Bisa tolong tandai kalo ada typo yah..
*_* *_*
Kediaman keluarga Nata saat ini bisa dikatakan cukup kondusif. Seperti biasa kegiatan weekend adalah acara dengan keluarga, baik Nata dan Bianca tidak akan pergi keluar rumah kecuali urusan yang penting dan tidak bisa ditunda.
Sedang Tabia, dia jarang keluar rumah bahkan bisa dihitung dengan jari itu pun atas ajakan dari Vira maka saat weekend dia akan otomatis dirumah karena Vira akan pergi berkencan.
Karena belakangan ini Bianca sedang mencoba resep-resep membuat kue maka didapur inilah mereka akan menghabiskan hari ini.
Tabia akan menjadi asisten dadakan Bianca sedangkan Naya dia menjadi jurinya. Ini bukan pertama kalinya mengingat hobi Bianca adalah memasak.
Sayangnya kecintaan masak Bianca tidak menurun pada anaknya. Itu yang membuat Bianca sering bertengkar saat di dapur. Bahkan Bianca melarang keras anaknya didapur tanpa izin darinya.
Untuk Nata, dia tak mempermasalahkan anaknya yang tak pandai memasak karena setiap orang punya keahlian dibidangnya sendiri-sendiri.
Dibandingkan dengan bagaimana mencampur bumbu dapur Tabia lebih menyukai menghias kue yang biasa dibuat Bianca dan Bianca harus mengakui bahwa dalam hal yang membutuhkan ketelitian Tabia ahlinya.
Sempat Bianca singung bagaimana Tabia bisa menghias kue dengan baik tapi mencampur tepung tidak bisa. Dan Tabia dengan luwes menjawab.
"Kue bunda itu kayak kanvas dan toping mesem juga coklat kayak kuas dan cat."
"Tapi bukannya cat juga dicampur dengan air? Harusnya bikin adonan juga bisa" Sanggah Bianca saat itu.
"Pelukis gak akan buat kanvas mereka sendiri kan"
Lalu bagaimana Tabia menjadi asisten sang bunda?
"Ambilin satu wadah lagi" suruh Bianca tanpa melihat lawan bicaranya.
"Dimana?"
"Kabinet bawah"
"Ini"
"Aduh bunda lupa kejunya abis. Kamu beli keju di minimarket depan sana"
"Uang?"
"Minta ayah" Nata yang mendengar hanya menghela nafas rendah.
"Gak mau? Disini yang suka keju cuma ayah jadi kalo gak mau bunda buat coklat semua" mendengar itu Nata merogoh kantong celana.
"Berapa?" Tanya Nata saat membuka dompet kulit pemberian Bianca saat ulang tahun Nata.
"Kasih 50 aja"
"100" potong Tabia cepat.
"Aku naik sepeda" imbuh Tabia.
Tanpa melihat tampilan dirinya Tabia langsung pergi ke minimarket dengan sepeda bundanya. Sepeda warna kream yang terdapat boncengan dibelakang dan dilengkapi dengan keranjang didepannya.
Selain membeli keju Tabia juga mengambil beberapa makanan ringan dan menghabiskan sisa uang dari membeli keju dan ternyata Tabia pulang tidak membawa sepeser uang. Tabia benar tukang hitung yang hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merakit Cerita
Fiksi UmumCerita pertama aku. Kehilangan sahabat membuat Tabia kehilangan dirinya sendiri. Kejadian itu mengantarkan dirinya bertemu dengan dokter Abi. Banyak menghabiskan waktu bersama membuat hubungan keduanya di tingkat lebih dekat. Jalan tak selamanya lur...