat asing Gio merasa tidak pernah bertemu dengan lelaki tampan sepertinya.
Lelaki itu menatap datar padanya, mengangkat satu alisnya keatas "Kau lupa?" jawabnya
Gio hanya menganggukan kepala pelan. "Aku kakakmu, Xavier Blowz Gorgio. Dokter rumah sakit ini sekaligus pemiliknya."
Gio terdiam menatap lekat lelaki itu, apa tadi katanya? Gorgio, hey tidak bercanda kan? Lalu apa tadi, kakak? Xavier?. Gio menggelengkan kepala berkali-kali
"Aku tidak punya kaka sepeltimu. Namaku Gioniel Alion." Elak Gio tegas, ini tidak mungkin
"Hm? kau amnesia? Berhenti meracau dan berbohong adik kecil." Jawab Vier mendekat kearah Gio, memajukan wajah hingga hembusan nafas miliknya menerpa wajah Gio.
Dia menatap lekat kedua manik mata milik Gio yang dibalas tak kalah lekat oleh Gio sampai matanya berkaca-kaca karena tatapan Vier berubah menjadi tajam.
"Aku tidak bel-bohong." jujur Gio. Gio masih tidak percaya dengan situasinya sekarang, apalagi dengan fakta lelaki itu keluarga Gorgio. Lalu dia siapa? Gio terdiam, dia terisak pelan.
"terserah." Final Vier dan menjauh kearah sofa tidak tahan melihat Gio berkaca-kaca, Vier memilih duduk disofa untuk menelpon seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Baby Gioniel (On Going)
FantasyBocah laki-laki yang baru menginjak umur 8 tahun harus merasakan kerasnya dunia dimana ia dibuang oleh kedua orang tuanya karena dianggap beban keluarga yang tidak bisa apa-apa dan tidak bisa menghasilkan uang sepeserpun. Namun siapa sangka? Bocah l...