H a pp y r ea di ng-
-
-
-
-Brakkk....
Pintu kamar Cio terbuka cukup keras, karena tendangan dari seseorang yang tengah berdiri diambang pintu dengan napas tersengal-sengal karena berlari. Itu benar-benar sangat mengagetkan dua manusia yang berada di dalam kamar apalagi Cio.
"APA YANG TERJADI VIER!"
Teriak Hardes diambang pintu terbuka, berlari menuju Vier dan Cio yang sedang memeluk erat Vier.
"DASAR KAKEK TUA! APA YANG KAU LAKUKAN HA!? INI RUMAH SAKIT."
"Dasar cucu kurang ajar, Kau membuat kakekmu jantungan bodoh." geram Hardes kepada Vier,
bisa-bisanya dia sesantai itu padanya. Saat Hardes jelas-jelas kelagapan karena teriakan anak kecil yang dia dengar di lorong tadi.
"Jika kau jantungan bagus kek, aku-kan spesialis jantung. Aku harap kau serangan jantung agar aku bisa mengotak-atik jantungmu." jelas Vier tidak peduli, dia mengedikan bahu acuh.
Kembali fokus kepada Cio yang masih memeluk erat dirinya karena ketakutan.
"kau--" Hardes hendak menjawab ucapannya langsung dipotong oleh Vier.
"diam kek. Kau membuat adikku ketakutan." Ujar Vier menatap datar pada kakeknya itu, sudah datang dengan mendobrak pintu. Teriak-teriak seperti orang gila dan sekarang mengajak adu mulut.
Hardes yang mendengar itu segera melihat kebawah, dilihatnya... anak kecil yang ketakutan didekapan Vier, dengan Vier yang sedang menenangkannya.
"Adek... Coba lihat abang." ucap Vier lembut, dia mengelus rambut perak milik Cio, berusaha menenangkannya. Astaga, padahal Vier tidak ahli dalam hal seperti ini.
Cio yang mendengar ucapan Vier, mendongakan kepalanya perlahan.
"Hiks.. Cio takut." Cicit Cio pelan, sepertinya Cio sudah terisak sesenggukan di dada bidang Vier sedari tadi saat mereka berdebat.
Lihatlah Cio sekarang, sudah menangis. Matanya memerah dan sembab, pipinya dipenuhi lelehan air mata, hidungnya kembang kempis menahan ingusnya.. Ah, kenapa menggemaskan sekali.
Vier menahan senyum, bibirnya berkedut melihat Cio sudah seperti itu. Pasti Cio seperti ini ditambah karena tadi Vier menakuti Cio.
"Takut kenapa? Abang di sini sayang." Vier mengecup puncak kepala Cio sayang, rambut Cio tetap wangi meski sudah lama Cio tidak mencuci rambutnya. Jelaslah, Vier memberi Cio minyak rambut setiap selesai membersihkan tubuhnya.
"APA INI, KENAPA KAKEK TIDAK DIAJAK?" Hardes bersidekap dada menatap nyalang kearah Vier.
Vier yang melihat itu, mengangkat kedua alisnya, "Kau siapa?"
"Sepertinya kau merindukan ruang bawah milik kakek Vier?." Hardes tersenyum miring, tidak Vier, Ferlon, dan Varso. Sama saja, sama-sama kurang ajar.
"Ck, diam."
Hardes tertawa puas, dia tau Vier malas jika harus berada diruang bawah, bukan karena takut. Pasalnya ruang bawah tidak hanya kotor tapi juga bau, dan Vier tidak menyukai itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/330233383-288-k41556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Baby Gioniel (On Going)
FantasyBocah laki-laki yang baru menginjak umur 8 tahun harus merasakan kerasnya dunia dimana ia dibuang oleh kedua orang tuanya karena dianggap beban keluarga yang tidak bisa apa-apa dan tidak bisa menghasilkan uang sepeserpun. Namun siapa sangka? Bocah l...