Sebuah obrolan atau obat

36 9 0
                                    

Bisa tolong tandai kalo ada typo yah..

*_*

Sekarang jarum jam menunjukkan hampir tengah malam tapi tak membuat gadis itu beranjak untuk tidur. Sejak selesai makan malam bersama kedua orang tuanya ia memang memutuskan untuk langsung pergi ke kamarnya. Sekarang ini ia tengah memikirkan hal-hal yang tejadi hari ini dan juga obrolan tadi sebelum makan malam.

"Kali ini saya akan berperan sebagai teman dekatmu bukan sebagai dokter" kalimat pembukaan saat menyisakan mereka berdua. Mereka saat ini berada di ruang santai yang terletak di samping lapangan basket yang terhalang kaca bening.

"Apa harus sekarang?" Dulu dia sebelum mulai

"Melihat kamu sekarang, memang harus sekarang"

"Saya.."

"Aku Tabia" koreksi laki-laki itu.

"Aku tidak begitu yakin"

"Memang akan terasa susah tapi saat kamu benar-benar yakin kalau didepan mu adalah teman dekatmu, itu akan membantu mu" ucapnya mencoba menyakinkan Tabia.

"Oke"

"Apa Vira berkencan lagi?" mendengar itu Tabia terkejut. Bukankah ini tentang dirinya tapi kenapa malah menanyakan Vira.

Melihat keterkejutan Tabia membuat ia tersenyum. Karena ia berhasil mengeluarkan ekspresi gadis itu hanya dengan pertanyaan pertamanya.

"Iya" ucap Tabia secara kaku, ia jarang membicarakan orang lain atau bisa dibilang bergosip. Dan dibalas dengan kernyitan alis dari lawan bicaranya.

"Iya Vira berkencan lagi dan dia bolos matkul hari ini." Jelasnya

"Jahat sekali Vira, dia meninggalkan dirimu sendiri di kelas. Seharusnya dia...."

"Tidak. Dia tidak seperti itu." Potong Tabia dan diakhiri dengan lirih karena tidak terima karena lawan bicaranya menjelek-jelekkan sahabatnya? Teman kampus? Entahlah. Terkadang Tabia merasa bingung dengan status yang satu itu.

Diam-diam senyum orang di depannya itu makin lebar.

"Menurutmu begitu?" Mencoba memancing Tabia untuk lebih membuka suara.

Cukup lama hening diantara mereka berdua.

"Dia pergi bukan berarti meninggalkanku, Vira hanya tidak bisa bersama ku karena dia ada perlu. Tidak bersama bukan berarti meninggalkan. Jangan terlalu cepat menilai Vira. Dia selalu ada bersamaku saat ada orang yang menggangguku. Dia bahkan orang yang sangat baik. Dia bahkan rela dihina cupu karena bergaul dengan ku. Vira memang sedikit bicara ah tidak dia banyak sekali bicara tapi aku tak merasa terganggu. Dia bahkan rela mati kebosanan hanya karena menemanu diriku di perpustakaan bahkan Vira itu paling anti dengan buku tapi dia tetap menemaniku. Vira, dia sangat baik."

Seseorang yang berada didepannya itu kini tersenyum dengan lebar. Dia menemukan banyak ekspresi dari Tabia, dan Tabia dia tak menyadari itu.

"Kamu berhasil Tabia" mendengar itu Tabia terkejut. Benarkah dirinya telah berhasil. Dia bahkan tidak melakukan apapun. Ah dirinya belum sadar.

"Terkejut. Marah. Sedih. Senang. Bangga" dengan menghitung 5 hal itu dengan jarinya.

"Kamu melakukannya" tambahnya saat gadis didepannya tidak yakin dengan dirinya. Dan tak lama senyum gadis itu muncul walau hanya senyum tipis.

"Coba sekarang ganti Vira dengan Clara. Clara sekarang tidak disini. Di pergi.." ucap nya berhenti dan menatap dalam Tabia.

"Tidak bersama bukan berarti meninggalkan" ucap mereka bersamaan disertai dengan senyum lebar.

"Kamu menjawab satu pertanyaan dari 10 pertanyaan yang kamu buat dulu. Masih ingat?, Itu berarti kamu harus mengabulkan satu permintaan ku bukan?" Oh perjanjian yang telah mereka berdua sepakati. Saat pertanyaan Tabia terjawab maka laki-laki itu akan mendapat satu permohonan yang harus dilakukan oleh Tabia.

"Kamu minta apa?" Tanyanya setelah mengingat perjanjian mereka dulu.

