bab 4

20.6K 1.9K 24
                                    


H a pp y   r ea di ng

-
-
-
-
-


Hari kepulangan Cio akhirnya datang juga, sudah lebih dari dua minggu Cio berada di rumah sakit. Satu minggu Cio koma, satu minggu lagi Cio siuman untuk memulihkan tubuhnya.

Kini dua manusia sedang membereskan semua barang-barang milik Cio kedalam tas ransel yang cukup besar.

Yang tidak lain adalah Vier dan Hardes. Mereka saling membantu mengemas semua barang-barang Cio, hingga mereka pastikan tidak ada satupun barang Cio yang tertinggal di sana.

Memang barang Cio tidak banyak, tapi itu berhasil membuat mereka berdua kerepotan karena bingung menaruh tempat di mana untuk baju, celana, baju dalam Cio, mainan Cio. Mereka sangat kebingungan, Toh-kan itu juga karena mereka tidak biasa mengurusi hal seperti membereskan barang dan baju-baju begini.

Bisa saja mereka meminta para suster membereskannya. Tapi apa boleh buat, si bocah menginginkan mereka yang harus membereskan barang-barang Cio.

Jika tidak begitu, Cio akan tetap marah kepada mereka berdua. Jadinya mereka hanya bisa pasrah dan menurut. Ini semua terjadi karena kemarin Hardes dan Vier membuat Cio kesal sekaligus dongkol kepada mereka berdua.

Falshback On

Dua hari yang lalu saat kedatangan Hardes menemui Cio dan Hardes yang mengajak Cio pergi kerooftop bersama dengan Jax.

Hardes ingin menunjukan pemandangan indah kota New York kepada Cio, dan itu sukses membuat Cio berbinar sekaligus kagum.

"Kakek, kenapa kota ini sangat besal sekali..." tanya Cio kepada Hardes, menatap penuh kekaguman pemandangan di depan matanya.. kota New York yang terlihat begitu besar dan indah di mata Cio.

"Karena kota ini adalah pusat kota negara Amerika, salah satu negara maju di dunia. Bahkan perekonomian serta bisnis yang begitu besar mereka kembangkan. Lihat itu! Baby bisa melihat gedung besar dan tinggi di sana?"

Cio mendengarkan penjelasan Hardes mengangguk-anggukan kepala mengerti, dan melihat di mana telunjuk Hardes menunjuk. Cio menajamkan mata, dan seketika mulut Cio menganga lebar. "Woah kakek, besal sekali... Gedung itu sangat besal kakek." Cio menepuk tangan, seperti sedang memberikan penghargaan untuk orang yang mendirikan gedung itu.

Hardes tersenyum melihat Cio sangat senang, dia mengelus surai perak Cio, diciumnya kepala Cio begitu lama. Tidak salah Hardes membawa Cio kesini.

"Baby tau? Gedung itu punya kakek." Jawab Hardes tersenyum bangga melihat cucunya menatapnya tanpa berkedip.

Cio menutup mulutnya menggunakan dua tangan, "A-apa it-itu benal kakek? Apa Cio boleh kesana?"

Hardes menganggukan kepala mantap. "Tentu saja boleh baby! Dan buat apa kakek bohong? Rumah sakit ini juga punya abangmu Vier." Hardes terkekeh, dia merapikan rambut Cio yang kembali berantakan. Ah, sepertinya Hardes harus memotongnya.

Lagi-lagi Cio menatap Hardes tanpa berkedip, 'apa kakek sekaya ituu hum?' Cio mengerjap ngerjapkan matanya beberapa kali.

"Kakek bagaimana bisa mempunyai gedung sebesal itu, dan telus bagaimana bang Viel bisa mempunyai lumah sakit ini?" tanya Cio serius kepada Hardes, diabbenar-benar ingin tahu!

Cio/tidak lain adalah Gio mengingat kedua orang tuanya yang berada di indonesia rasanya dia ingin membantu mereka agar bisa kaya, dengan meminta tips kepada kakek Cio ini, walaupun itu tidak mungkin. Pikir Gio polos. 😭

Transmigrasi Baby Gioniel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang