Bab 7

19.1K 1.9K 60
                                    


H a pp y   r ea di ng

-
-
-
-
-

Hardes keluar dari lamunannya, ia melihat keluar halaman. Ah! Cucunya sudah menunggu dengan cemberut menatap kearahnya.

Hardes menepuk dahinya, dia menggelengkan kepala. Membuyarkan semua kekagetannya pada Vier tadi.

Dia menoleh kebelakang, melihat dua bodyguard yang tadi menjaga Cio Erix dan Aron. Ternyata di sana juga ada tangan kanannya Jax  yang tadi sempat dia cari.

hardes memberi isyarat pada Jax, "kemarilah Jax." perintah Hardes.

Jax mengangguk, dia langsung menghampiri Hardes yang berada beberapa meter di depannya dengan membawa tas ransel berisi barang-barang Cio yang dititipkan Hardes tadi.

"Iya tuan?" tanya Jax sopan pada Hardes, sedikit menundukan kepala.

"Bawa barang-barang Cio kedalam mobil alphard, kau tau kan?" Titah Hardes pada tangan kanannya itu. Dia tidak perlu bertanya dari mana saja tadi, toh sudah pasti dia mengurusi urusan perusahaan Hardes. Hardes percaya padanya.

Tidak lupakan? tangan kanan keluarga Gorgio adalah orang kepercayaan! bahkan kepercayaan mereka pada tangan kanannya melebihi keluarganya sendiri.

Jax mengangguk, lalu memberi hormat pada tuan besarnya dengan tersenyum.. "Siap laksanakan tuanku." Jawab Jax menekankan kata tuanku pada kalimatnya.

Hardes menatap Jax hangat, dia menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Jax berjalan menuju mobil itu berada, diikuti oleh Erix dan Aron. Saat itu juga karena mendapat perintah dari Hardes melalui telunjuk tangan tanpa bicara.

Hardes berjalan menuju mobil Lamborghini berwarna hitam pekat kesayangannya itu dengan senyuman lebar, dia merapikan Jasnya kembali.

Sedangkan sang empu yang diberi senyuman lebar malah mengerucutkan bibir, dan memalingkan wajah, bahkan sekarang dia menyembunyikannya di dada bidang Vier.

Vier terkekeh, dia elus-elus punggung adiknya yang sedang merajuk itu. Lalu berganti menatap Hardes garang, "Cepat, Kau sangat lambat kakek." Ucap Vier sarkas, kakeknya seperti siput.

Maklum sih kan dia tua, berbeda dengannya yang awet muda. Vier mengacuhkan kakeknya, lebih memilih mengelus dan mengecup rambut adiknya Cio itu.

"Adek,.."Panggil Vier pelan, dia memainkan pipi gembul Cio yang terlihat semburat merah alami disana. Vier menoel-noel pipi Cio gemas karena tidak mendapat balasan, Seperti squishy menurut Vier, 'empuk.' batin Vier tertawa.

Dia kecup pipi itu gemas, melihat Cio mengangkat kepalanya dengan puppy Eyes. Aduh, siapa yang kuat melihat Cio seperti itu? Sangat menggemaskan. ccup cup cupp, mmuwah..

Kecup Vier puas mencium pipi gembul adiknya. "gemessss, adek gemes banget." Ujar Vier terkekeh sambil menggigit pipi Cio dengan bibirnya.

"adek mau minum susu ya?" lanjut Vier bertanya, saat tahu melihat adiknya menatap sayu kearahnya dengan mata puppy eyes. Vier tau adiknya itu sangat lelah, apalagi tadi Dibuat menangis karena Hardes.

Cio mengangguk mengiyakan, "Hhuum.. Cio ngantuk." Ucap Cio sedikit merengek, dia tidak marah saat Vier mengecupi pipinya berkali-kali, karena Cio sedang tidak bertenaga untuk memarahi abangnya itu.

Tadi sudah nangis karena kakek, sekarang dia lelah karena abangnya selalu menciumi dirinya. Cio mau jika dipeluk dan dielus, tapi kalo dikecup berkali-kali Cio jadi kesal sendiri.

Transmigrasi Baby Gioniel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang