"Selamat pagi dokter Nata,"
"Selamat pagi dokter Nata,"
"Selamat pagi dokter,"
Memasuki rumah sakit banyak sapaan menyambutnya. Sudah hal biasa seperti ini, walaupun hari masih pagi, namun bagi rumah sakit tidak ada jam malam atau pagi. Karena rumah sakit hampir 24 jam beroperasi.
Saat melangkahkan keluar lift ia melihat Vero, Kakak iparnya keluar dari ruangannya.
"Calon mantu Lo ada didalam." Ucap Vero.
"Yahh, kami janjian untuk bertemu. Lo mau ikut gabung?" Tawar Nata sambil memamerkan bawaannya.
"Nggak, gw ada janji sarapan bereng sama Monica dan Jingga." Semalam dirinya tidak pulang, dan Jingga merengek sebagai ganti sarapan bersama. Akhir-akhir ini memang rumah sakit sedang hectic.
"Bagaimana kabar mereka, lama tak berjumpa?" Tanya Nata, karena dirinya lama tidak bertemu dengan mereka.
"Mereka baik, hanya Monica sedikit cemburu karena sekarang putri kesayangannya dapet teman baru."
"Ahh anaknya Karin, siapa namanya, nama salah satu burung?" Keluarga itu akhirnya pulang setelah lama di luar negeri.
"Elang." Nata hanya beroh karena memang lupa dengan anak itu.
"Lo liat nihh.... mereka sudah meneror gw sedari tadi, gw harus balik sekarang." Ucap Vero dengan memperlihatkan telfonnya yang berdering dari Jingga. Dan Nata hanya tersenyum melihat tingkah ponakannya itu.
"Hati-hati di jalan, salam buat kak Monica dan Jingga." Pesan Nata. Ingatkan Nata untuk mengunjungi ponakannya.
"Yoi, duluan bro." Pamit Vero dengan mengangkat telefon Jingga.
Melihat Vero sudah memasuki lift, Nata melanjutkan langkahnya ke ruangan. Saat membuka pintu Nata mendapati Abimanyu.
"Sorry, membuat kamu menunggu." Ucap Nata saat memasuki ruangan. Abimanyu yang sedang sibuk dengan yang ditangannya segera meletakkan.
"Tidak Om. Saya juga baru datang dan tadi ada dokter Vero."
"Ini masakan Bundamu." Ucap Nata meletakkan kotak bekal di meja.
"Terima kasih Om, seharusnya memesan saja tidak merepotkan begini." Ucap Abi enak.
"Tidak apa-apa, lagian Bianca senang. Bahkan dia bangun lebih awal untuk masak, untuk calon mantu katanya." Naya mulai mengeluarkan satu-persatu bawaannya.
"Kita makan saja dulu, baru setelah itu kita bahas." Naya mengangsurkan sendok ke Abi dan mulai memakan bagiannya.
Setelah selesai sarapan dan membereskan peralatan makan. Abimanyu mengeluarkan berkas yang kemarin Fandi berikan padanya.
"Jadi karena sokongan dana ini," Mata menatap berkas yang sedang ia pegang.
"Iya, dan ini." Abimanyu menyerahkan kartu keluarga yang sudah usang.
"Jadi Anak mereka kembar? Nakula dan Sadewa."
"Iya Om."
"Tapi kenapa tidak pernah di publikasikan ke media. Kenapa keluarga Hengkara melakukan ini?" Keluarga mereka terkenal dengan kekayaan melimpah dan digadang-gadang tidak akan habis bahkan hingga tujuh turunan.
"Karena Nakula ada kelainan jantung sejak lahir, hingga keluarga Hengkara memutuskan untuk menyembunyikan keberadaannya. Selain untuk melindungi Nakula sekaligus melindungi keluarga mereka dari musuh yang mengincar mereka. Tentang Nakula, Om bisa tanyakan kepada Dokter Vero. Karena Dokter Vero adalah dokter utama dan dokter yang menangani Nakula. Tadi saya sempat menanyakan." Naya sedikit berpikir tentang Vero yang menjadi dokter pribadi Nakula, ia tidak pernah mendengar Vero mengenai hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merakit Cerita
Художественная прозаCerita pertama aku. Kehilangan sahabat membuat Tabia kehilangan dirinya sendiri. Kejadian itu mengantarkan dirinya bertemu dengan dokter Abi. Banyak menghabiskan waktu bersama membuat hubungan keduanya di tingkat lebih dekat. Jalan tak selamanya lur...