"Akan aku pikirkan dulu, karena ini permohonan ku yang pertama jadi harus aku pikirkan dulu." Jawabnya dengan senyum jail.

"Bagaimana perasaan mu sekarang Tabia?" Tanya dengan serius.

"Entahlah aku tidak begitu yakin, tapi" jawabnya dengan menunduk sedikit pandanganya ke bawah.

"Tapi?"

"Aku merasa nyaman" tambahnya dengan

Nyaman? Dia mengatakannya. Dia sendiri sebenarnya tidak yakin tapi entah kenapa dia ingin mengatakan, dia ingin orang di depan tahu bahwa dirinya merasa nyaman bersama dengan dirinya.

Sudah lama Tabia tidak merasakan hal itu. Dan rasanya sungguh berbeda. Bahkan Tabia merasa waktu berjalan sangat cepat berbeda dari pertemuan-pertemuan sebelumnya yang terasa sangat lama. Apa karena tempat mereka atau karena sebagai teman dekatnya?. Entah Tabia masih bingung dengan itu.

Sebenarnya dari obrolan mereka tadi Tabia penasaran dengan ucapan laki-laki itu. Tabia yakin di mendengarnya dengan jelas tapi ia urungkan untuk bertanya. Mungkin pertemuan selanjutnya akan ia tanyakan.

Hari ini laki-laki itu juga berpakaian berbeda jika sebelum-sebelumnya Tabia akan menemukan laki-laki itu berpakaian formal, celana kain dan juga kemeja panjang tapi hari ini, laki-laki itu berpakaian santai, kaus lengan pendek dipadukan jaket hitam dan juga celana jeans-nya serta sepatu putih dengan merk yang sama dengan sepatu miliknya. Penampilan laki-laki itu benar-benar sedikit mengganggunya.

"Dr. Abimanyu" lirih Tabia.

Merasa dirinya sudah sangat lama duduk disana. Tabia memutuskan untuk beranjak dan pergi tidur. Biarkan semua berjalan dengan sendirinya. Dia hanya berharap dia hal baik yang akan terjadi.

*_*

Matahari sudah menyapa tapi tak membuat gadis cantik itu bangun dari tidurnya justru semakin betah untuk melanjutkan mimpinya. Rasanya sudah lama ia tak merasakan tidur senyenyak ini. Bahkan walau begadang karena mengerjakan tugas tetap jam 4 pagi dia akan langsung terbangun. Tapi lihat hari ini dia masih sibuk menyelami mimpinya.

"Ayah apa Tabia baik-baik saja?" tanya Bunda kepada suaminya yang berada di sampingnya dengan melihat Tabia yang masih tidur. Orang tua Tabia kini berada di kamar gadis itu karena tak melihat anak gadisnya turun. Mereka cukup penasaran apa yang dilakukan di kamarnya.

Tapi saat mendapati anaknya masih tertidur membuat mereka cukup terkejut. Sudah sangat lama anaknya itu tidak terlambat bangun seperti ini.

"Tabia baik-baik saja. Lihat dia sedang menikmati tidurnya." Jawabnya ayah yang masih belum mengalihkan pandangannya dari anaknya.

"Apa karena pertemuan dengan Dr Abimanyu semalam?" Tebak bunda dengan menatap ayah.

"Dr Abimanyu? Entah, tapi sepertinya pertemuan tadi malam berjalan lancar" balas ayah dengan menatap istrinya.

"Bunda memang senang kalau anak gadis kita terbiasa bangun pagi biar tidak dimarahi suaminya nanti. Tapi melihat Tabia tidur senyenyak ini, bunda merasa tidak tega untuk membangunkannya" ucap bunda haru.

Mereka tahu betul kalau Tabia tidak mendapatkan tidur yang nyenyak setelah kepergian Clara, dan itu menyebabkan bunda setiap malam akan terjaga untuk melihat anaknya, entah itu masih terjaga atau sudah tidur namun bukan tidur yang nyenyak seperti dilihatnya ini.

Bahkan tadi malam bunda melihat anaknya itu masih terjaga hampir tengah malam. Ia pikir itu hal yang buruk tapi melihat pagi ini, ia sangat bersyukur.

"Ayo kita turun. Biarkan Tabia tidur" ajak ayah karena takut mengganggu tidur anak.

Saat sampai dibawah ayah lagi-lagi dikejutkan dengan istrinya itu.

"Bunda harus masak-masak ini" seru bunda dengan riang.

Ya. Mereka harus melakukan itu. Ini awal yang bagus untuk Tabia kedepannya.

*_**_*

Terima kasih sudah baca🤗🤗🤗
Terima kasih untul votenya😘😘

Merakit CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang