Kebenaran

5 2 0
                                    


Setelah melihat Tabia sudah memasuki cafe, Abimanyu melajukan mobil ke tempat janjiannya dengan Fandi. Hanya berjarak 10 menit dari cafe pelangi. Ternyata saat sudah memasuki resto makanan Chinese, dirinya belum mendapati Fandi. Abimanyu memutuskan untuk duduk dan pesan minum terlebih dahulu.

Tak sampai 10 menit Fandi memasuki ruangan tempat mereka janjian.

"Sorry, telat." Ucap Fandi, lalu duduk ke kursi yang masih kosong.

"Gw yang datangnya kecepatan," balas Abi. Dirinya memang datang lebih awal dari waktu janjian.

"Om Nata nggak ikut?" Tanya Fandi karena harusnya pertemuan ini bertiga.

"Biasa, ada operasi di RS." Jawab Abi, saat menjemput Tabia. Nata memberi kabar dirinya bahwa ada kondisi darurat di rumah sakit sehingga tidak bisa ikut pertemuan Kali ini.

"Jadi gimana penyelidikannya?" Tanya Abi langsung ke pembahasan mereka.

"Tebakan Lo bener."

"Ini memang kecelakaan tapi nggak seharusnya mereka melakukan seperti ini. Jangan kaget," Fandi mengambil berkas bermap coklat dan meletakkannya di meja. Dan Abi otomatis membuka dan membaca. Ada raut terkejut yang dapat Fandi tangkap dari respon Abi.

"Gw tahu mereka gila, tapi gw nggak tahu kalo kegilaan mereka sampai kayak gini." Ujar Abi setelah selesai membaca berkas itu.

"Apa rencana Lo berikutnya? Ngasih tahu Tabia?" Tanya Fandi.

"Cepat atau lambat dia harus tahu, tapi sebelum itu Gw harus ngomong sama Om Nata sama Bunda."

"Manggilnya udah bunda aja nih," Goda Fandi dan Abi hanya senyum sebagai jawaban.

"Btw kakaknya Clara balik?," Fandi sempet terkejut saat tak sengaja bertemu di pelataran caffe kemarin. Setahu dirinya keluarga itu sudah lama menetap di luar negeri, Singapura kalo tidak salah.

"Iya."

"Dalam rangka?" Penasaran Fandi.

"Gw kurang tahu, tapi feeling gw. Dia bakalan tahu apa yang udah orang tua mereka lalukan." Abi yakin kalau Calvin tidak mengetahui apa yang terjadi, karena mendengar cerita Om Nata tentang reaksi Calvin saat Om Nata menyinggung perbuatan ayah Calvin.

"Nggak khawatir Lo."

"Buat?"

"Calvin dan Tabia." Ejek Fandi.

"Peluangnya 0%." Gelak tawa Fandi memenuhi ruangan mendengar ucapan adik temannya itu.

"Aaa gitu mainnya."

"Ada satu lagi yang perlu Lo tahu. Gw nggak sengaja nemu ini, mungkin bakal berguna. " Fandi mengangsurkan satu lembar yang membuat heran Abi.

"Kartu keluarga?, Buat apa..." Ucapan Abimanyu berhenti saat menemukan hal yang baru dirinya ketahui.

"Feeling Lo memang bener, tapi kayaknya bakal sedikit meleset. Mungkin iblis minder liat kelakuan mereka. Bukan hanya anak, ayah, tua bangka itu juga ambil adil." Jelas Fandi lalu melanjutkan makannya. Dia membiarkan Abimanyu berperang dengan batinnya.

Setelah selesai makan siang mereka berpisah. Memasuki mobil Abimanyu bersiap untuk menjemput Tabia di cafe pelangi. Sampai di parkiran pelangi, Abimanyu tak masuk ke dalam. Dirinya akan menunggu di mobil. Karena tak ingin menggangu pertemuan mereka.

Abimanyu menyandarkan kepalanya ke sandaran mobil, memikirkan pembicaraan dengan Fandi membuat kepalanya hampir meledak. Mendengar semua kegilaan di luar ekspektasinya. Hanyut dalam lamunan, tak menyadari Nata sudah tiga kali menelfon dan tidak ia angkat. Hingga dering ke-empat baru Abimanyu tersadar dan langsung menggeser tombol hijau.

Merakit CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang