Setelah hampir dua jam berada di pesta, Abi dan Tabia akhirnya memutuskan pulang. Di perjalanan pulang tak banyak obrolan karena Tabia sejak tadi diam dan memalingkan wajah pada jendela sampingnya.
"Tabia, kamu kenapa?" Tanya Abi karena sejak tadi Tabia hanya diam.
"Nggak apa-apa." Abi semakin penasaran lantaran Tabia yang tidak mau menatap ke arahnya. Abi kemudian mengurangi kecepatan agar bisa berbicara pada gadis di sampingnya.
Abi mencoba mengingat tabia saat di pesta tadi. Seingatnya tidak ada yang perlu di khawatirkan tapi kenapa gadis ini diam saja. Kemudian Abi tersadar kenapa Tabia seperti itu.
"Kamu memerah," ucap Abi dengan senyum tipis.
"Jangan liat!" Ucap Tabia dengan menutupi wajah dengan kedua tangan.
"Kamu marah?" Goda Abi seolah-olah tak tahu.
"Tabia, hei"
"Aku malu" ucap pelan Tabia.
Apa itu soal Tabia yang digoda teman-temannya karena cantik. Abi sontak gemas pada gadis ini, bagaimana bisa gadis minim ekspresi ini begitu menggemaskan hanya karena di goda oleh teman-temanya. Tabia gadis cantik tapi dengan tampilan seperti ini membuat dirinya terlihat sangat menawan.
"Kenapa malu?" Tanya Abi.
"Dokter nggak ingat? Temen-temen dokter tadi bilang apa, Tabia kan jarang ikut pesta begini. Jadi nggak tahu harus bersikap gimana, Tabia malu-maluin ya tahu gitu tabia nggak usah ikut dokter pasti malu juga kan. Maaf gara-gara aku..."
"Tabia," panggil Abi membuat Tabia menatap ke arah Abi.
"Kamu cantik." Abi tulus mengucapkannya bahkan dirinya sudah gatal ingin mengatakan sejak pertama kali ia melihat Tabia. Bukan malam ini tapi pada pertemuan mereka.
"Sekarang kita turun dulu." Sontak Tabia menatap sekeliling dan ternyata parkir yang dikendarai dokter abi sudah sampai di tempat parkir taman.
"Kita kenapa ke sini?"
"Kamu tunggu sebentar," ucap Abi lantas pergi meninggalkan Tabia sendiri. Sebenarnya bukan sendiri dalam arti sebenarnya, selain dirinya ada beberapa pengunjung taman. Apa Tabia melewatkan sesuatu.
Tak lama Abi kembali dengan tangan yang penuh dengan makanan dan dua botol air mineral.
"Ya Ampun dokter ngapain?" Tanya Tabia terkejut melihat kedatangan Abi.
"Saya mau ajak kamu liat sesuatu, karena bangku taman sudah penuh gimana kalo kita duduk di kap mobil saja?" Mendengar usulan Abi membuat Tabia berpikir sejenak.
"Caranya?" Seolah mendapat persetujuan, makanan yang ada ditangannya ia taruh terlebih dahulu kemudian mengangkat Tabia agar bisa duduk di atas mobil.
Merasakan tubuhnya yang tiba-tiba melayang membuat Tabia tidak bisa menahan teriakan.
Seolah Tabia tidak menduga bahwa Abi akan mengangkat tubuhnya seperti itu. Setelah memastikan Tabia mendapat posisi nyaman. Abi menyusul menaiki mobil dan duduk di sebelah Tabia tak lupa menyerahkan makanan yang sudah ia beli."Aku nggak tahu harus ngomong apa, ternyata dokter abi banyak kejutannya." Ucap Tabia dengan menerima cilok dengan senang.
"Kamu terkejut?" Tanya Abi.
"Banget," Tabia tak bisa menutupi betapa terkejutnya perilaku dokter di sampingnya ini. Hari ini dirinya banyak mendapati hal-hal baru. Ahh bukan hari ini saja sejak memutuskan untuk menerima 10 tantangan itu dirinya seperti Tabia yang dulu.
"Padahal ini belum dimulai," ucap Abi sambil menyampirkan jasnya pada pangkuan Tabia.
"Maksudnya ap.." Belum menyelesaikan ucapannya Tabia dikejutkan dengan letusan kembang api.

KAMU SEDANG MEMBACA
Merakit Cerita
Ficción GeneralCerita pertama aku. Kehilangan sahabat membuat Tabia kehilangan dirinya sendiri. Kejadian itu mengantarkan dirinya bertemu dengan dokter Abi. Banyak menghabiskan waktu bersama membuat hubungan keduanya di tingkat lebih dekat. Jalan tak selamanya lur...